Bab 45

4K 186 30
                                    

"Astaga! Kamu tega banget!" Diajeng menutup mulut dengan sebelah tangan ketika tidak dapat menahan tawanya.

"Biar rasain! Dia pasti habis ketemuan sama selingkuhannya itu." Nina menyesap pelan kopinya.

Pagi ini, ia bertemu dengan Diajeng untuk saling bercerita seperti biasanya. Mereka mengobrol di kedai kopi yang tidak jauh dari sekolahan anak-anak mereka.

"Akhirnya, lo bisa juga tetep gituan sama Thian, bahkan saat lo tahu dia udah berbagi tubuh sama cewek lain. Gimana rasanya? Mantap kan di hati?" Diajeng tersenyum getir.

"Diajeng, lo kuat banget asli. Gue nyaris sinting pas tahu Thian selingkuh. Tapi gue harus tahu siapa cewek itu. Gue pingin liat, kayak gimana bentukan betina yang udah bikin Thian kegoda. Dan selama proses gue cari tahu, ya gue akan berusaha bersikap wajar."

"Semoga cepet kebuka siapa sosok betina itu. Terus rencana lo apa kalo udah tahu?"

Nina membisu seketika.

"Nina?" Diajeng menatap kedua matanya.

"I don't know. Gue juga nggak yakin. Tapi yang jelas, gue berat jadi kayak lo. Gue nggak sanggup kalo harus jadi lo. Sori Diajeng, gue nggak sekuat lo."

"Lo bakal gugat cerai Thian?" Diajeng menatap tak percaya.

Nina menatap ragu cangkir kopinya. "Sebenernya gue nggak tahu. Kemarin lusa gue pingin cerai, tapi tadi pagi gue cuma pingin tahu siapa cewek itu. Sebenernya, pikiran itu ada. Tapi sejujurnya gue nggak tahu."

Diajeng mengangguk kecil. "Jangan sampe kayak gue lah. Gue yakin Thian nggak sejahat Dharma."

Nina menatap prihatin raut keruh Diajeng.

"Tapi ini pilihan gue Nina. Lo nggak harus kayak gue. Tinggal gimana Thian. Dia pada akhirnya bisa lepasin tuh betina apa nggak."

Nina tersenyum pahit. Sesungguhnya, ia masih melihat tatap sarat kasih di kedua mata Thian. Suaminya juga tidak marah, saat ia sudah sengaja merendahkan ego lelaki itu saat mereka bercinta. Bahkan Thian berniat menebus kekurangannya semalam. Thian masih menaruh perhatian dalam hubungan mereka.

"Diajeng, lo kuat banget sumpah."

"Lo tengil sumpah. Gue nggak kepikiran ngerjain Dharma kayak gitu sih."

Tawa Nina berderai pelan.

"Ya karena Dharma selama ini juga cuek, nggak manis dan perhatian kayak Thian. Gue yakin Dharma udah niat selingkuh dan jadiin itu sebagai lifestyle dia. Punya sugar baby gitu. Kalau Thian, nggak tahu apa motif dia. Nah ini yang lo harus cari tahu. Kenapa dia pada akhirnya memilih selingkuh."

Nina menekan pelan bibirnya. "Ada satu nama. Bian PT Schafer. Lo pernah denger?"

"Bian PT Schafer? Yang direktur perusahaan mesin ATM itu bukan?"

"Iya! Bener!"

"Nah! Dia itu yang bawa Wenny ke dalam hidup Dharma! Kok lo tahu?"

Dagu Nina jatuh begitu saja. "Bentar. Maksud lo gimana? Jawab dulu pertanyaan gue, baru gue cerita."

"Jadi pas Dharma ngaku dia selingkuh sama Wenny, dia cerita gimana awal mula perkenalan dia sama Wenny. Kan jabatan Dharma sama Thian kebetulan sama kan? Suami kita itu yang membawahi mesin ATM dan jaringan. Nah, si Bian ini mau suap Dharma supaya perusahaan dia menang tender pengadaan mesin CRM di banknya Dharma. Pas lobi-lobi, dibawalah si Wenny ini. Nah Wenny ini jadi pemanis di situ. Ibaratnya sweetener gitu."

"Astaga." Nina menatap tak percaya. "Ya Tuhan, serem amat!"

"Ya gitu cara mainnya Bian. Suami gue tolak proyek suap itu tapi dia ambil si Wenny. Ya kenalnya dari situ."

Dessert Rose [END]Where stories live. Discover now