Bab 35

2.6K 135 13
                                    

Senin pagi, Thian sedang mengecek laporan di laptopnya sebelum rapat mingguan dengan Raynor pada pukul sepuluh. Ia juga nanti harus menyampaikan perkembangan dari proyek inovasi layanan digital yang sedang ia kerjakan bersama tim-nya.

Thian sedang berkonsentrasi menatap layar saat ponselnya di atas meja berdering. Ia melirik layar ponsel dan mendapati nomor asing.

Debaran kecil muncul di dadanya. Apa pelacur itu kembali menghubunginya? Padahal baru saja ia merasa tenang selama beberapa hari terakhir.

Sial. Thian segera menggeser layar.

"Halo?"

"Selamat pagi Pak Thian." Suara Dara terdengar renyah di ujung sana.

"Kamu sudah janji nggak hubungi saya lagi." Thian menatap mejanya dengan geram.

"Perjanjiannya nggak sesuai. Jadi batal. Ayo bikin perjanjian baru."

"Maksud kamu?" Thian mengerutkan Dahi.

"Aku kan janji nggak bakal ganggu kamu setelah kamu kasih aku ciuman."

"Ya udah kan?"

"Kan syaratnya cuma ciuman. Tapi kamu juga kasih kontol kamu.... "

"Ck!" Thian menatap tak percaya pada pintu ruangannya yang tidak bersalah apa-apa.

"Jadi, perjanjiannya nggak sah!"

"Jangan cari-cari alasan. Berhenti main-main, gatel!" Sebelah tangan Thian mengepal menahan emosi.

"Kamu juga gatel... "

Gerak bibir Thian tertahan. Sejenak ia kehabisan kata-kata. "Kamu psikopat. Apa sih mau kamu?"

"Give me just one night."

"Mau ngapain? Nggak usah gila!"

"Udahlah, nggak usah jual mahal. Kamu waktu itu mau tapi nggak ada kondom. Seandainya waktu itu ada kondom, kita udah make love."

"Make love?" Thian meringis jijik. Sungguh percaya diri sekali pelacur ini.
"Bedakan make love sama ngewe doang."

"Iya deeeh. Percayaaaa. Aku tunggu kamu."

"Tunggu sana seribu tahun!"

"The Dharmawangsa."

Thian terdiam seketika.

"Hari Rabu, aku tunggu di The Dharmawangsa Hotel."

"Kamu pikir saya gigolo, kamu suruh-suruh dateng ke sana?"

"Jadi kamu mau dijemput?"

"TOK TOK." Pintunya diketuk dua kali. Thian menatap lurus dengan raut menahan kesal dan melihat Inka muncul.

"Aku jemput kamu?"

Thian reflek mengangkat sebelah telunjuknya dan memberi isyarat dengan gerakan tangan agar Inka segera keluar.

Inka terlihat terkejut dengan sikapnya dan buru-buru menutup pintu.

"Jangan berani-beraninya kamu ke sini!"

"Kalo kamu nggak dateng, aku nongol di lobi kantor kamu nggak pake celana dalem! Nanti di paha, aku tulis nama kamu!"

"Anjing!" Thian kebablasan berteriak marah dan mendengar tawa renyah Dara.

"Dateng ya Sayang... aku tungguuuuuu."

Panggilan diakhiri sepihak.

Dasar lonte gatel! Thian memaki dalam hati sebelum mengatur napasnya.

Dessert Rose [END]Where stories live. Discover now