A L A M 8

1.1K 174 9
                                    

Alam mendorong pintu kayu di depannya pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara. Lelaki itu tak lupa menutup pintu, kemudian berjalan perlahan-lahan mendekati Leonor yang tidur tengkurap, dengan kepala yang ia benamkan di atas bantal.

Alam meletakan nampan berisi semangkuk soto ayam dan teh. Lelaki itu kemudian menoel-noel bahu Leonor.
"Ekhem."

"Pergi!"

Alam terperanjat mendengar suara tinggi Leonor yang teredam. Lelaki itu memberanikan diri menoel sekali lagi. Detik berikutnya bantal melayang ke arahnya. Alam bersyukur memiliki refleks yang baik hingga bisa menghindari benda tumpul yang akan mendarat di wajahnya.

"Lo ngapain di sini?! Keluar lo!" Leonor berteriak sambil menatap berang ke arah Alam. Gadis itu duduk dengan tak santai di atas kasur.

Alam tersenyum konyol.
"Nggak boleh marah-marah. Nih gue dengan baik hati ngehibur lo. Katanya lo habis dipecat ya?" celetuk lelaki itu dengan begitu lancarnya hingga lengah saat sesaat kemudian lawan bicaranya melompat ke arahnya.

Alam merintih kesakitan saat dirinya terjungkal ke belakang dan jatuh di lantai yang dingin hingga menimbulkan bunyi nyaring. Lelaki itu menatap horor sosok Leonor yang tersenyum miring ke arahnya. Gadis itu mendudukan dirinya di dada bidangnya.

"Mati lo sialan!" pekik Leonor.

Alam melotot saat rambutnya dijambak dengan bar-bar oleh gadis di atas tubuhnya itu.
"Aduhhh asshhhh Sera! Ya Tuhan Sera ampun! Lepasin tangan lo arghhhhh!!!" Alam merintih kesakitan saat kulit kepalanya berdenyut nyeri. Ia tebak rambutnya akan rontok semua sebentar lagi.

"RASAIN NIHH! TAHU RASA." Leonor semakin menarik rambut tebal lelaki itu tanpa rasa iba.

"ARGHHHHHH YA TUHAN, SERA! GUE PASTI BOTAK SUMPAH!" Alam berteriak nyaring.

Pintu kamar terbuka lebar. Di sana berdiri Aaron, Dasha, Tessa yang sedang menggendong Wayne. Ketiga orang dewasa itu membelalakan mata, Aaron mengambil langkah mengangkat tubuh Leonor dari atas tubuh Alam. Dasha bertugas melepas cengkaram tangan yang begitu erat di kepala sang korban. Sedangkan Tessa menurunkan Wayne lalu beralih membantu Alam berdiri.

"Duhh duhh kenapa baku hantam gini." celoteh Dasha tak habis pikir. Leonor berdecak dan membuang muka sedangkan Alam tampak ngenes dengan rambut acak-acakan. Beberapa helai rambut bahkan tergeletak di atas lantai dan sisanya menempel di telapak tangan pelaku.

"Kalian kenapa bisa begini?" tanya Aaron.

"Gue nggak tahu apa-apa, Bang. Sera langsung terjang gitu aja." adu Alam memperlihatkan wajah mirisnya.

Leonor mendelik tak suka.
"Gila ya lo! Gara-gara lo, gue dipecat! Sialan lo Bencana Alam!" galaknya.

"Gue nggak tahu apa-apa lohh ya." Alam berucap sambil memasang wajah polos nan lugu miliknya, membuat Leonor semakin meradang kepanasan.

"Gue cekik lo Bencana!" teriaknya. Gadis itu bersiap menerjang Alam lagi, namun Aaron sudah lebih dulu menahan bahu gadis itu.

Tessa menghela napas sambil mengelus kepala Wayne yang memeluk kakinya ketakutan.
"Begini aja, kita nggak tahu apa masalah kalian. Tapi lebih baik kalian ngomong baik-baik dengan kepala dingin. Kalau masalah ini tidak bisa mendapat sebuah kepastian, maka Kak Frey yang akan turun tangan. Walaubagaimanapun Kak Frey adalah pemilik rumah ini dan bertanggung jawab penuh atas semua kejadian-kejadian di dalam rumah. Kalian tinggal menunggu Kak Frey pulang aja, mungkin sekitar setengah jam lagi. Jadi gimana?" ujar Tessa panjang lebar.

"Eitss nggak usah Kak, ini cuman masalah kecil kok. Gue bakalan ngomong baik-baik." timpal Alam.

"Bagus. Kita kembali ke bawah dulu. Kalian jangan sampai baku hantam ya, nggak baik." seru Tessa.

A L A M [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora