Ravi dan lainnya diam dibelakang.

"Apa yang kalian tunggu?" tanya Griz.

Keenam orang itu langsung saja berlari dengan cepat menyusul Adelene dan lainnya yang sudah jauh di depan.

"TUNGGU KAMI!"

-Adelene Dé Cloups-

Adelene dan lainnya sudah sampai di desa buangan. Desa yang berisikan orang-orang dari Kerajaan lain yang memilih tinggal di Kerajaan Selatan.

Desa pertama yang menjadi pijakan orang-orang yang ingin memasuki kawasan Kerajaan Selatan lebih dalam.

Tidak ada bedanya dengan Kerajaan Slyx. Desa disini lebih padat dengan rumah-rumah dan tidak ada pohon besar yang sering dilihat di Kerajaan Slyx. Turunnya salju pada hari ini mungkin membuat aktivitas orang-orang yang tinggal terhenti dan memilih untuk masuk ke dalam rumah mereka masing-masing.

Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang.

Mengenakan seragam prajurit.

Dan beberapa orang lainnya adalah pedagang dan orang penting. Dapat dilihat dari pakaian yang mereka kenakan.

"Kita akan menginap dimana?" tanya Adelene.

Tidak ada jawaban dari Veronica dan Joan. Adelene memilih diam. Tidak banyak bicara dan terus melanjutkan perjalanan. Mungkin, Joan sudah mengetahui tujuan mereka saat ini.

Penginapan.

Sebuah rumah yang cukup besar. Adelene mengerenyitkan dahinya, rumah ini bukan seperti sebuah penginapan.

Apa mungkin rumah dari salah seorang bangsawan?

"Kita menginap di kediaman Marquess Deiv. Turunlah, aku akan memanggil nya."

Adelene turun dari kuda. Kuda milik nya dan juga milik Veronica dan Joan dibawa oleh prajurit. Kereta kuda mereka juga ikut pergi dari hadapannya menuju suatu tempat.

Joan masuk bersamaan dengan Veronica. Gerbang yang tidak terlalu tinggi itu terbuka sendiri. Adelene sedikit terkejut melihatnya.

Adelene dan ke-enam makhluk legenda mengekor di belakang.

"Deiv, kau dimana?" teriak Joan.

Bukankah itu tidak sopan saat memasuki rumah seseorang walaupun sudah kenal?

Adelene menatap Joan tidak mengerti.

Lebih tidak mengerti lagi saat seorang pria besar bertopeng tiba di hadapan mereka semua dengan cara berteleportasi.

Sungguh mengejutkan!

"Selamat datang di kediaman ku Saintess dan Sainess dan juga yang terpilih ..." pria bertopeng itu melihat Adelene. Matanya yang berwarna hitam menatap Adelene cukup lama, setelahnya kembali menatap Joan dan Veronica. "Silahkan masuk, aku akan menyiapkan kamar kalian dan yang lainnya." Pria itu menghilang seketika.

Joan dan Veronica menghela nafas.

Mereka berdua menatap Adelene dan lainnya.

"Masuklah dan aku akan ceritakan siapa itu Deiv." Joan melepaskan tudung kepala. Menatap sekeliling seakan mencari sesuatu.

Mereka menurut, mengekori Veronica dan Joan yang berada di depan.

Masuk ke dalam rumah yang sangat luas dari perkiraan Adelene. Apakah semua bangsawan memiliki rumah seluas ini?

Bahkan, kediaman Baron Predix kalah dengan kediaman Marquess Deiv.

Kakinya menginjak lantai. Pilar-pilar kuno dengan lukisan yang sangat banyak di dinding. Adelene tentunya terkejut saat melihat lukisan yang sama dengan lukisan yang berada di paviliun istana Kerajaan Slyx.

"Lagi-lagi jam pasir dan bola kristal," monolognya. Ia menatap lamat lukisan-lukisan yang terpajang. Ada rasa aneh saat melihat lukisan abstrak bak zombie. Lukisan manusia yang tak terlihat wujudnya seperti apa. Hanya dengan bentuk abstrak dengan mata yang terlihat sedikit jelas.

Iris mata yang berwarna jingga dan juga seperti iris mata kucing.

Adelene bertanya-tanya. Siapa sosok yang menjadi objek lukisan tersebut?

"Hai gadis manis, kau menyukai lukisan-lukisan itu ya?"

Suara yang tiba-tiba muncul membuat Adelene tersentak kaget. Kakinya mundur dua langkah saat melihat pria bertopeng bernama Deiv itu berdiri tak jauh darinya.

Ia bernafas lega.

"Kenapa Tuan kemari?" tanya Adelene gugup.

"Ini kediamanku ya terserah ku ingin kemana."

Adelene diam dan sedikit menggeram. Kata-katanya mengingat kan dirinya dengan Chris yang selalu menjawabnya dengan perkataan yang menyebalkan untuk di dengar.

Tunggu.

Kenapa jadi Chris?

Adelene memukul kepalanya.

"Hei, kenapa kau memukul kepalamu sendiri?" tanya Deiv tidak mengerti.

Adelene diam, tangannya sudah ia letakkan di samping tubuhnya. Gadis itu menatap Deiv dengan kesal.

"Terserah ku, kepala-kepala ku!"

Adelene meninggalkan Deiv sendirian. Teman-temannya sudah terlebih dahulu menuju kamar.

Deiv mematung di tempat. Gadis itu sangat mirip dengan seseorang. Deiv terkekeh pelan saat ingatan masa mudanya teringat. Teringat sosok wanita yang menjadi kesayangan nya sampai saat ini.

Walaupun wanita itu sudah memiliki tambatan hati dan juga buah hati.

Tapi, Deiv tetap dengan pendiriannya. Satu cinta sampai mati. Sampai saat ini ia masih terus melajang. Walaupun, umurnya hampir menyentuh kepala lima.

Deiv langsung saja menghilang entah kemana.

Joan yang melihat dari balik pilar terdiam dengan pikiran yang mengelana.

-Adelene Dé Cloups-

Adelene Dé Cloups Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora