A L A M 28

956 138 6
                                    

Pertemuan pertama kali Shine dan Phine terjadi pada Vestival Happy Holi di umur keduanya yang menginjak 7 tahun. Shine kecil yang dibuang oleh orang tuanya di adopsi oleh seorang nenek tua tetangga Phine.

Shine kecil yang malang akhirnya menemukan kebahagiaannya sendiri. Orang-orang di lingkungan barunya hanya tahu namanya adalah Shine. Shine kecil tidak mau membuka suara saat ditanya tentang keluarganya dan nama panjangnya. Shine kecil hanya menjawab bahwa namanya adalah Shine, dirinya hanya anak manja yang dibuang orang tuanya.

Shine kecil awalnya berpikir dirinya akan dikucilkan karena dirinya anak yang tidak dibutuhkan oleh orang tuanya. Namun Shine salah. Shine kecil akhirnya bisa tertawa saat Phine menarik tangannya, yang menjadi awal baru baginya. Shine, dirinya mendapatkan kehidupan baru yang begitu ia impikan. Phine kecil adalah satu orang yang telah menjadi bagian dari ceritanya, hidupnya, dan keluarganya.

Shine dan Phine, dua orang gadis kecil yang selalu bersama-sama. Shine setiap hari akan bermain dengan Phine di tepi pantai, menemani Marveen menjual ikan-ikan hasil tangkapannya. Shine kecil untuk pertama kalinya tertawa dan tersenyum lepas di samping Phine. Gadis kecil bermata amber itu membawanya mencoba hal-hal baru. Dan yang paling ia sukai adalah menonton senja yang terbenam di atas perahu.

Shine kecil diajarkan cara berenang dan menangkap ikan. Setiap malam ia dan Phine akan duduk di depan api unggun, menunggu Marveen menyiapkan ikan panggang mereka. Kebersamaan mereka pun akhirnya berakhir di suatu hari di tahun ketiga Shine di sana. Kejadian itu terjadi secara tiba-tiba dan begitu saja di saat keduanya sedang asik membangun istana pasir.

Phine kecil hanya bisa melambaikan tangan di depan ayah dan nenek tetangga, pada Shine yang diboyong keluarga kandungnya. Phine kecil tidak bisa berbuat banyak saat temannya perlahan mulai menghilang di bawa mobil mewah mengkilat itu. Dan saat semuanya sudah menghilang, Phine hanya bisa menangis di pelukan ayahnya. Sejak saat itu Phine tidak pernah lagi bertemu atau sekedar mendengar kabar Shine.

"Jadi Shine... Dia teman masa kecilmu?"

Leonor menoleh, menatap ke arah Alam yang duduk di sampingnya sambil menikmati boba seperti dirinya. Keduanya sesekali dilirik oleh orang-orang yang berjalan di trotoar jalan. Pasalnya, kedua anak manusia itu tampak mengenaskan dengan penampilan yang penuh tepung warna dari atas sampai bawah kaki.

"Nggak tahu juga." tutur Leonor. Gadis itu ingin sekali menanyakan hal ini pada Shine, tapi gadis itu tadi langsung berlari pergi dari keramaian.

Alam menyeruput bobanya hingga habis tak tersisa.
"Nggak usah ngelamun terus. Ayo..." Alam bangkit berdiri, ia mengulurkan tangannya di depan wajah Leonor. Gadis itu menatap lelaki itu dengan penuh tanda tanya.

"Kemana?" tanya Leonor.

"Ke tempat yang bisa bikin suasana hati lo kembali bagus." ujar Alam dengan santai. Karena gadis itu tak kunjung menyambut uluran tangannya, lelaki itu berinisiatif menariknya. Alam kemudian merangkul leher Leonor.

Lelaki itu pun menyeret gadis itu menuju toko di seberang sana.
"Lo tunggu di sini." Alam menepuk-nepuk kepalanya, sebelum berlari masuk ke dalam tokoh. Seperti orang bodoh, Leonor terbengong dan tetap berdiam diri di sana.

Tak lama Alam keluar membuat gadis itu melongo. Bukan karena apa, lelaki itu keluar bersama sebuah sepeda.
"Lo beli ini?" tanyanya dibalas anggukan Alam.

"Boros banget sih lo. Lo kan punya motor." celoteh Leonor tak habis pikir. Alam di diceramahi hanya menyengir dan meletakan tasnya dan Leonor di keranjang depan.

"Ayo naik." titah lelaki itu. Leonor mau tak mau duduk menyerong di belakang. Kedua tangannya melingkar, memegang kedua sisi baju Alam yang kaki seragamnya di luar. Sang pemilik tidak tinggal diam, ia menarik kedua tangan gadis itu untuk memeluk perutnya.

A L A M [END]Where stories live. Discover now