76

28 1 0
                                    

  "Ayah, bisa ayah ceritakan lagi? secara singkat saja."

 "Baiklah, papa dulu bangun di rumah sakit dan ayah melupakan semuanya. Kata dokter papa amnesia dan papa tidak ingat dimana keluarga papa, tidak ada jejak identitas yang papa bawa. Kata dokter papa dibawa ke rumah sakit oleh sekelompok orang yang menemukan papa dibawah jurang. Dokter sudah menghubungi polisi dan sudah sangat lama tidak ada perkembangan. Karena papa berhutang dengan rumah sakit banyak papa menawarkan diri menjadi tukang bersih-bersih dan setelah beberapa bulan papa bertemu ibu-mu yang sedang dirawat di rumah sakit. Kami mempunyai banyak kontak dan akhirnya papa menikahi ibu-mu walau kamu sendiri yang tidak setuju saat itu. Dan sekarang yaa seperti ini, papa terdampar di keluargamu hampir  2 tahun haha..."

  Tanpa sadar genggaman garpu ditangan Reva mengencang dan dengan gerakan kaku ia melahap satu irisan daging di depannya. "Bagaimana jika keluarga papa yang dulu datang menjemput papa? siapa yang papa pilih?"

  Sagara pernah menjawab pertanyaan ini sebelumnya 2 tahun lalu, dan ini bukanlah sesuatu yang mengejutkannya." Seperti yang  papa jawab 2 tahun lalu, jika keluarga papa datang papa akan berdamai. Tapi papa tidak akan melupakan keluarga ini, kita akan berdamai dan mencoba menyatukan dua keluarga jika mampu. Papa tidak ingin ada yang tersakiti, jika tanpa keluarga ini mana mungkin papa bisa bertahan. Mereka seharusnya dapat memahami dan mengerti kondisi papa sekarang."

  Reva tahu maksud implisit itu, jika papa-nya mengetahui keluarga masa lalunya kemungkinan besar dirinya akan dimaksukkan ke dalam keluarga ini dan menjadi saudara tiri Revan.  Tapi bagaimana jika papa-nya tahu kalau keluarga ini juga yang sudah menghancurkan keluarganya? Gara-gara keluarga ini dia amnesia, istrinya meninggal, anak sulungnya hilang dan putrinya tertukar jiwa? Bagaimana   kalau ayahnya tahu itu semua? Apa dia akan mendapat jawaban yang sama.

  "Ngomong-ngomong, apa ayah tidak berencana membuatkanku adik lagi?"

  "Ibu dan papa sudah tua, kita tidak memiliki ide itu. Lagipula kita sudah mempunyai cucu, kita bisa ikut membesarkannya."

  Itu pernyataan yang bagus, saat semuanya sudah normal dan dia kembali ke raga-nya ia akan mencari cara agar ayah-nya dapat kembali kepadanya. Dia tidak rela ayah-nya yang baik tersesat di keluarga yang kejam ini, tidak peduli alasan putih apa yang Rheva gunakan hatinya sekarang sudah sedikit diracuni dendam.

  "Kenapa adikmu diam seperti itu? apa kalian mengalami pertengkaran besar?"

  Reva mengalihkan pandangan ke Revan yang makan dengan diam disamping Bryan sembari menatap ponselnya acuh dengan sekitar. Sedaritadi dia dianggap tidak ada, mungkin hanya keluarga kandungnya saja yang mengajaknya berbicara dan semua suami Reva serta Reva sendiri mendiamkannya.

  "Hanya pertengakaran kecil, biasalah saudara saling bertengkar dan setelah itu berbaikan."

  Di lain sisi diwaktu yang bersamaan Rheva yang sudah menghabiskan makan siangnya langsung saja berbaring di kamarnya dengan malas, dia membuka laptopnya dan menyetel musik yang keras sembari membuka berkas-berkas perusahaan yang selama tiga hari ini ia cek sendiri. Sebenarnya tidak terlalu berat bagi Rheva sendiri kehilangan pak Hakim, ia di raganya yang dulu malah menghandle beberapa perusahaan besar sekaligus dan perusahaan kecil Reva ini hanya permainan baginya. Namun untuk lusa ia harus terjun ke lapangan sendiri untuk melihat barang-barangnya mulai dikirim ke luar negeri. Rheva sekali lagi kagum dengan marketing perusahaan Reva, tidak hanya pesanan sampai ke Malaysia, Thailand dan Korsel. Tapi beberapa hari yang lalu ia mendapat pemesanan dari Australia dengan batch tinggi, tidak dapat dihindari kalau perusahaan furniture ini akan berkembang pesat 2 tahun mendatang.

  Setelah 2 jam berkutat dengan laptop, Rheva menutupnya dan berganti melihat ke ponselnya mencari kabar tim kabut yang 2 hari ini ia berusaha kumpulkan. Tim kabut ini adalah tim yang jarang melakukan tugas, jika tidak ada sesuatu genting mereka hanya akan menganggur dan berpencar tidak tahu keberadaan anggota satu sama lain. Oleh karena itu butuh 2 hari bagi Rheva untuk mengumpulkan kembali tim kabut dan dia mendapat info tim-nya sekarang sudah menjadi tim utuh.

  Rheva menyeringai puas, akan mudah baginya mencari ayah dan kakak Reva jika tim kabut sudah terbentuk kembali. Setelah beberapa pembaruan dan pengarahan taktik baru tim kabut akan dapat menemukan keluarga Reva yang hilang dalam hitungan hari. Tapi, bagaimana rupa dua orang itu? Rheva baru ingat sebelum Reva membawa barang-barangnya pergi dulu kalau foto keluarganya berada di rak nakas paling bawah dan dia belum membukanya sama sekali karena menurutnya itu tidak penting. Namun, saat ia menemukan pigura dengan bingkai kayu jati yang dipoles rapi ia terkejut beberapa saat hingga telepon dari Revan ia abaikan. Foto dalam pigura itu terpampang satu keluarga yang memiliki empat anggota dan duanya Rheva tahu. Perempuan kecil berkepang dua itu adalah Reva, dan pria paruh baya dibelakangnya pasti ayahnya yang sekarang menjadi papa-nya. Jadi Sagara itu ternyata ayahnya Reva?

  "Sagara ayahnya Reva, apa Reva sudah tahu?"

  Mengindahkan ponselnya yang terus berdering, Rheva beralih mengobrak-abrik rak di dalam lemari sampai ia menemukan album foto milik Reva. Album foto itu sedikit berdebu, setelah mengelap-nya dengan beberapa tisu ia membukanya dan foto yang sama terpampang di halaman pertama. Dua halaman, tiga halaman dibuka dan foto-foto masa kecil Reva dengan keluarga terpampang begitu nyata dan Rheva memiliki sedikit emosi setiap halaman dibalik. Begitu indah keluarga cemara ini, Rheva merasa sedikit bersalah tidak sengaja menghancurkannya.

  Setelah menemukan foto kakak Reva yang hanya sendiri, Rheva mengambilnya dan bersiap-siap untuk pergi. Dengan pakaian serba hitam tertutup rapat, ia memesan taksi online dan meluncur dimana posisi tim kabut berada.

  Taksi baru berkendara 10 menit dan tiba-tiba berhenti membuat dirinya hampir terkatuk kursi supir, kebiasaan buruk Rheva adalah dia tidak pernah memakai seatblet saat naik mobil.

  Bertanya ke supir, ternyata di depan sedang macet dan kabarnya ada beberapa mobil yang tiba-tiba berhenti mendadak hingga beberapa pengemudi dibelakangnya terkejut hingga tidak sampai mengerem dan akhirnya mobil mereka bertumpuk dan beberapa terbakar. Rheva mengernyit bingung, beberapa hari ini banyak kecelakaan mobil berhenti mendadak dan ini kali pertamanya terjadi siang hari. Pasti ini ada  kaitannya dengan orang tua itu.

  Setelah membayar taksi, Rheva keluar dan langsung berjalan ditengah teriknya matahari menuju ke tempat kejadian. Kepolisian dan pemadam kebakaran telah datang ditempat dan mobil-mobil itu sudah ditepikan oleh mobil derek. Kedatangan Rheva mengalihkan perhatian polisi Juan yang ingin mengatur lalu lintas kembali.

  "Maaf sebentar lagi jalurnya akan dijalankan, mohon kembali ke mobil."

  Rheva tidak menjawab melainkan langsung mendekati para korban dan menyelinap menjadi relawan yang mengobati. Untung saja dia sudah membawa berbagai macam card untuk memanipulasi mereka dan mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi.



Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Oct 03, 2023 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

Behind The New LifeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant