A L A M 42

912 139 2
                                    

Pagi ini Leonor sudah siap dengan ransel di punggungnya. Gadis itu sedang menunggu Alam yang masih belum menampakan batang hidungnya. Sesuai yang telah disepakati beberapa hari yang lalu, ia dan lelaki itu akan berkunjung ke kampung halamannya yang berada di pesisir pantai. Di depan teras, Leonor menunggu Alam sambil mengobrol dengan Freya yang sedang menyuapi Wayne dan Elios bergantian.

"Jadi kalian nggak nginep di sana kan?" tanya Freya. Leonor menjawab dengan gelengan sebelum menambahi.

"Nggak Kak. Cuman mampir liat rumah aja. Udah lama nggak ke sana, pasti nggak ke urus lagi." ujar Leonor. Tepat setelah ia selesai berbicara, Alam keluar dari balik pintu dengan pakaian yang terbilang santai. Kaos biru dipadukan celana putih selutut. Setelah berpamitan dengan Freya, keduanya berjalan menuju pagar rumah.

"Lo nggak bawa motor? Kita naik apa berarti?" cetus gadis itu.

Tin

"Tuhh." Alam menunjuk mobil pick up yang berhenti di depan mereka.

"Buru naik." Sakha di balik kemudian melambaikan tangan bersama Gabriel yang duduk di sampingnya. Leonor melongo di tempat. Kemudian ia berpindah menatap bagian belakang mobil yang dihuni oleh Reiner, Kaiser, Elijah, Kaylee, Shine, Clea, dan jangan lupa! Ada Orion! Gadis itu untuk terakhir berpindah menatap Alam penuh tuntutan. Yang ditatap tampak memberi eskpresi polos tak tahu apapun.

"Gue sama Bang Orion mau liat kampung halaman Papa, sekalian mau jenguk makam." Kaiser membuka suara, menjelaskan kehadiran mereka.

"Gue juga sama Phine, udah lama banget nggak ke sana. Pengen liat Nenek." timpal Shine memberi alasan.

"Lalu mereka?" gumam Leonor.

"Kita pengen healing sambil bakar-bakar ikan!" Clea berseru sembari mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Betul banget!" Gabriel menanggapi dari depan.

"Cepat naik, keburu siang." titah Elijah.

Akhirnya Leonor maupun Alam bergabung di bagian belakang mobil yang dialasi karpet lembut. Di tengah-tengah mereka sudah tersedia tumpukan makanan ringan dan minuman kaleng sebagai penunjang di perjalanan. Leonor duduk di apit oleh Orion dan Alam di kanan kiri. Saat mobil itu mulai melaju, semuanya berteriak minus Leonor dan kedua saudaranya.

Alam mengambil alih gitar di pangkuan Shine dan mulai memetik senarnya. Clea yang memiliki suara bagus bertugas sebagai penyanyi. Lama-kelamaan semua pun ikut-ikutan menyumbangkan suara mereka termasuk Leonor. Tidak semua sebenarnya, Kaiser dan Orion tetap menjadi patung pengamat saja.

Orion membuka segel minuman kaleng varian buah leci. Ia mendorongnya ke samping, di depan Loeonor. Gadis itu terdiam tak langsung menerima, ia lebih dulu menatap lelaki dewasa itu. Dengan ragu-ragu ia menerima minuman itu semberi bergumam terima kasih. Jujur Leonor masih saja canggung dengan Orion, berbeda dengan Kaiser. Kakak laki-lakinya satu ini tidak banyak bicara dan hanya menjawab yang seperlunya. Walaupun Kaiser pun sama, tapi ia nyaman. Mungkin karena mereka anak kembar.

Perjalanan yang memakan waktu hampir empat jam itu berjalan dengan semestinya. Hingga saat mobil mereka mulai masuk ke dalam gerbang pembatas kota, semua mata langsung disuguhkan dengan deretan pohon kelapa di pinggir pantai. Alam mengabadikan momen indah itu di kamera kecilnya.

Leonor memandang ke depan dengan semangat. Mereka akan sampai sebentar lagi. Mungkin tinggal dua kilo meter lagi jika dihitung-hitung. Dan benar saja, hanya dalam sepuluh menit, mobil itu berhenti di depan rumah kecil di tepi pantai. Leonor melompat turun dari atas pick up. Manik ambernya memperhatikan rumah yang terurus dengan baik, seakan masih dihuni pemiliknya.
Shine berdiri di sampingnya. Matanya tampak berkaca-kaca. Ia tidak akan melupakan apa saja yang telah ia lakukan di tempat ini. Sedangkan Kaiser menepuk bahu Leonor, menyadarkan adiknya dari segala pemikirannya.

A L A M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang