69

9 1 0
                                    


  "Tanda tangan kontrak dan Zelo akan aman bersama kami," ujar Reva setelah melempar map itu dengan keras ke atas meja hingga membuat ruangan itu terdiam lagi.

  "Queen?"

  "Tidak ada bantahan, aku pemimpinnya disini."

  Bastian berdecih dan tidak mengatakan apa-apa lagi, melihat itu tuan Grenzo dan Zelo memiliki kesempatan untuk  membubuhkan tanda tangan mereka di map tersebut diakhiri tanda tangan bermaterai. Pada saat terakhir, setetes air mata mengalir begitu saja diujung mata Grenzo tanpa sepengetahuan siapa pun namun polisi Juan memperhatikannya. Sekeras apa pun hati Grenzo, ia akan rapuh jika itu berkaitan dengan Zelo.

  "Bastian, Zelo akan bergabung dengan tim paruh. Ia akan dilatih disana sebelum siap jadi tangan kananku," ujar Reva bersedekap dada menghadap Bastian yang memutar bolanya malas. "Jovan, sekarang dia anak buahmu," ujarnya ke Jovan lalu mendorong bahu pria bermata elang itu sedikit kasar.
 
  "Queen, sampai level berapa saya mengasahnya? Dia kelihatan  pintar untuk dapat merakit bom atau bahkan menjadi mata-mata. Dia kelihatan berguna untuk tim paruh masa depannya," ujar Jovan bersmirk membuat Zelo meneguk ludahnya kasar. Bahkan tidak hanya Zelo, Grenzo dan Reva saja sudah memikirkan yang tidak-tidak jika saja Zelo dijadikan mata-mata ia pasti sudah ditangkap musuh dalam waktu cepat. Mereka juga takut jika Zelo merakit bom lalu bom itu tiba-tiba meledak karena kecerobohannya sendiri. Karena mereka tahu, hanya tampang yang memanipulasi karakter Zelo yang ceroboh dan suka terburu-buru dalam bertindak.

  "Apa yang kamu katakan? Cukup ajarkan dia bela diri, pertahanan, strategi dan menembak. Jangan lupakan kalau dia masih pelajar tuan."

  "Saya tidak pantas dipanggil seperti itu Queen," ujar Jovan merendahkan punggungnya membuat Reva menaikkan satu alisnya," kak Reno, dia siapa? Salah satu tim paruh bukan?" Bisik Reva ke Reno yang berdiri disampingnya.

  "Dia ketua tim paruh nona, bawahan anda."

  "Oh baiklah, sekarang Zelo berada di tangan anda. Jaga dan ajarkan dia seperti saudaramu sendiri mengerti?"

  "Mengerti Queen."

  "Baiklah tuan Grenzo, tuan Juan. Ada lagi yang ingin anda bicarakan?"

  "Tidak ada, kami akan segera pergi," ujar Tuan Grenzo menarik Zelo keluar diikuti polisi Juan. Melihat itu, Reva langsung meminta salah satu bodyguard disana untuk mengantar mereka sampai ke pintu dan menyuruh Zelo untuk kembali ke kamar.

  "Huft, jadi apa yang ingin kalian bicarakan? Kita masih ada waktu 5 menit sebelum rapatku dimulai," ujar Reva terduduk kembali berhadapan langsung dengan Bastian dan Jovan.

  Jovan langsung saja mengeluarkan tabletnya dan menyampaikan informasi apa saja yang telah ia kumpulkan. Namun baru setengah jalan Reva memotongnya karena ia sulit memahaminya, apa dia tidak bisa menjelaskannya lebih sederhana.

  "Jadi markas mereka hanya digedung dibakar itu? Berapa lama mereka beroperasi?"

  "Sesuai informasi, kemungkinan sudah sekitar 1 tahun setengah."

  Reva sedikit termenung, ia sudah biasa melewati gedung kosong itu setiap ia ingin ke supermarket dan selalunya kosong tidak berpenghuni. Jadi, bagaimana mereka beraktivitas tanpa diketahui? Apa mereka bersekongkol dengan hantu.

  "Jadi jadi, apa yang mereka curi? Dan kenapa?"

  "Mereka mencuri file kecelakan 3 tahun lalu, mereka ingin memenjarakanmu," sahut Bastian memggertakkan giginya menahan marah.

  "Apa motif mereka ingin memenjarakanku? Apa alasan sebenarnya?"

  "Tentunya ingin balas dendam Queen, tapi untuk siapa kami tidak tahu. Data pemilik mobil yang Queen tabrak 3 tahun lalu belum ditemukan, sepertinya Queen tidak pernah menguliknya sebelumnya?"

Behind The New LifeWhere stories live. Discover now