74

12 1 0
                                    


  Kantor polisi itu sepi setelah letnan Novan membebaskan 2 orang asing di sel dan pergi begitu saja dengan antek-anteknya setelah memukul ulu hati-nya dengan telak. Sekarang sudah pukul 22.45 malam dan ia tinggal sendiri dengan sebaskom es batu untuk meringankan lebam-nya. Namun tidak ada yang tahu kalau rasa sakit itu tidak sebanding dengan kekecewaan yang ia dapatkan.

  Ponsel di meja itu bergetar dan mendapati nama Reno terpampang begitu jelas membuatnya muak. Dia dengan acuh mengabaikan panggilan itu, namun untuk ke enam kalinya ia dengan decakan kesal mengangkat teleponnya dan suara gemerisik langsung menyapa inderanya.

  "Datang ke jalan Anggrek dengan personil, cepat!"

  Dengan gebrakan kasar di mejanya ia langsung menyambar jaketnya dan keluar dengan aura dingin yang tidak pernah ia tunjukkan, masalah akan selalu datang sebelum seseorang itu mati.

  Sesampainya di jalan Anggrek, ia dikejutkan oleh keadaan yang mengenaskan. Darah berceceran di aspal, semua pecahan motor, mobil dan puluhan  batangan kayu utuh berserakan dimana-mana membuat para suster yang mencoba mengamankan korban sedikit kesulitan. Dengan panik ia meraih Reno yang sedang menelpon seseorang di samping truk yang terbalik.

  "Ada apa ini?"

  "Mana personilmu?"

  "Jelaskan padaku!"

  "Truk kayu ini mencoba menghindari dua mobil yang tiba-tiba berhenti ditengah jalan. Namun karena jalanan licin saat ia membelokkan truk, truk langsung terbalik. Kayu-kayu itu menimpa dua mobil tadi dan para pemotor di belakang. Aku sudah menelpon pemadam, mobil derek dan lainnya. Setelahnya ini tugasmu, aku punya kepentingan sendiri."

  Setelahnya Reno pergi dengan mobil hitamnya, ia hanya kebetulan lewat disini dan melihat kecelakaan yang mengerikan. Tetapi ada sesuatu yang harus ia cek penyebab kedua mobil itu berhenti mendadak.

  Polisi Juan dengan panik mencoba tenang menelpon teman-temannya yang tadi kecewa dan mereka memilih pulang. Namun karena panggilan kemanusiaan, mereka akhirnya datang walau masih terjadi perang dingin.

  "Amankan lokasi, tutup jalan anggrek dan arahkan ke jalan melati."

  "Untuk malam ini saja kami mematuhi arahanmu."

  Malam ini tidak ada yang baik-baik saja, tidak ada yang bisa tidur dan bernapas dengan tenang. Darah, airmata dan pengkhianatan meluruhkan semua daya jiwa yang sebenarnya sedang terluka. Tidak ada yang tahu siapa yang harus disalahkan disini, namun hanya satu kebenaran yaitu setelah ini semuanya akan berbeda.

  •••

  Hari ini adalah hari dimana Reva akan mengunjungi kedua orang tua Rheva yang baru saja sampai di Indonesia. Karena ada masalah kecil di pagi hari, kedua orang tua itu dijemput kakak laki-laki Rheva yang juga baru sampai, dan sekarang seluruh anggota keluarga bersama-sama akan mengunjungi rumah kakak laki-laki Rheva yang letaknya tidak jauh dari mansion. Namun karena 2 bulan ini kakaknya ada di luar negeri untuk berbisnis, Reva belum pernah bertemu langsung dengannya.

  "Apa Revan perlu dikabari?"

  "Mungkin dia akan datang sendiri, dia bukannya sudah tahu jadwal kepulangan papa dan bunda?"
 
  "Iya sih."
 
  Sejak kejadian 3 hari lalu Revan memilih untuk tinggal di apartemennya sendiri dan Reva menarik semua properti yang ia miliki terutama card kreditnya. Tidak ada yang tahu bagaimana Revan bertahan hidup, namun yang Reva syukuri ia bisa menahan Bastian untuk tidak melakukan tindakan bodoh untuk membunuh orang yang dicintainya. Iya, sampai saat ini pun rasa cinta untuk Revan tidak akan pernah hilang dihati Reva entah sempai kapan.

  "Zayn, menurutmu keputusanku 3 hari lalu itu baik-baik saja?" Tanya Reva seraya menyenderkan kepalanya ke bahu Zayn dengan lesu.

  Zayn mengerti perasaan gundah Reva, ia pun memeluk Reva dari samping sehingga gadis itu dapat merasakan kenyamanan. "Itu keputusan yang baik, jangan memikirkan apa pun beberapa hari ini. Berat badanmu berkurang banyak."

   Selain menyuruh Revan hidup sendiri dan menyita semua propertinya, ia juga terpaksa menghukum pak Hakim dan Rheva. Pak Hakim sekeluarga ia pulangkan kembali ke kampung dan tidak diizinkan untuk menginjak kota selain mendapatkan izin darinya, sedangkan untuk Rheva secara pribadi ia menyuruh agar Rheva dapat menemukan kembali kakak dan ayahnya yang hilang, siapa tahu mereka berdua masih hidup. Sedangkan untuk Aluna dia dibebaskan tetapi dia dipesan agar tidak membocorkan apa yang sudah ia ketahui ke publik. Hanya karena ini saja Aluna berubah diam dan banyak menghabiskan waktu dirumah.

  Reva bukan tanpa hal memberi hukuman, ia ingin Revan menjauh sebentar dari Bastian dan Reno yang sepertinya mereka memiliki dendam pribadi dan agar Revan juga dapat merenungkan apa yang sudah ia lakukan. Untuk pak Hakim, karena sekeluarga sudah mengalami hal pahit dan untuk menghilangkan trauma ia mengirim mereka kembali ke desa untuk menenangkan diri. Atas nama dirinya yang dulu ia masih mensubsidi keluarga pak Hakim sesuai gajinya. Sedangkan Aluna, ia akan mencoba mendekatinya lagi dan berusaha bersahabat lagi seperti dulu walau mungkin itu hal mustahil.

  Perjalanan ini tidak memakan waktu lama, empat mobil itu akhirnya sampai dirumah kecil bertingkat 2 namun memiliki halaman luas yang penuh dengan berbagai macam bunga. Melihat ini perasaan kesal menghinggapi hati Reva saat memikirkan bunga di belakang mansion-nya belum terurus, setelah ini ia akan lebih memperhatikannya dan cepat mengubahnya menjadi taman bunga.

  "Apa ini cukup? Aku rasa kurang," ujar Reva memegang keranjang buah di tangannya dengan gelisah. Ia tidak tahu bagaimana ekpresi yang akan ia tampilkan nanti dihadapan orang tua Rheva dan bahkan ia belum tahu rupa mereka, soalnya saat ia mencari foto kedua orang tuanya di kamar itu ia tidak mendapatkan apa pun.

  "Itu sudah cukup, ayo masuk," ajak Leo mengusap sebentar rambut Reva lalu menarik tangannya untuk masuk.

  Perasaan gelisah itu belum hilang dan sekarang ia merasa sangat gugup dan jantungnya berdegup sangat kencang. Tangan yang di pegang Leo tanpa sadar mendingin dan mengerat. Leo yang menyadari itu sedikit merasa aneh namun segera menepisnya dan mengusap punggung tangan Reva dengan ibu jarinya bermaksud untuk menenangkan.

   Untuk menghilangkan perasaan aneh itu dan menghilangkan ekpresi gugupnya Reva langsung melepas pautan tangannya dengan Leo dan berlari kecil menyalip Angga yang berjalan paling depan," papa bunda, putri kalian yang paling cantik datang!"

  "Pa, Rheva datang."

  "Ay...ayah!"

  Keranjang yang ia bawa terjatuh begitu saja sontak membuat para suaminya menghentikan langkah mereka. Angga yang paling dekat dengan Reva langsung melihat ekpresi gadis itu dan langsung mendapati kedua manik mata yang sebening berlian itu tengah membendung air mata. Sebelum Angga sempat menepuk pundak Reva, gadis itu sudah menghamburkan dirinya ke pelukan pria paruh baya di depannya. Dengan isakan yang tidak dapat ditahan, Reva menangis begitu kencang sampai Revan yang baru datang mengernyitkan dahinya bingung.

  "Ayah hiks....ayah ternyata masih hidup!"

Behind The New LifeOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz