Adelene terkejut melihat Farshein yang telah berada di sampingnya sekarang.

"KAKEK?!"

Farshein tersenyum, "maafkan kakekmu ini karena telah membohongi mu Adelene. Kau adalah manusia yang ada di ramalan itu."

"Tidak apa kakek. Lagipula, Lene sangat suka dengan kekuatan yang Lene miliki saat ini." Adelene berucap dengan semangat. Nyatanya, gadis itu takut setengah mati.

"Setelah ini, aku yang akan mengajarimu menguasai sihir." Farshein terbang dan itu membuat Adelene terkesiap sejenak.

"Masih banyak monster yang harus di basmi, kakek akan menolong mu."

Adelene mengangguk, ia meraih tangan Farshein dan terbang bersama kakeknya itu keluar dari istana. Predix dan lainnya menatap keduanya dengan penuh tanda tanya.

"Siapa dia?"

"Kenapa Adelene dan diri nya persis sama?"

"Lihatlah mereka berdua."

Ersta menatap keduanya yang berada di udara dengan senyum tipis. Ia masih menyerang para monster itu dengan menggunakan sihir tanah yang ia miliki. Beberapa monster ada yang terbang ada juga yang menapak di tanah dan itu membuat Ersta memudahkan nya untuk menyerang monster monster yang berada di tanah.

"Setelahnya akan aku jelaskan siapa dia, fokuslah untuk mengalahkan monster monster yang semakin bertambah banyak ini Predix," kata Joan yang menyadari raut penasaran dari wajah Predix.

Predix mengangguk dan kembali menyerang monster-monster itu yang semakin bertambah. Banyak yang mati banyak juga yang bertambah.

Sialan, mereka lupa kalau monster itu hanya lemah dengan sihir api hitam yang hanya dimiliki oleh penyihir terkuat.

"Sialan! percuma saja kita membunuh mereka kalau mereka dapat hidup kembali karena cairan kental mereka yang berada di tanah," kesal Veronica. Ia sudah membuang tenaganya terlalu banyak.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan?!" tanya Lexis yang masih menyerang monster-monster.

Para monster itu telah menampakkan wujud asli mereka. Tak lagi mereka menjadi tidak terlihat.

Mereka yang berada di sana sontak melotot saat melihat banyaknya monster yang berada di sekeliling mereka.

"Aaakk-" teriakan Stereva membuat Adelene langsung saja membakar monster yang hendak melukai Stereva.

"MUNDURLAH KALIAN DAN SELAMAT KAN MEREKA YANG MASIH BERNYAWA!" teriak Adelene dari ketinggian.

Mereka yang mendengarnya menurut dan melakukan apa yang Adelene suruh. Monster-monster itu mengarahkan senjata mereka ke arah Adelene dan juga Farshein.

Adelene tersenyum tipis saat netranya tak sengaja menabrak netra Chris yang berada di atas pohon.

Ia mulai mengeluarkan sihir apinya. Api hitam berkobar di tangannya cukup besar. Farshein sama halnya, pria itu memfokuskan diri untuk membuat monster-monster itu terbakar dan menjadi abu tanpa memunculkan api dari tangan.

Adelene membuat ratusan api hitam yang beterbangan di udara. Gadis itu menatap lurus kedepan saat banyak monster-monster yang mulai berdatangan dari seluruh arah. Sangat banyak hingga membuat Stereva jatuh pingsan karena melihat banyaknya monster dengan rupa yang menyeramkan.

Adelene menambah api api hitam itu. Saat monster-monster itu melesatkan senjata mereka, api hitam milik Adelene melesat lebih cepat dari senjata para monster itu. Ratusan monster langsung terbakar dan berubah menjadi abu.

Hanya tersisa beberapa monster yang ingin melarikan diri.

"Kalian tidak akan bisa melarikan diri monster jelek!"

Api hitam mulai membakar monster-monster itu dan merubahnya menjadi abu. Adelene tertawa seram di atas sana.

"Tidak bisakah kau jangan tertawa nyaring di telinga kakek mu?" tanya Farshein kesal. Adelene meringis saat melupakan keberadaan Farshein tepat tak jauh dari dirinya.

"Padahal jarakku dan kakek cukup jauh."

"Kau kira pendengaran ku tidak tajam?"

Adelene menampilkan cengiran polosnya.

Para monster itu telah dimusnahkan semua oleh Adelene dan Farshein. Kedua orang itu turun dan saat menginjak kaki di tanah kepala Farshein di pukul oleh ekor ular yang tiba-tiba saja berada di dekat mereka.

Farshein menatap ular itu horor. "Kau-"

Ratu Ular berdesis kencang, "jangan berani-berani nya padaku Farshein!"

Farshein kemudian terdiam dan menggerutu kesal saat Ratu Ular mulai mendekati nya. "Kenapa kau menghampiri ku?"

"Aku yang seharusnya bertanya kenapa kau menampakkan diri?"

Farshein tak mampu menjawab. Ratu Ular tersebut lalu menghilang bersamaan dengan Farshein.

Adelene dan lainnya hanya terdiam melihat kedua mahluk yang berbeda itu tiba-tiba menghilang di hadapan mereka.

"Pria tadi itu siapa?" tanya Lexis penasaran.

"Farshein Dé Cloups."

Semuanya terdiam dan terkejut luar biasa.

-Adelene Dé Cloups-

Adelene Dé Cloups Where stories live. Discover now