67

3 0 0
                                    


  "Nanti jam 8 tidak usah ke rumah gue, gue akan pergi," ujar Rheva tiba-tiba membuat gerakan Aluna mematikan laptop terhenti," lo mau kemana?"

  "Gue akan menyelesaikan semuanya, Revan lo pulang sekarang."

  "apa yang mau lo lakukan? Tidak usah macam-macam," cegah Revan dengan mata setajam elang.

  "Benar Rheva, serahkan semuanya ke ayah gue dan pak Hakim. Gue yakin semuanya akan baik-baik saja dan besok kita bisa melapor ke polisi."

  "apa menurut lo semudah itu?"

  Aluna terdiam, ia pikir setelah mafia itu dilaporkan polisi maka semuanya akan baik-baik saja. Dan jika malam ini istri dan anak pak Hakim tidak dapat dijemput maka kemungkinan dengan pertolongan polisi besok mereka bisa selamat. Aluna hanya mengikuti perintah ayahnya agar diam dirumah dan membiarkan mereka semua bertindak membantu pak Hakim.

   "Lo pikir ini juga tidak semudah itu kan? Biar gue saja yang bertindak."

  Rheva menatap Revan yang mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang di teleponnya tanpa berpindah tempat. Rheva jadi tahu kalau Revan tengah mengirimkan kelompoknya untuk membantu melepaskan keluarga pak Hakim dan mengontrol situasi dari dalam. Disini Rheva semakin terkejut, disamping ia mengetahui kenyataan kalau pak Hakim mendirikan kelompok gelap dan memata-matai kelompoknya untuk mencari bukti ia juga dikejutkan lagi oleh kenyataan kalau Revan juga mendirikan kelompok sendiri. Bahkan kelompok Revan sudah sampai orang-orang dalam? Berapa banyak yang ia tidak ketahui?

  "Jika lo masih kekeuh pergi menemui Rheva. Gue ikut, jika bawahan gue tidak berhasil membawa keluarga pak Hakim keluar, jam 8 kita berangkat."

  "Berapa banyak rahasia yang tidak gue ketahui?"

•••

  Disebuah penjara bawah tanah sebuah markas seorang pria paruh baya tengah mengerang menahan sakit di sekujur tubuhnya karena sedaritadi tubuh bagian atasnya yang telanjang dipukuli habis-habisan bahkan beberapa pecutan mereka lontarkan membuat tubuhnya yang kurus dipenuhi darah dan luka.

  Bastian yang sedaritadi hanya menghisap nikotinnya dipojok penjara sembari menonton aksi tersebut lalu dengan perlahan bangkit menghampiri si paruh baya itu dan langsung menusukkan nikotinnya yang panas itu ke kulit tangannya membuat teriakan itu semakin keras.

  Bastian tertawa dengan apa yang dilihatnya, masih belum puas ia pun mengobrak-abrik sesuatu di kotak hitam pojokkan tadi dan sebotol cuka telah muncul di tangan kanannya. Melihat botol cuka itu, pak Hakim dengan histeris berteriak jangan dan memohon pengampunan Bastian. Namun seakan tuli, Bastian mendekati Pak Hakim dengan senyum mengerikan," mau coba sesuatu yang baru?"

  "Hiks....ampuni aku tuan! Ampuni aku!"

  "Untuk siapa kamu melakukan itu?"

  Pak Hakim masih tidak mau berbicara, karena inilah ia dipukuli dan dipecuti habis-habisan agar mau mengaku. Namun demi Reva yang ia sayangi dan lindungi, ia akan tetap diam walaupun nyawa taruhannya," a...aku melakukannya untuk diriku sendiri hiks...."

  "Masih tidak mau menjawab, tapi kamu melakukannya untuk memenjarakan Rheva bukan? Tidak akan aku biarkan!"

Ting

Ting

  "Ayo ke mansion!"

  Bastian menghentikan tangannya yang ingin menyiram tubuh pria ini dengan cuka, dengan jeda sedetik ia pun menutup kembali botol itu dan mengembalikannya di tempat semula." Jaga dia, dan pastikan tidak ada bawahannya dia lagi yang ingin datang."

Behind The New LifeWhere stories live. Discover now