63

11 2 0
                                    


Ceklek

  "Mau apa lo dari gue?"

  Rheva tidak menjawab melainkan berjalan masuk ke kamar tamu yang ditempati Zelo sekarang ini dan duduk di tepi ranjang. Ia menatap lamat Zelo yang sedang duduk di dekat jendela terbuka dengan rokok vape-nya.

  "Lo sudah tahu belum kal..."

  "Gue tahu, sekarang mau lo apa dari gue?"

  "Jadi tangan kanan gue."

  "Uhuk...uhuk.... apa maksud lo?"

  "Semua tahu, kalau target remaja cowok maka ia akan gue jadikan suami. Jika target remaja cewek maka ia akan gue angkat jadi saudara kontrak. Jika target tidak termasuk kriteria keduanya, maka ia akan dibantu melakukan pelarian sembunyi selama hidupnya." Jelas Rheva dengan helaan nafas panjang, penjelasan ini tentu saja berasal dari David saat ia menanyakannya tadi. Makanya tadi pagi Naufal sempat bertanya tentang hal menjijikan itu, tetapi ini bukan Rheva yang asli yang akan memperbudak mereka dan mengurung mereka dalam sangkar emas. Oleh karena itu, karena Zelo yang jadi target maka ia akan dijadikan tangan kanan. Ia pribadi sebagai Reva dulu juga tahu, kalau Zelo ini selain pandai balapan juga pandai boxing dan bertarung.

  "Lalu kenapa gue jadi tangan kanan lo?" Sungut Zelo yang sepertinya tidak suka.

  "Zero, lo kayanya kepingin banget jadi suami gue."

  "Huft.....gue bukan Zero tolol tapi Zelo. Lagian bukannya jadi suami lo itu enak? Tidak perlu kerja part time lagi dan tentunya jauh dari kengkangan orang tua itu."

  Setelahnya Reva paham kalau Zelo ini tidak nyaman pada rumah dan ayah-nya, tapi ia cukup terkejut mendengar kalau ia siap menjadi suaminya. Tapi apakah Zelo sudah siap mengorbankan masa depannya padanya? Apa ia sudah siap berlindung padanya yang bahkan tidak dapat melindungi dirinya sendiri.

  "Tapi masa depan lo tidak terjamin pada gue. Bagaimana jika gue memperbudak lo? Bagaimana jika gue tidak mau menceraikan lo dan pada akhirnya lo akan jadi milik gue seumur hidup? Apa lo siap untuk itu? Apa lo siap jika suatu saat gue akhirnya gugur dan tidak ada yang melindungi lo lagi?"

  "Tidak ada yang tahu seperti apa masa depan, tetapi keyakinan gue sudah sepenuhnya sama lo. Gue yakin, lo tidak seburuk itu apa yang lo bilang."

  Reva terkekeh kecil, apa jika pada Rheva yang asli ia akan tetap mengatakan itu? Apa ia akan dengan mudah menggantungkan nyawanya pada Rheva yang haus darah? Hahaha....ia akan tertawa sampai menangis jika hal itu benar-benar terjadi.

Reva beranjak dari duduknya lalu menutup tirai yang Zelo buka." Lo akan tetap jadi tangan kanan gue, tidak ada naikkan level."

  "Kenapa Revan boleh tapi gue tidak?"

  Langkah kaki Rheva yang hendak berjalan keluar langsung terhenti saat ucapan itu terlontar begitu saja dengan lancarnya. Dengan kedua mata memanas , ia melirik Zelo sekilas sebelum melanjutkan berjalan keluar," Revan itu adik gue, jika lo masih mengusiknya maka tidak ada jaminan lo akan tinggal di mansion ini."

•••

 
  "Dokumen apa ini?"

  Reno menoleh dan mendapati Langit mengangkat map berwarna pink yang terselip diantara dokumen-dokumen lainnya.

  "Oh itu dokumen tentang A. Reva, pemilik A.R Company yang ingin nona tahu identitasnya. Saya lupa melaporkannya dan malah terselip diantara dokumen perusahaan," ucap Reno yang ingin mengambil alih map itu namun Langit tidak memberikannya, dengan acuh ia membuka map itu dan membaca keseluruhan identitasnya.

   "Sepertinya aku pernah mendengar nama ini, apa teman Rheva?" Monolog Langit yang terus membalik data pribadi Reva hingga berhenti disebuah foto Reva yang kemungkinan besar diambil secara diam-diam," oh dia benar teman Rheva, dia cukup hebat membangun perusahaannya sendiri selama 3 tahun," ucap Langit menutup berkas itu lalu menyerahkannya pada Reno.

  "Berikan padanya hari ini, dan laporkan perkembangan kerjasama kita dengan Z.X grup, metro grup sudah berhasil dan tinggal tanda tangan dirinya."

  "Baik tuan."

  "Oh ya, apakah kak Angga sudah menemukan sesuatu yang janggal pada data-datanya?"

  "Belum tuan, tuan Angga mengabarkan kalau sore data-data itu baru selesai di cek. "

  "Itu masuk akal, banyak perusahaan yang dibawah naungan Rheva. Dan mata-mata itu ( tangan Langit yang sedang membolak-balik halaman dokumen berhenti) apa sudah ada yang ditangkap?"

  "Bastian belum melapor, sebaiknya sekarang tuan bersiap-siap dan kita akan rapat dengan para investor asing itu satu jam lagi. Tuan juga jangan lupa, setelah rapat dengan para investor tuan juga ada jadwal berkunjung ke Air Company untuk menyelesaikan kerjasama."

  "Huft, siapkan berkas untuk nanti dan aku akan menyelesaikan ini dengan cepat. Rheva benar-benar membuat kita bekerja keras hari ini dua kali lipat."

•••

   "Sepertinya mereka benar-benar mencari mata-mata dari kita. Sebaiknya sterilkan semua mata-mata dan kita berhenti sebentar."

  "Baik tuan."

  Srekk

  "Setelah pertengkaran Reva dengan Rheva hari ini aku jadi takut kalau Rheva akan mengejar Reva dan mulai mengulik apa yang ia lakukan dan siapa yang bekerjasama dengannya. Aku takut, jika Reva akan terkena pelampiasan atas apa yang aku lakukan." Monolog pak Hakim seraya melihat keluar dengan sendu.

  Ceklek

  "Huh...huh. tuan ada kabar baik!"

Pak Hakim lantas menoleh begitu juga anak buah-nya yang sedaritadi berdiri di pojok ruangan. Pria bertopi hitam itu tersenyum cerah mengangkat flashdisk yang sedaritadi ia genggam dengan erat ke udara.

  "Apa itu bukti?" Tanya pak Hakim pelan.

  "Iya tuan!"

   Pak Hakim terdiam, setelah beberapa saat ia memerintahkan pria itu untuk menyalin bukti itu ke beberapa Flashdisk dan menyimpannya. Dengan segera ia memberi perintah lanjutan untuk mengosongkan tempat ini dan pergi jauh untuk bersembunyi. Pak Hakim tahu, kalau sebentar lagi tempat ini akan terendus oleh mereka.

  3 jam selang mereka mengosongkan tempat itu, sekelompok orang berbaju hitam datang dan memporak-porandakan segalanya. Beberapa orang juga diperintahkan untuk bertanya pada warga setempat siapa yang menghuni tempat ini sebelumnya. Karena, saat mereka sampai disini tempat ini benar-benar kosong tanpa jejak apa pun.

  "Cek juga apa ada cctv di sini, dan dalam radius 2 km jangan ada orang yang diperbolehkan pergi."

  "Tapi kita kekurangan tim tu...."

  "Lalu apa? Panggil tim lainnya dan begegas kesini, apa seperti itu juga tidak tahu bodoh!"

  "Ba-baik tuan."

  Bastian melepas kacamata hitamnya dan beralih meninggalkan ruangan kosong itu saat memastikan tidak ada ruangan rahasia lain atau barang-barang yang mencurigakan lainnya. Ia meremat dengan kuat korek api di genggamannya, melemparkannya ke salah anak buahnya dan berjalan keluar," bakar tempat ini!"







Behind The New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang