Bab 32

7.6K 154 10
                                    

"Hoeeeek! Hoeeeeek!" Dara berakhir muntah di kloset setelah menelan cairan Thian. Kedua matanya berair, ia bahkan masih mual.

Thian hanya bersandar pada sisi kusen pintu toilet sambil melipat kedua tangan di depan dada.

Ia tersenyum melihat rambut Dara yang lengket akibat terkena cairan ejakulasinya.

"Kamu yang bayar hotel, kamu juga yang muntah-muntah," ledek Thian dengan senyuman tertahan.

Thian menuju cermin wastafel demi merapikan rambut dan mengecek pakaiannya. Tidak ada yang terkena. Hanya sedikit kusut. Ia bisa mengganti bajunya di kantor.

"Ini hidup wanita si kupu-kupu malam..." Thian sengaja bersenandung demi mengejek Dara yang sedang muntah di toilet. Salah pelacur itu sendiri, yang sudah menggodanya habis-habisan.

Dara hanya melirik lesu. Pria macam apa Thian?

"Sadar kamu cuma pelacur. Tempat penampungan sperma amis. Sudah kapok kan?" Thian menoleh menatap Dara yang masih terduduk di depan kloset. Ia berjalan mendekat dan berjongkok tidak jauh dari Dara. Memiringkan wajah dan menertawakan wajah Dara. "Jangan hubungi saya lagi. Paham? Paham?"

"Kamu berengsek." Dara menatap jemu.

"Itu fungsi kamu kan?" tanya Thian ambil menatap payudara Dara yang tampil polos di hadapannya. Perempuan itu telanjang, kotor, dan berantakan. "Kamu berharap saya kayak gimana? Kamu cuma lonte."

Dara kehilangan kata-kata.

"Tepatin janji kamu." Thian menuding ke arah Dara.

"Kamu nggak sehebat itu. Untung tadi aku nggak gigit burung kamu."

Thian menatap kaku sebelum senyumannya mengembang perlahan. "Jadi, kenapa nggak kamu gigit? Kenapa malah kamu kasih enak?"

Dara membisu di tempatnya. Ia juga tidak tahu kenapa. Ia bahkan masih bersikap profesional bahkan saat Thian kelewat kurang ajar.

"Kamu memang mau kontol saya kan?" Thian menatap remeh sebelum tawanya kembali berderai. Bahkan wajahnya ini bisa membuat pelacur seperti Dara rela menyervis habis-habisan meski harus menahan muak. "Jangan hubungin saya lagi."

Thian bangkit dan memunggungi Dara. Ia bersiul dan meraih ponselnya di atas nakas.

Dara mendengar pintu tertutup. Kembali terbayang bagaimana saat tadi Thian ejakulasi di mulut dan wajahnya. Kejantanan Thian bahkan meratakan cairan di wajahnya.

"Facial," ucap Thian tadi sambil menertawakannya.

Sama sekali tidak ada yang indah untuk diingat.

                      ___________________

Thian menutup pintu kamar hotel dengan tubuh seringan kapas. Ia bersiul sambil sekilas mengingat aktivitas barusan. Ia kembali mengulang nikmat saat menyetubuhi mulut kurang ajar Dara. Pelacur itu benar-benar profesional dalam menyediakan rongga mulutnya.

Lumayan. Thian tersenyum puas.

Terdengar derap langkah mendekat. Derai tawa kecil pria dan wanita mau tak mau menarik perhatiannya dengan cepat. Thian menoleh dan mematung saat melihat Sherly. Sekretaris Raynor itu sedang berada dalam rangkulan tangan seorang lelaki perlente.

Sherly menatap kikuk. Begitu juga Thian yang langsung menunduk dan berlalu. Thian sempat menoleh dan melihat Sherly juga sedang memandang ke arahnya sebelum menghilang di balik pintu kamar yang tepat berhadapan dengan kamar Dara.

"Ya Tuhan." Thian meremas bibirnya sendiri. Benar-benar panik kini. Sedang apa Sherly di sini bersama lelaki perlente itu?

Pertanyaan bodoh. Sudah tentu mereka ingin melakukan hal-hal seperti yang ia lakukan barusan. Thian benar-benar tak menyangka, bertemu dengan Sherly di sini. Tentu ia masih ingat bagaimana ucapan Sherly kepada Inka, tentang bagaimana gadis itu ingin menatapnya sampai habis bahkan menjadi istrinya sehari.

Dessert Rose [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ