A L A M 16

1K 147 2
                                    

Leonor memijit batang hidungnya, agar rasa ingin mengumpatnya tidak keluar, dan menyembur siapapun. Gadis itu berdecak tanpa suara, sorot matanya mengamati sosok Elsa yang menguasai penuh ranjang kesayangannya. Bahkan bebek itu tidak membiarkannya menyentuh kasurnya. Melanggar sedikit maka telapak tangannya yang menjadi sarang patokan.

Leonor tidak tahu harus berbuat apa lagi. Seminggu ini dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Punggungnya sakit setiap kali ia bangun dari lantai yang hanya beralas tikar dan selimut cadangannya. Sudah ia bilang, Elsa menguasai semuanya. Jika saja tidak mengingat dirinya adalah babysitter bebek itu, mungkin ia tidak berpikir dua kali untuk melemparnya ke atas wajan penggorengan.

Leonor bukanlah manusia sabar, bahkan kesabarannya seperti tisu yang dibagi dua lembar saja. Gadis itu pada akhirnya hanya bisa mengelus dada. Untung saja Elsa tipe bebek elit yang tahu kebersihan dan sudah terlatih. Jika tidak, maka ia tidak bisa membayangkan kotoran hewan yang berkeliaran di atas kasurnya. Elsa setiap ingin buang hajat akan pergi sendiri di kamar mandi. Dan tugas Leonor adalah menyiramnya. Entah diberi makan apa bebek itu oleh pemiliknya, sungguh hewan tahu tata krama.

Leonor menggendong Elsa menuruni anak tangga satu persatu. Setelah sampai, ia langsung menurunkan bebek itu ke atas lantai lalu mulai berkeliaran. Dilihat Aaron duduk di meja makan dan sibuk pada laptop di pangkuannya. Lelaki dewasa itu sesekali menggigit apel. Sejak dua hari lalu ia bekerja dari rumah karena kantor mereka sedang direnovasi.

Leonor membuka lemari pendingin, mengambil minuman perisa buah yang ia simpan tadi malam. Gadis itu berjalan dan berhenti di belakang Aaron.
"Lagi ngedit naskah, Bang?" tanyanya.

Aaron mengangguk dengan wajah kusutnya.
"Naskahnya hampir merontokan rambutku secara menyeluruh." ia berkeluh sambil memijit kepalanya yang nyut-nyutan.

Leonor menarik kursi di sampingnya. Lalu ikut mendudukkan diri.
"Kenapa emang?" tanyanya.

"Naskahnya sudah ambrudal. Banyak alur dan dialog-dialog antar tokoh yang tidak nyambung. Dan juga, ada banyak penyingkatan kata hampir di setiap paragraf." keluh Aaron.

Leonor mengerutkan keningnya. Gadis itu menyeruput minumannya sambil berucap.
"Terus kenapa diterima, kan bisa di cancel atau dilempar ke editor lain." celetuk gadis itu.

Aaron menghela napas.
"Tidak ada editor yang mau mengambilnya. Sebagai karyawan junior, kata pasrah lebih cocok mengingat aku yang paling muda dan karirnya masih seumur jagung. Tidak bisa dicancel lagi karena penulisnya sudah membayar biaya. Yang paling membuatku pusing, penulis tidak terima jika alurnya sedikit dirombak. Padahal bagusnya dia mempercayakan semuanya padaku. Hampir semua buku yang terbit di penerbit kami akan menjadi best seller dan laku keras di dunia perbukuan. Hah, rasanya aku ingin memaki." keluh Aaron.

Leonor sedikit mengiba, itulah susahnya jadi editor. Setiap huruf yang ada di dalam naskah harus ia perhatikan. Jadi penulis memang tidaklah mudah, tapi ada baiknya kita menerima setiap masukan yang bersifat membangun.

"Kak Frey kapan pulang?" tanya Leonor. Ia hampir lupa jika ibu dua anak itu pergi membawa Elios dan Wayne ke luar kota untuk bertemu keluarganya tadi malam.

"Mungkin sore ini." jawab Aaron.

Leonor mengangguk dan mulai bangkit. Gadis itu berjalan ke ruang tamu untuk mencari keberadaan Elsa.
Bebek itu tidak ada di sana dan Leonor berinisiatif mencarinya keluar melihat pintu rumah terbuka sedikit. Dan benar saja, Elsa sedang bermain dengan bebek betina yang bersama anak-anaknya.

Tin tin tin

Leonor bergegas membuka pagar, mempersilahkan sebuah mobil hitam mengkilat masuk ke halaman rumah. Di belakangnya ada dua motor sport mengikuti. Leonor memperhatikan siapa orang-orang itu. Ternyata itu inti Star Gang. Aaron menyambut kedatangan mereka di teras dan menjelaskan jika mereka cukup dekat.

A L A M [END]Where stories live. Discover now