73

11 1 0
                                    


  "Tumben ramai, mansion ada apa?" Tanya Angga melihat Mansion dijaga begitu ketat dan beberapa penjaga baru berkeliling dengan senapan panjang. Leo juga menggedikkan bahunya tidak tahu, tidak ada kabar dari Naufal kalau ada apa-apa di mansion.

  Keduanya keluar dari mobil dan mendapati Langit baru keluar dari garasi dengan setelan jas utuh, mereka bertiga pun memutuskan untuk masuk bersama-sama dan mendapati seluruh mansion penuh dengan bawahan Rheva dan saudaranya yang lain berdiri mengelilingi sofa tengah entah ada apa. Dengan bimbingan Angga, Leo dan Langit mendekati mereka yang ternyata tengah mengerubungi Rheva yang sudah tidak sadarkan diri dengan seorang dokter yang tengah membereskan peralatannya.

  Plastik yang berisi martabak itu terjatuh begitu saja melihat bibir pucat Reva dan mata indah itu tertutup dengan rapat. Dengan perasaan kacau, Angga mulai merendahkan tubuhnya di dekat kepala Reva dan mulai berbisik untuk menyuruhnya bangun. Saat Leo menghampiri dokter itu, Langit beralih mendekati Adit untuk bertanya tentang apa yang terjadi.

  Langit tiba-tiba saja teringat akan ucapan Reva untuk menyiapkan ayam asam pedas untuknya pulang, namun siapa sangka gadis yang lucu dan perhatian itu tiba-tiba saja mengalami hal yang tidak terduga dan membuatnya pingsan. Langit ingin bertanya lebih lanjut namun kedatangan Bastian dan Jovan membuatnya urung.

  "Gue nggak tahu lo sebangsat ini ternyata!"

  Bugh

  Revan yang sudah ditahan dua bodyguard tidak bisa menahan pukulan Bastian dan membuat pipi kanannya kembali lebam karena ia tidak bisa mengelak.

  "Dasar pengkhianat, jika lo nggak suka sama kakak lo jangan seperti anjing!"

  "Sudah Bastian, jangan bicara dengannya lagi," ucap Reno datar membuat Bastian menghentikan layangan pukulannya dan mengalihkan dirinya ke Reva yang didampingi Angga. "Dia kenapa?"

  "Dia terkena syok berat, tapi dokter mengatakan kalau perlu pengecekan berlanjut untuk kepalanya," sahut Leo setelah berbincang sebentar dengan dokter itu dan mengantarkannya keluar setelah mendapatkan obat.

  "Jika ada apa-apa pada Reva, gue bunuh lo!" Bentak Bastian ke Rheva yang berdiri disamping Aluna yang mengerutkan badannya takut.

  Rheva tidak mengatakan apa pun karena ia tidak mempunyai hak untuk membuat Bastian berhenti menaikkan suaranya padanya. Ia hanya bisa menahan segala emosi-nya sampai Reva sadarkan diri.

  "Eunghh...hiks..."

  "Reva-reva!" Panggil Angga pelan seraya mengusap airmata yang mengalir diujung mata Reva yang masih terpejam. Di detik ke tujuh, barulah Reva membuka matanya dan mendapati wajah Angga membesar di penglihatannya. Reva sontak berdiri ketika  sadar banyak orang yang telah mengerubunginya, namun sesuatu asing mengalir dari hidungnya membuat Angga terkejut dan menyerukan untuk membawa tisu. Reva menyentuh hidungnya dan mendapati darah segar keluar begitu deras dan rasa nyeri menyerang secara tiba-tiba di kepala, Reva  tidak tahan akan rasa sakit yang menyerang begitu kuat dan berteriak sejadi-jadinya. Namun tetap saja ia tidak ingin pergi ke rumah sakit dan hanya mau minum obat yang diberikan Leo padanya.

  "Eva, sangat buruk bagiku karena tidak bisa melindungimu lagi."

  "Bebaskan pak Hakim dan keluarganya, kirim Aluna dan ayahnya pulang kembali dengan selamat," lirih Reva saat rasa sakitnya mulai mereda lalu menatap Bastian dengan sendu. Bastian ingin menolak, namun Reva sudah mengangkat tamgannya untuk menyuruhnya diam dan terpaksa ia harus menurutinya.

  "Apa ayah juga ditahan?" Gumam Aluna gelisah dibelakang.

  "Rheva."

  Atmosfir berubah menjadi dingin dan seluruh orang diruangan menatap Rheva yang sedaritadi hanya diam menonton. "Lupakan hal ini, biarkan Rheva pulang dan jangan ganggu dia lagi."

Behind The New LifeWhere stories live. Discover now