A L A M 35

926 141 9
                                    

Leonor terbangun di tengah malam karena panggilan alamnya. Gadis itu turun dari brankar penuh kehati-hatian. Ia memegang botol infusnya dengan satu tangan sedangkan tangan yang tersisa mendorong pintu kamar mandi. Leonor pun mulai mengeluarkan semua apa yang ingin keluar. Setelah beberapa saat, gadis itu langsung bangkit berdiri kembali.

Ia menutup pintu kamar mandi dan melangkah menuju brankarnya. Gadis itu duduk bersandar sambil menatap jam dinding, yang menunjukkan pukul 00.23 pagi. Matanya tidak bisa lagi terpejam. Ruangan ini hanya diisi oleh dirinya. Jadwal besuk hanya sampai pada jam 9 malam saja.

Orang-orang di rumah Freya belum menampakan batang hidung. Tentu saja bukan karena apa, mereka semua menghadiri acara pertunangan Tessa. Semoga saja Tessa tidak marah saat ia tidak ikut menghadiri acara bahagianya.

Lama dalam lamunannya, Leonor tersadar pada kenyataan saat mendengar sayup-sayup dari luar jendela. Gadis itu menyeringit saat melihat sebuah tangan meraba-raba jendela. Siapa makhluk pengganggu yang datang di tengah malam yang sedang hujan deras ini? Ia terus memperhatikan tangan itu hingga sosok tubuh menaiki pembatas jendela yang lebarnya hanya beberapa senti saja. Leonor melotot horor, bersamaan lampu yang padam akibat petir yang menyambar tiba-tiba.

Tok tok tok

Sosok yang tidak bisa dikenali itu mengetuk-ngetuk jendela. Leonor menyipitkan mata. Tidak mungkin jika sosok itu adalah makhluk halus. Makhluk halus harusnya sudah lebih dulu menembus jendela kaca. Alien? Tidak mungkin. Manusia? Nah itu sedikit masuk akal. Tapi masalahnya siapa? Hanya manusia sedikit gesrek yang melakukan hal itu disaat ada pintu rumah sakit yang terbuka lebar. Tapi tunggu! Leonor langsung menatap lamat-lamat sosok itu lagi. Manusia gesrek yang ada di kehidupannya hanya satu!

Dengan pikiran yang sudah bisa berspekulasi, Leonor langsung turun dari ranjang, menggeser kaca jendela. Dan terlihatlah Alam yang menyengir lebar disaat lampu kembali menyala.
"Lo ngapain di sini?" ujar Leonor dengan nada sedikit serak. Gadis itu tetap mengontrol dirinya agar tak berteriak. Jangan sampai pemulihan pita suaranya yang sudah berjalan dua hari ini sia-sia.

Alam yang basah kuyup masuk ke dalam dan menutup jendela. Lelaki itu dengan tampang polosnya tersenyum bodoh di saat tubuhnya menggigil.
"Gue kangen sama lo, makanya gue di sini hehe." ujarnya.

Entah Leonor harus baper atau sebaliknya mendengarnya, namun kali ini gadis itu hanya bisa merotasikan matanya. Dengan malas ia membawa infusnya menuju tas berisi pakaian gantinya. Gadis itu mengeluarkan daster tidur pinknya yang terbuat dari kain silk.
"Ganti baju." titahnya.

Alam melongo.
"Itu kan baju perempuan." protesnya.

Leonor meredakan larva yang ingin ia semburkan pada lelaki itu. Ia tidak boleh marah. Tidak baik untuk tenggorokannya.
"Pake aja, lo mau mati kedinginan? Kalo mau mati ya nggak apa-apa sih, tapi jangan di sini juga." ujarnya dengan suara rendah.

"Y-ya jangan pakaian itu juga." ringis Alam.

"Nggak ada yang muat sama lo. Ini yang paling besar." balas Leonor.

"Kalo nggak mau pake, pergi dari sini." keluar juga kata-kata pedas dari mulut beracun gadis itu. Namun sayangnya itu sama sekali tidak mempan untuk Alam. Lelaki itu tak punya pilihan lain selain memakai baju girly itu. Ya dari pada diusir. Tidak elit sekali.

Setelah selesai mengganti baju, Alam keluar dengan wajah memelas. Seluruh arena wajahnya sampai leher dan telinga memanas. Sedangkan Leonor hanya bisa menahan senyum melihat penampilan lelaki itu. Hah, andai saja ponselnya ada, mungkin ia sudah mengabadikan momen langka ini.

Alam menarik tali spagetti daster yang ia pakai ke atas saat benda itu jatuh di bahunya yang berotot. Leonor menepuk-neluk brankarnya menginzinkan Alam bergabung dengannya.

A L A M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang