Bab 46

3.3K 164 96
                                    

"Makasih ya." Raynor tersenyum ramah pada pegawai yang sudah melayaninya. Ia juga melempar senyum sejenak pada kasir.

Thian sigap membukakan pintu dan Raynor segera melangkah keluar, diikuti oleh Sherly dan Rudy yang membawa bingkisan di tangan.

Sebuah mobil SUV baru saja memasuki halaman. Nina segera turun dan menyambut Raynor.

"Pak Raynor, udah mau balik?" sapanya ramah. Ia sempat melihat Rudy memasukkan bingkisan cangkir ke dalam bagasi.

"Ya ampun. Kok repot-repot sih?" Raynor menuruni tangga pendek dan berhenti tidak jauh dari sana.

Nina mendekat dengan senyuman di wajah. Ia segera berdiri sebelah Thian.

"Bu Sarayu nggak ikut?" tanya Nina basa-basi.

"Dia nggak ikut. Ini saya mau kunjungan ke perusahaan rekanan sama Thian." Raynor melirik Thian sejenak. "Koleksi mug sama cangkir kamu, bagus-bagus," puji Raynor sungguh-sungguh.

Melihat Nina tersenyum, Thian turut tersenyum lebar. Sekilas ia melirik cemas ke arah pintu. Diam-diam menyimpan khawatir akan keberadaan Dara yang masih berada di dalam toko.

Tidak lama kemudian Dara membuka pintu sambil menenteng tas belanjaannya. Ia menuruni tangga sambil melirik ke arah Thian dan Nina yang tampak berbincang dengan pria berwibawa.

Tiba-tiba kakinya salah berpijak dan ia tersungkur seketika.

"BRUK!" Dara terjatuh dengan keras.

"Astaga!" Sherly yang berdiri tidak jauh dari Dara berteriak kaget. Tetapi ia hanya mematung di tempatnya.

Atensi Thian segera tertuju ke arah Dara, yang terjatuh di depan matanya. Tanpa sadar kedua matanya melotot dan ia menatap Dara dengan raut tegang.

Apa-apaan? Debaran di dada Thian kian mengencang ketika semua orang menatap Dara yang sedang tersungkur. Dara reflek menatap wajahnya dengan raut serba salah.

Sherly diam-diam menangkap cepat reaksi Thian. Ia melihat lelaki itu sama sekali tidak bergeming dari tempatnya. Thian hanya menatap dari tempatnya berdiri dengan wajah keras.

"Kakak nggak pa-pa?" Nina segera mendekati Dara dan berjongkok.

Thian tanpa sadar membuka bibirnya. Benar-benar di luar perkiraan. Ia melihat Nina menyentuh pelan bahu Dara.

"Iya, tiba-tiba terkilir." Dara menatap anak tangga yang tadi baru saja ia lewati. Tidak ada yang salah dengan anak tangga itu. Hanya saja tadi ia tidak memperhatikan langkahnya.

"Kakinya luka nggak?" Nina menatap cemas pada kaki mulus Dara.

Dara tanpa sadar tenggelam memperhatikan wajah Nina dari jarak dekat. Nina tampak begitu bercahaya di bawah sinar matahari. Rambut kecoklatan, netra hazel, hidung runcing, dan bibir kemerahan. Wajah wanita itu terlihat lembut dan anggun.

Cantik alami.

Nina bahkan sepertinya tidak mengenakan riasan.

"Cuma lecet," Dara menjawab cepat pertanyaan Nina.

"Bisa berdiri? Ayo saya bantu." Nina membantu Dara berdiri sementara Rudy sigap membantu mengambilkan tas belanjaan Dara yang jatuh.

"Yah cangkirnya." Dara menatap tas belanjaannya.

"Boleh di cek. Kalau pecah, saya ganti." Nina tersenyum ramah. Benar-benar terkesan tulus.

Thian hanya menatap tegang dari tempatnya berdiri. Kedua matanya sama sekali tidak bergeser dari interaksi Nina dan Dara. Ia menatap cemas bagaimana Nina yang masih memegangi lengan Dara, seolah takut Dara jatuh lagi.

Dessert Rose [END]Where stories live. Discover now