Chapter 80 - Kematian Kim Jin Hee

Start from the beginning
                                    

Dengan sama lembutnya Jaejoong membalas ciuman itu, menggigit dan menghisap pelan bibir atas dan bawah sang kaisar sebelum melesakkan lidahnya masuk dalam rongga hangat Penguasa Apollo yang sudah membuktikan cinta padanya berulang kali. Kedua tangan Jaejoong mengalung sempurna dileher kekar sang kaisar sementara desahan kecil akhirnya lolos dari belahan bibirnya saat namja Jung itu melumat kasar bibirnya dengan cara yang selalu disukainya.

"Apa anda akan merasa lebih baik jika sekarang aku menangis ketakutan dan Yang Mulia harus berusaha keras untuk menghiburku?"tanyanya dengan nada menggoda saat Yunho melepaskan ciuman intim mereka walau tangan besar itu tetap memeluk erat pinggang ramping namja cantik yang sedang tersenyum simpul padanya.

Melihat ekspresi wajah sang kaisar yang berubah membuat Jaejoong tergelak pelan dan kembali bertanya meski dia tahu pasti apa jawaban yang akan didengarnya. "Apa jeonha lebih suka memiliki pendamping yang rapuh dan bodoh?" dengan nakal tangan Jaejoong mulai membuka simpul pada hanbok yang dikenakan Kaisar Apollo itu.

Jemari lentik yang sedang menyusup kebalik pakaiannya dan mulai membelai lembut dadanya membuat Yunho harus menahan gairahnya yang perlahan tersulut. "Ck, tentu saja aku benci pendamping yang rapuh, apalagi bodoh! Jangan mencoba menggodaku sekarang, nae sarang. Kau harus banyak istirahat." Kembali sang kaisar mengecup ringan pipi pangeran nakalnya sementara tangannya dengan lembut menggenggam jemari lentik yang akan segera dihiasinya dengan cincin Permaisuri Apollo.

Diam-diam Jaejoong yang sedang bersandar pada bahu sang kaisar menyeringai puas saat mendengar jawaban tegas sang kaisar yang sekarang mengusap lembut rambutnya. Dalam 10 hari lagi, impian Jaejoong untuk memiliki kerajaan matahari ini akan tercapai dan dia juga tidak sabar lagi menunggu gelar Permaisuri Apollo tersemat didepan namanya.

Sekarang, hal terakhir yang harus dilakukannya adalah memastikan kedua Pangeran Jung tidak melakukan sesuatu yang akan mengagalkan semua rencananya.

"Apa hari ini kau sudah minum obat dari tabib Hwang?"tanya sang kaisar yang berusaha mengalihkan pembicaraan ke topic aman karena aroma harum dari tubuh Jaejoong membangkitkan gairahnya sedangkan saat ini dia tidak ingin melakukan sesuatu pada pangeran nakalnya yang terlihat lelah dan sedikit pucat.

Mendengar pertanyaan yang dibencinya itu Jaejoong hanya mendengus kecil seraya melepaskan pelukan sang kaisar dan berjalan anggun kearah kaca setinggi badan disudut kamarnya. "Sampai kapan aku harus minum obat itu? Rasanya begitu mengerikan. Aku bahkan merasa mual begitu meminumnya!"keluhnya dengan nada tajam sambil mulai melepaskan sendiri hiasan di rambutnya hingga sekarang surai panjang segelap malam itu terurai indah.

"Sampai pangeran tercintaku ini sehat karena kau harus terlihat cantik dan mempesona di hari penobatanmu sebagai Permaisuri Jung."sahut sang kaisar yang sudah berdiri dibelakang Jaejoong dan membantunya melepaskan hanbok hitam yang membalut tubuh rampingnya.

Kedua pasang mata tajam mereka bertemu dalam cermin sebelum senyum lebar penuh arti perlahan mulai terukir dibibir keduanya yang baru berbagi ciuman panas beberapa menit yang lalu. "Hari yang sudah tidak sabar kunanti, Jeonha."bisik Jaejoong bersamaan dengan lepasnya hanbok hitam yang membalut tubuhnya.

"Maukah anda mandi bersamaku, Yang Mulia Permaisuri Jung?"tanya sang kaisar sembari menyeringai nakal dengan tangan yang mulai membelai lembut bagian selatan sosok cantik yang dicintainya. "Aku akan membersihkan seluruh tubuh indahmu, nae sarang..."bisik sang kaisar pelan sementara seringai dibibirnya sudah berubah menjadi gelak tawa rendah saat dilihatnya rona merah sekarang memenuhi pipi pangeran nakalnya yang tersipu malu.

Sepasang mata gelap sang kaisar seperti dipenuhi api saat menelusuri tubuh polos nan indah yang sekarang berdiri dihadapannya. Tanpa bisa menahan dirinya, Yunho dengan lembut kembali memeluk tubuh Jaejoong sedangkan bibir dan lidahnya sudah sibuk berkeliaran dileher jenjang yang seolah mengundangnya untuk sedikit mencicipi kulit sepucat pualam itu.

APOLLO AND ARTHEMISWhere stories live. Discover now