Yang lainnya hanya menyimak. Ravi yang melihatnya tersenyum lebar. Ia bangga akan hal ini.

"Yang ketiga ada Grand Duke, ia memimpin beberapa wilayah atas perintah Raja. Dibawah Grand Duke ada yang juga memimpin beberapa wilayah dibawah kepemimpinan Grand Duke. Setiap Grand Duke memiliki wilayah yang dipimpin oleh Duke dan itu cukup luas makanya Duke lah yang mengurusnya."

"Yang kelima ada Marquess, keenam Count dan ketujuh ada Viscount dan yang terakhir ada Baron. Keempat gelar bangsawan itu hanya membantu pemerintahan kerajaan jika disuruh atau memang ada tugas dari pusat kerajaan. Bahkan, ada beberapa bangsawan bergelar Marquess, Count, Viscount dan Baron yang tidak ikut campur urusan pemerintahan kerajaan, mereka adalah pebisnis sukses dan diangkat menjadi bangsawan bergelar dan pastinya sangat penting dan berguna untuk kerajaan sendiri dan pastinya turun temurun."

Adelene dan yang lainnya mengangguk mengerti dengan penjelasan dari Ravi.

"Dan Baron Predix adalah seorang pebisnis yang diangkat menjadi bangsawan yang memiliki gelar," jelas Ravi sedikit memelankan nada bicaranya.

Eliza mengerenyitkan dahinya, "darimana kau tahu semua itu?" tanya Eliza.

Ravi menegakkan tubuhnya ia memandang Eliza dengan pandangan angkuh dan berbangga diri.

"Aku malam tadi membaca buku di perpustakaannya Joan," ungkapnya.

Pantas saja!

Adelene menatap Ravi penuh tanya, "apa ada bangsawan tanpa gelar?"

Ravi mengangguk, "banyak bahkan hampir seluruh veteran perang dahulu menjadi seorang bangsawan tanpa gelar ataupun orang-orang yang berjasa bagi kerajaan."

Ah, akhirnya Adelene mengerti.

Otak Ravi sangat pintar dalan mengingat. Ingatkan Adelene untuk menanyakan sesuatu kepada Ravi nantinya, mungkin saja Ravi mengetahui jawaban atas pertanyaan yang akan diajukan.

Mereka telah sampai di kediaman Baron Predix. Rumah megah dengan banyak penjaga di depannya. Adelene menginjakkan kakinya, menutup kepalanya menggunakan tudung. Lagi-lagi ia masih mengenakan jubah bertudung untuk menutupi dirinya.

Para pelayan dan prajurit menyambut kedatangan mereka.

Dapat Adelene lihat berbagai macam raut wajah beberapa pelayan yang menatap takjub teman-temannya yang memilik ciri khas mereka sendiri. Terutama Felix, Eliza dan Ravi yang memiliki rambut berwarna cerah dan menjadi identitas mereka. Griz, Alesya dan Kalio memiliki rambut berwarna seperti orang-orang di kerajaan Slyx pada umumnya hitam dan coklat. Tapi, yang membedakannya adalah aura mereka terlihat sangat kuat dan juga wajah yang sangat cantik dan tampan dan sangat jarang dimiliki oleh orang-orang yang berada di kerajaan Slyx.

Terutama di bagian mata mereka yang berbeda warna bahkan mungkin untuk pertama kalinya para pelayan itu melihat warna mata yang indah seperti keenam temannya itu.

"Apa kau tidak ingin melepas tudungmu itu?" tanya Griz.

Adelene menggelengkan kepalanya, "lagipula aku tidak mau mereka terkejut karena melihatku nanti."

Saintess dan Sainess berada paling depan dengan sambutan hangat menyapa mereka berdua. Bahkan Baron sendiri turut menyambut kedatangan mereka di pintu utama.

"Salam hormat Saintess dan Sainess semoga Dewa melindungi kalian." Suara berat itu menyadarkan Adelene. Ia mendongak dan melihat sosok laki-laki bertubuh tinggi dan tegap yang menyambut mereka terutama Saintess dan Sainess yang berada di depan.

"Salam hormat yang mulia Baron Predix," balas Saintess dan Sainess serempak.

"Tidak perlu seperti itu Joan Vero. Masuklah dan aku sangat ingin mengetahui kenapa anda menampung orang asing seperti mereka," ucap Predix dengan nada gurauan yang terdengar.

Adelene Dé Cloups Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu