Bab 57

17.3K 463 364
                                    

"Jadi di mana hape sama rekeningnya?" Nina pagi itu sedang berada di tokonya untuk mengecek beberapa stok barang yang akan diobral. Ia menyempatkan menelpon Inka demi mendapatkan petunjuk di mana harus mencari bukti-bukti perselingkuhan Thian lainnya.

Nina pikir, ia harus menggeledah ruang kerja Thian, mumpung suaminya itu sedang tidak ada di tempat. Ia akan punya banyak waktu untuk mengumpulkan bukti-bukti yang ia dapatkan dari Inka.

"Buku rekeningnya ada di laci meja paling atas Bu, yang meja sebelah kiri. Kalau hape ada di laci meja paling bawah." Inka memberikan jawaban secara detail.

Ia terpaksa menakut-nakuti Inka, agar gadis itu mau bekerja sama dengannya. Jika gadis itu menolak bekerja sama, ia mengancam melaporkan perihal salah kirim itu kepada Thian.

"Saya bisa ungkap perkara ini ke depan Thian. Kamu pasti habis duluan. Beda cerita kalau kamu di pihak saya," ancamnya dengan nada serius di panggilan telepon kemarin malam.

Ternyata ancamannya cukup manjur. Gadis itu bercerita tentang apa saja yang selama ini diketahui tentang Thian.

Tidak ada cara lain. Inka adalah sekretaris Thian. Gadis itu yang paling tahu semua urusan Thian di kantor. Nina tentu saja menjanjikan agar Inka tetap aman. Ia berjanji akan melindungi dan tidak menyangkut pautkan gadis itu saat membuka borok Thian nanti.

"Nanti saya cek ke sana. Ada siapa di sana? Cuma Pak Sobiri kan?"

"Iya Bu, cuma Pak Sobiri."

"Kamu nggak tahu ya, nama perempuan itu?" Nina berusaha memastikan sekali lagi.

"Saya nggak tahu Bu."

"Oke, makasih Inka." Nina segera menutup panggilan.

Nina melirik jam di dinding. Sepertinya saat ini ia harus pulang ke rumah sejenak, kemudian segera menuju ke kantor Thian. Nina baru saja menenteng tas-nya ketika Sita memasuki ruangan.

"Lho, udah mau pergi Nin?" Sita yang baru saja datang berjalan mendekati meja.

"Iya kak. Aku duluan ya. Mau ke kantor Thian, ada urusan."

"Urusan apa? Kata kamu Thian di Malang?" Sita mengernyitkan dahi.

"Mau taruh setelan baju baru." Nina mengulum senyum.

"Oh, oke. Oh iya, aku lupa cerita deh. Alsaki sempet ketemu Thian waktu ke J-Bank. Thian bilang, dia habis tutup kartu kredit dia."

"J-Bank?" Nina mengerutkan dahi.

"Iya, bank swasta punya Jepang. Alsaki kan buka rekening di sana, karena ditawarin temennya. Eh dia ketemu Thian, katanya nutup kartu kredit prime apa gitu. Aku lupa cerita sih."

Bibir Nina tertahan membentuk huruf O. Thian bahkan tidak pernah bercerita padanya jika bertemu dengan Alsaki. Kini semuanya masuk akal. Apa yang dikatakan Inka memang terbukti. Sepertinya saat itu Thian sedang mengurus transaksi rekening rahasianya.

Jadi rupanya begitu. Nina menekan pelan bibirnya. Rupanya Thian sudah merencanakan segalanya.

Siang itu ia tidak lama mengobrol dengan Sita. Nina segera kembali ke rumah demi mengambil beberapa stel baju Thian. Ia ingin menggeledah ruang kerja Thian dan harus membuat alasan yang masuk akal di hadapan Sobiri.

Nina memasuki kantor Thian dengan menenteng dua setelan jas di tangannya. Tentu saja menarik perhatian, tetapi ia tidak peduli.

Tujuannya saat ini hanya satu. Ia harus mengamankan bukti-bukti yang sudah diberitahukan oleh Inka.

Benar saja, Sobiri yang sedang sendirian di kantor Thian, tampak terkejut saat melihat kemunculannya yang tiba-tiba.

"Eh, Bu Nina?" Sobiri segera berdiri dari kursinya saat ia melangkah melewati pintu.

Dessert Rose [END]Where stories live. Discover now