"Darimana kakak mengetahuinya?"

Neolan tersenyum tipis, melihat ekspresi Neolan, Adelene dapat mengetahui jika laki laki itu mengetahui lebih banyak hal dari dirinya. Yaa karena ia mengetahui aib Predix juga dari telinganya yang menguping pembicaraan pekerja yang berada di kediaman Predix. Entah akurat atau tidak saat pertama kali ia mendengar nya, Adelene tidak peduli. Ia menyampaikan informasi yang ia ketahui itu langsung kepada Predix kemarin. Dan mungkin inilah takdirnya, aib Predix di bongkar secara langsung oleh anak kandungnya yang telah lama tidak terlihat.

Sangat mengejutkan bukan?

Padahal aib nya itu hanya diketahui oleh orang orang yang ada di dalam kediaman Baron Predix. Dengan ancaman agar mereka tutup mulut pastinya. Yang namanya orang suka sekali bergosip pasti ada saja celah untuk mengumbar aib seseorang dari mulut ke mulut.

Dan itulah keuntungan gosip yang Adelene dengar. Dapat membebaskan Neolan dan membuat Predix malu karena aibnya sendiri.

Sangat mengesankan bukan?

Neolan menatap langit-langit kamar yang ditempati Adelene di kediaman Joan.

"Karena ibu dari Stereva dibunuh oleh dayang yang setia dengan Ibunda. Setelahnya, Ibunda kembali sadar dan tidak mengetahui apapun yang dilakukannya sebelumnya, bahkan ia hanya mengingat saat Ibunda melahirkan dirimu. Ia mencari mu hingga dikatai gila oleh beberapa bangsawan yang lain. Dan terjadilah pihak Kerajaan Slyx menyerahkan tambang emas kepada Ayah dan Ayah menukarkannya dengan Ibunda. Setelahnya aku tidak mengetahui apapun, tidak keluar dari penjara bahkan paman Lix yang memberikan informasi itu pun tidak aku izinkan untuk melihatku lagi."

Adelene terdiam, rasa-rasanya ia ingin menangis namun air matanya tertahan dan tidak ingin keluar.

"Kakak ...."

Adelene memeluk kakaknya dengan erat. Ia akhirnya mengeluarkan air mata saat Neolan membalas pelukannya dan turut menetes kristal bening yang mengalir di pipi Neolan. Keduanya berpelukan sambil menangis.

"Kau begitu kuat untuk bertahan setelah penderitaan mu bertahun-tahun," ucapnya dengan nada bergetar.

"Kau pun sama Adelene, berada di pulau seorang diri. Aku tidak tahu apa yang kau lakukan dan bagaimana caranya kau bertahan hidup sendirian, apalagi aku dengar pulau itu banyak makhluk buas yang dapat memburu dirimu kapan saja."

"Buktinya aku baik-baik saja, lihatlah aku tidak mempunyai luka sedikitpun setelah kembali dari pulau itu," kata Adelene. Ia mengurai pelukannya, menatap sang kakak dengan mata dan wajah yang sudah memerah.

"Wajahmu seperti tomat."

"Aku jika menangis selalu seperti ini!" kesal Adelene.

Neolan tertawa geli, "kau nampak imut dengan wajah memerah mu itu," goda Neolan membuat Adelene memberengut sebal.

Tangan Adelene berhasil memukul pelan punggung Neolan. "Ck! jangan menggodaku seperti itu, carilah kau kekasih supaya bisa kau goda!"

"Ckck, aku ingin menghabiskan waktu ku denganmu tanpa memikirkan kekasih!"

Adelene mendelik kesal, "lagian kau adalah seorang Slavior pasti mudah bagimu untuk mendapatkan seorang kekasih!"

"Sebutan Slavior tidak akan ku gunakan lagi. Aku akan memulai hidupku menjadi seorang rakyat biasa."

"Terus siapa yang akan menggantikan ayah jika anak sulungnya itu tidak ada?"

"Stereva kan ada~"

Adelene menggeram, "kakak ..." gadis itu rasanya ingin mencabik wajah sang kakak. "Lagipula, usaha ayah hanya kau yang bisa mengurusnya. Kalau Stereva yang mengurusnya, kau mau usaha keluarga turun temurun itu bangkrut seketika?"

Neolan tertawa, "baiklah baiklah aku akan menaiki tahta menjadi seorang Baron si pengusaha sukses nantinya."

Adelene tersenyum lebar. Neolan telah teratasi, masa depan Neolan telah terlihat jelas. Jadi, ia tidak ragu untuk meninggalkan Neolan kedepannya. Walaupun ia ragu kalau Neolan akan melepaskannya begitu saja.

"Kakak, bertahanlah di kediaman Ayah. Aku akan pergi berkelana dan tujuanku adalah istana kekaisaran Drovato, aku juga tidak bisa membawa mu nantinya."

Neolan sedikit khawatir dengan adiknya itu. Apalagi, ia tidak mengetahui adiknya memiliki sihir apa atau bisa melindungi dirinya sendiri atau tidak?

"Aku tidak akan mencegah mu untuk pergi. Tapi, kau harus bisa jaga dirimu baik-baik. Sebelum itu, aku mau kau mengenali sihirmu apa saja sebelum kau berkelana. Takutnya kau bertemu dengan bandit dan pemberontak saat di perjalanan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nantinya."

Sejenak berpikir, apa yang diucapkan Neolan ada benarnya juga.

"Baiklah aku akan belajar sihir. Carikan aku guru sihir yang berkompeten untukku!"

"Sudah pasti aku akan mencari untuk dirimu."

"Oh ya kakak, aku akan berlatih sihir selama dua Minggu. Setelahnya aku akan pergi ke kerajaan Slyx dan menyelamatkan Ibunda. Membawanya pulang dan akan tinggal bersamamu."

"Apa itu tidak terlalu berbahaya?"

"Aku sudah merencanakannya dari awal. Doakan saja agar sesuatu tidak terjadi kepadaku nantinya."

Rencana yang disusun matang harus ada persiapan yang matang pula kan?

Termasuk belajar sihir dan meningkatkan elemen sihirnya ke tingkat terakhir dan juga beberapa hal lainnya yang harus Adelene urus untuk membantunya menyelesaikan tujuan yang telah ia targetkan.

"Aku ingin mulai besok sudah ada guru yang akan mengajariku sihir."

-Adelene Dé Cloups-

Noted :
1. Belda = benda yang berupa kain yang dapat diikat pada salah satu tubuh agar mendapatkan energi tambahan. Semakin banyak energi yang hilang semakin besar energi tambahan yang di alirkan dari kain tersebut ke dalam tubuh. Salah satu benda sihir yang sangat berguna dan tentunya sangat mahal harganya.

2. Slavior =  pangkat untuk anak bangsawan berkelamin laki-laki. (atau bisa jadi sebutan)

3. Lady  =  pangkat untuk anak bangsawan berkelamin perempuan. (atau bisa jadi sebutan)

Adelene Dé Cloups Where stories live. Discover now