Bab 29

2.6K 131 3
                                    

"Nama target Aditia Bagaskara, 54 tahun Direktur Angkasa Raya Sky. Klien Michael Candra pemilik PT Fastsave Daltonix. Tugas lo yakinin target buat menangin tender pengadaan mesin pesawat dari PT Fastsave. Kasusnya mirip kasus Thian, tapi bedanya ini mesin pesawat! Cuannya lebih banyak!" Airin menatap antusias.

Dara memiringkan kepala saat menatap sosok lelaki berumur dengan rambut memutih di dalam layar tablet. Sebenarnya bukan hal baru baginya. Paling-paling ia hanya perlu pemanasan sebentar, woman on top sebentar, lalu tugasnya selesai. Lebih hemat energi saat bercinta dan ia lebih cepat mendapatkan uang.

"Dia ada riwayat penyakit jantung?" Dara mencoba memastikan.

"Nggak ada."

Dara menimbang-nimbang sejenak.

"NO," ucapnya kemudian sambil menggeleng.

"What? Why?" Airin menatap heran. Dara memang memiliki kebebasan untuk menolak calon target klien. Tetapi selama ini Dara belum pernah menolak.

"Nggak mood," jawab Dara dengan tampang acuh.

"Dara, lo tahu berapa banyak cuan dari proyek ini? Ini lebih gede daripada proyek CRM Thian kemarin."

"Gue lagi nggak mood layanin klien. Gue baru aja gagal dapetin Thian. Kalo ini gagal lagi, kredibilitas gue sebagai lonte paling sukses di manajemen prostitusi ini dipertanyakan. Kasi aja ke Dessert Rose lain. Gue nggak mau proyek apa pun selama enam bulan ke depan." Dara membuat alasan. Sebenarnya, ia hanya ingin berkonsentrasi pada misi Lou saat ini, meski tarif dari Lou terasa begitu receh baginya.

"Lo alesan." Airin menatap kesal. "Bilang aja lo ngebet sama Thian!"

Dara hanya mengangkat kedua alisnya.

"Dara, lo goblok apa gimana?" Airin menatap gemas.

"Gue udah dapet banyak duit dari Aero. Lo tenang, lo tetep gajian," jawab Dara santai.

Airin menatap tak percaya. "Lo masih hubungan sama Aero?"

"Why not? Seratus juta ngalir ke rekening gue. Gue cuma layanin dia tanpa harus lobi-lobi. Lo tenang aja."

"Tapi kalo proyek mesin pesawat ini deal, lo bakal dapet banyak cuan!"

"Gue nggak minat." Dara hendak bangkit dari sofa saat Airin menahan cepat lengannya.

"Apa Thian sepadan sama semua ini? Apa yang bikin lo tergila-gila sama dia? Dia bahkan nggak tertarik sama sekali sama lo?"

"Kata siapa dia nggak tertarik?"

"Dia nggak bikin duit lo nambah! Maksud gue, lo nggak bakal dapet apa-apa dari Thian!"

Dara hanya tersenyum kering. "Wait and see... " Ia berdiri sambil menyahut cangkir di atas meja. Cangkir yang ia beli dari toko milik Nina.

"Dia cuma mau disepong di president suite. Lo goblok banget kalo ladenin laki kayak dia. Iya gue tahu Thian ganteng. Tapi realistis please! Masa lo mau buang proyek segede ini cuma buat Thian? Lagian Lou mana ada duit buat bayar lo? Lo tuh bukan perek level open BO ya!" Airin masih berusaha mengingatkan Dara.

Dara berlagak acuh dan malah mencuci cangkirnya di bawah aliran air keran.

_____________________

Siang itu Nina melihat suasana kantor Thian yang sepi seperti biasanya. Ia melihat Sobiri segera bangkit dari kursi demi menyambut kedatangannya

"Siang Bu Nina," sapa Sobiri dengan ramah. Pria empat puluh tahunan lebih itu tersenyum.

"Siang Pak Sobiri." Nina balas tersenyum. "Bapak ada?" Nina menatap ke arah pintu ruangan Thian.

"Pak Thian sedang meeting di luar kantor sama staf ahli dan tim IT."

Dessert Rose [END]Where stories live. Discover now