Bab 15⚠️

13.4K 194 5
                                    

"Akhirnya yang kita tunggu-tunggu ya para hadirin. Saatnya pengumuman peringkat pertama pemenang lomba dansa. Kira-kira pasangan mana ya yang beruntung mendapatkan hadiah voucher belanja di siniiiii?" Inka yang berdiri di atas panggung kembali mengangkat sebelah tangannya.

Peringkat tiga dan peringkat dua sudah diumumkan. Mereka semua mendapatkan hadiah voucher belanja yang akan diserahkan panitia selesai acara. Terdapat video cuplikan para pemenang lomba yang ditayangkan di layar besar.

"Jadi memang ternyata yang menjadi faktor penentu utama itu, yang keliatan paling romantis. Soalnya panitia tahu pada nggak bisa dansa semua. Tadi ada yang hampir tabrakan sama peserta lain.... " Ezra yang menjadi rekan MC Inka malam itu menimpali dan mendapat reaksi riuh.

"Nggak usah di spill deh siapa yang hampir tabrakan. Emang berani? Nggak bahaya ta?" Inka melempar pandangan pada para hadirin yang menyambut dengan tawa.

Lantas beberapa pasangan yang tadi berpartisipasi dalam lomba dansa tampak berbisik-bisik dengan tawa tertahan, membicarakan pasangan yang hampir bertabrakan dengan pasangan lain.

"Oke langsung aja ya kita umumin." Inka memberi isyarat kepada Ezra sebelum mereka membuka bibir secara bersamaan.

"Peringkat satu lomba dansa teromantis jatuh kepada pasangan...... " Mereka menahan gerak bibirnya sejenak. Hening menyergap. "Pak Thian dan Bu Ninaaaaa!"

Inka bertepuk tangan tinggi-tinggi saat para hadirin bersorak.

Tampak video di layar saat Thian dan Nina setia saling menatap satu sama lain dengan senyuman di wajah, bahkan gerak bibir Thian yang seolah turut menyanyikan lagu cinta juga tertangkap kamera. Terdengar sorakan para staf wanita.

Thian sedikit tertunduk malu sambil melirik layar. Sementara Nina hanya tersenyum saat istri-istri pejabat lain menyorakinya.

"Sepatah dua kata Pak Thian," ucap Ezra dari atas panggung dan panitia menyerahkan mic kepada Thian. Seperti pemenang peringkat sebelumnya, ia harus berdiri dan menyampaikan ungkapan singkat.

Thian menekan bibir sejenak kemudian berdiri meski merasa malu. Sama sekali tidak menyangka ia dan Nina yang menempati peringkat satu.

"Kepada dewan juri yang saya nggak tahu siapa, terima kasih. Saya nggak nyangka bisa menang. Sekali lagi Terima kasih." Thian memberi ungkapan singkat dan segera kembali duduk. Terdengar tawa kecil para staf.

"Tapi memang romantis lho saling ngeliat gini. Kayak lagi syuting film ini Pak!" Ezra sengaja menggoda sambil menatap layar besar yang masih menayangkan video Thian dan Nina.

Tawa hadirin kembali pecah. Thian hanya menutupi wajah dengan sebelah tangan.

Dara hanya tersenyum dari kejauhan. Ia menatap Thian dan Nina yang duduk bersebelahan dalam satu meja bundar. Kedua matanya kembali melirik ke arah layar besar. Ia melihat pemujaan yang begitu besar dalam tatapan Thian.

Nina, sungguh beruntung.

Dara kembali menatap ke arah Thian dan Dara. Diam-diam ia menilai kecantikan Nina dan membandingkan dengan dirinya sendiri.

Jika ia menikahi lelaki seperti Thian, mungkin ia juga akan bernasib seperti Nina. Dari segi wajah, Dara yakin ia tidak kalah cantik. Dari segi penampilan ia juga tidak kalah. Tentu ia masih ingat bagaimana gerakan bola mata Thian menilainya saat pertemuan mereka di hotel. Tetapi dari segi nasib, ia memang kalah telak.

Padahal ia lebih dulu mengenal Thian, meski Thian tidak pernah mengingatnya. Bahkan Dara yakin ia juga lebih dulu menginjakkan kaki di rumah keluarga Thian. Dara yakin Nina hanya beruntung saja. Sekilas menebak, Nina adalah perempuan dari keluarga berada seperti keluarga Thian dan tidak pernah hidup susah.

Dessert Rose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang