Bab 25

2.4K 118 1
                                    

Kemarin Thian pulang menjelang larut, karena mengunjungi rumah Listia. Kemudian suaminya itu sudah berangkat pagi-pagi sekali, demi mempersiapkan meeting dengan staff ahli direksi.

"Aku lagi siapin proposal buat bisnis plan tahun depan. Rencananya aku mau bikin inovasi di aplikasi layanan digital banking. Mudah-mudahan ini bisa jadi terobosan baru buat perusahaan. Jadi pagi ini aku meeting sama staf ahli direksi sama tim IT. Doain ya."
Sambil berganti pakaian, Thian tampak bersemangat menceritakan kesibukannya yang sudah menunggu di kantor.

"Pasti aku doain, Sayang." Nina menatap bangga suaminya. "Kamu sarapan di sini?"

"Nggak keburu. Jadwal aku hari ini full. Aku nanti pulang malem." Thian mengecup singkat bibirnya sebelum berangkat ke kantor.

Nina segera mengecek jadwal Thian yang diberikan oleh Inka. Informasi yang diberikan oleh gadis itu memang sesuai. Nina ingin sekali mencari tahu, perihal bagaimana interaksi antara Inka dan Thian saat berada di kantor. Namun, ia tidak tahu harus bertanya kepada siapa.

Satu-satunya yang bisa ia tanyai hanya Sobiri yang biasa stand by di depan ruangan Thian. Sobiri yang paling tahu bagaimana interaksi antara Inka dan Thian di kantor. Sebenarnya, Nina juga ingin menanyai Sigit, meski lelaki itu jarang terlihat di ruangan Thian. Menurut keterangan Thian, Sigit biasanya stand by di ruangan khusus untuk driver.

Saat menjemput dan mengantar Thian pun, Sigit tidak pernah mampir terlalu lama.

Lantas ke mana ia harus mencari tahu? Nina sungguh merasa tidak tenang kini. Pikiran negatif sedari kemarin mendominasi. Ruangan Thian sangat sepi. Tidak ada yang tahu apa yang bisa saja terjadi di dalam sana.

Nina rasa, ia perlu berkonsultasi dengan Diajeng. Tetapi Diajeng sendiri sedang dilanda masalah besar. Nina menimang-nimang sejenak. Ia tahu ia harus bercerita kepada siapa.

            

               __________________________

Dara memarkir mobilnya di area parkir dan menatap papan nama Sita&Nina di atas pintu masuk toko yang tampak lumayan luas itu. Dara mengamati sejenak keadaan sekitar dari balik kaca mobilnya. Halaman depan toko tidak terlalu ramai kendaraan. Hanya ada tiga mobil dan beberapa sepeda motor.

Dara segera turun dari mobil dan sepatu tingginya menginjak paving. Ia melihat sejenak bangunan toko itu dari depan.

Dari jendela kaca menjulang tinggi, tampak deretan mug dan cangkir dengan warna-warna menarik yang ditata di dalam rak kayu. Dara melihat halaman di samping toko yang menuju ke bangunan di belakang. Sepertinya tempat produksi. Ia memang telah mempelajari profil usaha Nina yang ia dapatkan dari media sosial dan laman pencarian di Google.

Usaha Nina juga pernah diliput oleh beberapa stasiun televisi dan majalah UMKM. Menurut keterangan Lou, hal itu tidak lepas dari peran Thian.

Sungguh wanita yang beruntung.

Dara tidak percaya, pada akhirnya ia mengunjungi tempat usaha Nina demi misinya untuk merayu Thian, meski kemarin Airin mendampratnya habis-habisan karena Axel kembali mendapatkan komplain dari Bian.

"Buat apa lo masih ngejar-ngejar Thian? Proyek Thian udah gagal. Bian udah selesai. Lo ngapain masih kejar-kejar dia?" tanya Airin saat mereka sedang berada di apartemennya.

Sesuai dugaannya, Airin berakhir marah-marah saat ia bercerita telah setuju berkerja untuk Lou, bahkan dengan bayaran yang bisa dibilang sangat jauh dari tarifnya.

"Demi apa Dara? Bayaran dari Lou nggak seberapa buat lo! Gue rasa ini cuma akal-akalan lo aja. Bilang aja lo gatel liat Thian! Lo suka beneran sama Thian?" Airin melempar protes.

Dessert Rose [END]Where stories live. Discover now