A L A M 20

1K 134 2
                                    

Kericuhan kembali lagi terdengar di  rumah berlantai dua itu. Aksi kejar-kejaran tak terelakan lagi. Wayne terus saja menghindar dari kejaran Alam. Tubuh balita yang hanya dibaluti celana dalam spiderman itu dengan gesit berlari ke sana ke mari.

"Woi Wayne! Mandi nggak kamu?!" Alam berkacak pinggang. Keduanya mengelilingi sofa tanpa ada satupun yang mau mengalah.

Elios memperhatikan mereka dengan polos. Bayi laki-laki itu duduk enteng di dalam kereta bayi, sambil memainkan boneka penguin elastis miliknya. Tubuhnya juga sudah wangi setelah beberapa menit lalu dimandikan oleh Leonor.

"Way! Berhenti nggak?" Alam kembali bersuara. Namun Wayne masih keukuh dengan pendiriannya.

"Nggak mau, Wayne nggak mau mandi huaaaa."

Balita imut itu terus saja bergerak cepat agar tidak ditangkap oleh Alam, yang mirip predaktor lapar. Tak lama, lelaki itu tersenyum miring.
"Wayne! Ada cicak tuh di kaki kamu." Alam menunjuk-nunjuk kaki mungil Wayne yang langsung berhenti. Dengan panik, balita itu menatap kakinya, mencari benda yang sangat ia takuti.

"Mana Bang? Mana cicaknya. Bang? BANGGGG ALAMMMMM HUAAAAAA TURUNIN." Wayne berteriak heboh saat tiba-tiba tubuhnya melayang di udara. Matanya memelototi Alam yang terkekeh penuh kemenangan.

"TURUNINNNN, WAYNE NGGAK MAU MANDI!!! TOLONG! TOLONG!" Wayne merontak-ronta di gendongan Alam sambil meraung meminta tolong.

"Eitsss kamu harus mandi, bodo amat kamu teriak minta tolong, nggak ada yang mau nolongin hahahaha." Alam tertawa menyambut kekalahan lawannya. Wayne mengerucutkan bibirnya dan pasrah saat tubuhnya diboyong ke kamar mandi, yang bersebelahan dengan pintu menuju halaman belakang.

Di dalam kamar mandi berukuran dua kali lebih luas dari kamar mandi di lantai dua, Leonor sedang mencampur air panas dengan air dingin di dalam ember. Melihat kedatangan dua orang itu, ia langsung menyingkir ke sudut ruangan, untuk melanjutkan mencuci pakaian kotor.

"Wayne nggak mau mandi huaaa." Wayne masih memberontak. Tapi saat air hangat itu menyentuh kulitnya, balita itu langsung diam menerima kekalahannya. Alam mulai memandikan anak itu dengan kaku. Untuk pertama kalinya ia memandikan anak kecil.

"Bang, mata Wayne perih." Wayne berucap sambil mengucek-ngucek matanya yang terkena busa. Alam cepat-cepat membasuh wajah anak itu dengan air bersih.

"Masih perih?" tanya Alam memastikan.

"Masihhh Bang." jawab Wayne. Alam kembali membasuh sekaligus mengelap wajah balita itu dengan telapak tangannya.

"Udah." Wayne berseru kembali. Alam mengangguk dan mengembalikan semua peralatan mandi anak itu.

"Bang Alam." panggil Wayne.

Saat Alam menoleh, segayung air langsung mengguyur wajahnya. Lelaki itu berikutnya memelototi Wayne yang cekikikan setelah aksi balas dendamnya berjalan lancar.

Byur!

Wayne tersentak saat setengah ember air menyiram tubuhnya dari atas kepala hingga kaki. Lelaki itu mengusap wajahnya agar bisa bernapas. Ia menatap tajam penuh protes pada Alam yang kini tersenyum puas.
"BANG ALAMMMMM."

"Hahahahaha." Alam tertawa kencang melihat Wayne yang siap menangis di tempat.

"Heh! Siapa yang nyuruh kalian buang-buang air?! Air tuh dibayar pake uang tiap bulannya!" Leonor berucap dengan galak. Detik itu juga Alam dan Wayne saling menunjuk.

"Dia." mereka berkata serentak untuk menghindari tatapan mematikan gadis itu.

Leonor berdecak kesal. Ia menatap Alam yang ikutan basah dan sekarang sedang memberinya senyum polos.
"Mandi lo!" sinisnya pada Alam.

A L A M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang