6

82 8 0
                                    

"Apa mereka orang yang sama yang menabrak reva sekarang?"tanya Aluna.

"Mungkin saja,saat paman menanyakan pelakunya mereka tidak memberikan informasi lebih jelas dan rinci.Mereka hanya menganggap itu kecelakaan biasa dengan menyembunyikan identitas si pelaku"

"Kenapa hukum kita menjadi seperti ini?"tanya aluna bingung.

"Tenang saja nak luna,paman sudah menyiapkan tim ahli untuk mengusut dan memperbaiki semua ini.Ya mungkin kalau bisa berkurang sedikitlah penyelewengan kekuasaan.Kita tidak bisa membiarkan ketidakadilan ini terus berlanjut bukan?maka dari itu kita harus bersabar dan ikuti rencana mereka saja.Sampai pada waktunya kita yang akan bergerak"Jelas pak hakim menaikkan kacamatanya yang turun.

"Wow,paman hebat ya?luna salut lho sama paman"

"Ya iyalah,pamanya siapa dulu?"canda pak hakim diiringi gelak tawa aluna.

"Oh,ya nanti ayah dan ibu juga ikut menjenguk kerumah sakit"

"Kenapa nak luna malah minta dianterin paman?sepupumu dika nangis lho paman tinggal"

"Kenapa dika gak diajak juga paman?"

"Kan kita mau kerumah sakit,anak kecil ya tidak boleh ikut"

"Hehehe......lagian luna khawatir sama kondisi reva.Apa dia sudah sadar atau belum?kan sedih saat dia bangun tidak ada yang jagain.Dan kalau aluna sendiri disana terus tiba-tiba disuruh biaya administrasi kan aluna bingung.Ya tentunya ajak paman"

"Terserah nak luna,paman pusing"





Setelah perdebata tidak bermutu itu,mobil mereka sudah sampai dibasement rumah sakit pelita.Dengan segera paman dan keponakan itu berjalan tergesa-gesa menuju ruang VVIP dilantai 7.Dalam benak mereka tersarang banyak pertanyaan yang harus dapat jawaban segera.Kenapa reva bisa dipindahkan ke ruangan VVIP?sejak kapan reva sadar?kenapa mereka tidak dapat kabar sekali?Dan bagaimana dengan biaya administrasinya?Oh,siapa yang berpikir seperti itu?

Setelah sampai dilantai 7,sekarang mereka hanya tinggal mencari kamar reva bernomor 707.Saat sedang bertanya pada seorang suster,aluna tidak sengaja melihat siluet seorang cowok yang sangat familiar keluar dari salah satu ruang inap dan pindah keruangan yang disampingnya.Tanpa berkata apa lagi aluna menyusul cowok itu dan berhenti didepan kamar 707.

"Lah ini kan nomor kamar reva"gumam aluna hendak membuka pintu sebelum.....

Puk

"Kenapa sampai disini?kalau nak luna hilang siapa yang repot?"omel pak hakim.

"Liat nih paman!"tunjuk aluna ke papan nmor disamping pintu membuat pak hakim ber"oh" ria.

Ceklek

Knop pintu terbuka,aluna dan pak hakim dibuat bingung dengan apa yang terjadi.Dapat dilihat sekarang reva bersandar dikepala ranjang menatap datar cowok yang duduk disofa dengan tangan bersedekap dada.Sedangkan coowok yang masih berseragan sma itu juga melakukan hal yang sama bedanya mata dia mentap lurus ke depan yang kosong.Apa mereka sedang cosplay jadi patung?

"Aaaaaa.......reva my bestiiiii.Lo akhirnya
Sadar!!"Teriak aluna berlari menerjang reva yang langsung shock.Oh dia lupa teman pemilik tubuhnya ini sama-sama bar-bar.

"Rev....reva lo gak berubah bisu kan?"tanya aluna melepas pelukan mereka lalu berganti menangkup kedua pipinya.

"Nggak"Jawab rheva singkat lalu menepis kasar tangan aluna.Bukan hanya aluna,pak hakim dan cowok itu juga terkejut atas perubahan sikap dan respon reva yang sangat berbanding terbalik dari sebelumnya.Kenapa sifatnya bisa berubah?ada apa dengannya?

"Nak reva bagaiman dengan keadaanmu?"tanya pak hakim berjalan mendekat.

Rheva mengernyit bingung menatap pria paruh baya itu,dalam benaknya bertanya-tanya apa dia ayah reva?

"Baik"ah,mungkin dia harus bertanya pada reva nanti.

"Kenapa lo jadi gini sih.lo beneran gakpapa kan?atau lo berubah menjadi zombie?"tanya aluna memelototi rheva dari jarak begitu dekat.

"Menjauh!"desis rheva mendorong kening aluna dengan jari telunjuknya.

"Paman,sepertinya dia benar-benar amnesia dan menjadi zombie"adu aluna menunjuk rheva tepat dikeningnya.

"Hust bicaramu ngelantur,biar nanti paman tanyakan nanti sama dokter.Apa nak reva sudah makan?ini sudah menjelang makan siang"ujar pak hakim duduk dikursi samping ranjang.

"Tapi paman minta maaf tidam bisa menemani nak reva sampai sadar tadi,paman masih harus mengurus perusahaan,dikepolisian dan anak laman dika sedang rewel hehe.....paman minta maaf"ujar pak hakim seraya tersenyum.

"Paman tidak usah minta maaf,kata paman kemarin malam paman sudah menungguinya saat kritis dan sekarang(aluna berkacak pinggang dan menatap reva lekat)cerita pada gue kenapa lo bisa kecelakaan?!"

"Gak tahu"ujar rheva mengalihkan pandangan keluar jendela.

"Hei,bagai....."

"Nak luna,biarkan nak reva makan dulu dan ceritanya nanti"potong pak hakim yang melihat seorang suster datang membawa makanan ditroli.

"Tapi paman,biasanya kalau sudah makan dia langsung tertidur dan malas cerita"

"Tapi nak reva juga perlu minum obat"

"Hanya cerita sedikit paman"

"Apa nak luna juga sudah makan siang?"tanya pak hakim mengalihkan pembicaraan.

"Belum,kan ta....."

Tanpa mereka sadari,rheva menyunggingkan senyuman kecil dan mengusap airmatanya yang tiba-tiba turun.Selama ini dia belum pernah mempunyai sahabat.Dia belum pernah ditanyai sudah makan atau belum dengan perkataan yang tulus,biasanya dulu dia sering ditanyai seperti itu hanya untuk basa-basi.Dan bahkan sekarang seseorang yang menyebut dirinya sendirinya paman itu memberikannya perhatian lebih walau hanya sedehana,sesederhana itu bisa membuatnya tersenyum dan terharu.

"Lo sekarang makan!"

Rheva mendongakkan wajahnya dan langsung merubah ekspresinya menjadi datar datar dan dingin.Dia bahkan menatap lekat mata cowok itu yang berwajah sok dingin,ekspresi apa itu?ada apa dengan adiknya ini?apa dia teman reva?atau.......

"Oiiiii revan,lo ngapain juga disini?"celetum aluna membuat lamunan rheva buyar.

"Gue jenguk sahabat lo,gak liat?"sinis revan.

"Lo kenapa bisa tahu kalau reva kecelakaan?lo juga tadi keluar dari ruangan sebelah.lo sebenarnya tahu apa?"selidik aluna memincingkan matanya.Sepertinya kedatangan aluna hanya ingin berdebat dengan orang lain.

"Kita dipulangin awal oleh guru,seluruh sekolah sudah tahu reva kecelakaan dan lo gak perlu tahu apa yang gue laluin diruangan sebelah"ujar revan menaruh nampan makanan itu diatas nakas.

"Nyenyenye,sudahlah gue juga mau cari makan ketimbang jadi nyamuk.paman,luna mau traktir hehe...."

"Pergi kekantin sana!"

"Ditraktir?"tanya aluna dengan mata berbinar.

"Bayar sendiri,katanya udah Gede"

"Gue bisa makan sendiri"ujar rheva merebut sendok yang dipegang revan.Apa-apaan adiknya ini?mau menyuapinya?apa hubungan sebenarnya antara revan dan reva?Dan oh,no bagaimana adiknya yang biasanya cerewet jadi sok dingin gini?Rheva rasanya mau muntah jika benar-benar disuapi revan.

"Makan yang banyak!"ujar revan tersenyum lembut seraya mengusap kepala rheva yang langsung membuat rheva terkejut.Tidak ada yang berani menyentuh rambutnya seperti itu sebelumnya.

"Tarik tanganmu atau kupatahkan?"desis rheva tajam.

"Cieeeee..........yang udah pdkt.Party!party!"seru aluna.

"Sudah Paman abadikan ini"ujar pak hakim mengangkat tinggi ponselnya dan tersenyum lebar.

"Mana paman?"

"Aesthetic kan?hehe......"

Behind The New LifeWhere stories live. Discover now