PART 19

320 11 0
                                    

Brian dan Amanda sudah kembali ke tempat duduk mereka.

"Kita pulang sekarang," ucap Brian memegang tangan Amanda.

"Tapi acaranya belum selesai, Tuan. Nanti aja," ucap Amanda merasa tidak enak.

"Jangan pedulikan itu, lihatlah dress mu sekarang sudah basah kena jus. Yang ada kamu akan masuk angin,"

"Saya tidak apa-apa Tuan,"

"Sudah jangan banyak protes, ayo ikut saya." ucap Brian memeluk Amanda dari samping.

Lalu Brian berpamitan sama Farel untuk pulang terlebih dahulu. Farel pun mengiyakan.

Di dalam mobil Brian dan Amanda hanya diam dengan pikiran mereka masing-masing. Tiba-tiba Brian bertanya kepada Amanda.

"Bagaimana bisa kamu sampai bertemu dengan orang itu?" tanya Brian yang masih fokus menyetir.

Amanda mengerutkan keningnya.

"Orang siapa maksud, Tuan?" tanya Amanda.

"Siapa lagi kalau bukan yang membuat dress mu itu basah,"

"Emm saya juga tidakk tahu kalau Tuan itu dari arah mana, tiba-tiba saja tanpa sengaja dia menabrak saya dan hasil jus yang di pegangannya kena dress saya," jelas Amanda.

"Apa kamu senang bertemu dengannya?"

Brian tiba-tiba bertanya seolah-olah sedang menginterogasi Amanda.

"Maksud anda apa, Tuan?"  tanya Amanda.

"Apa kamu tidak sadar, hah? pria sialan itu sedang menatapmu bahkan mungkin tertarik dengan mu. Apa kamu masih mau tidak mengerti lagi. Saya melihatnya sewaktu mau nyusul kamu di toilet karena kamu sangat lama," ucap Brian tegas dengan raut wajah yang sudah memerah menahan emosi.

Brian mengingat bagaiman pria itu menatap gadis pujaan hatinya. Ingin rasanya ia memberi hukuman karena sudah berani memberikan senyuman pada pria lain.

Brian mengakui bahwa dirinya cemburu. Karena Brian mempunyai rasa cinta dan sayang sama Amanda. Akan tetapi, Amanda tidak menyadari perhatian-perhatian kecil dari Brian.

"Jika saja aku tidak bisa menahan emosiku, mungkin sudah ku hajar pria sialan itu. dan untukmu Amanda aku akan memberi hukuman jika saja aku sudah tidak tahan dengan apa yang dia lakukan," batin Brian meremas setir mobil.

"S-saya tidak tahu Tuan, maafkan saya karena ketidak nyamanan anda," ucap Amanda sambil menunduk.

Mata Amanda berkaca-kaca saat mendengar nada suara Brian. Amanda tidak mengerti mengapa sikap pria itu menjadi aneh, hanya karena masalah tentang tumpahan jus dan bertemu seorang pemuda itu.

Brian mendengar kata maaf dari Amanda, sekilas melirik ke arah gadis itu. Terlihat Amanda menunduk lalu menatap ke arah jendela mobil.

Brian tiba-tiba menghentikan mobilnya dan menatap Amanda. Amanda tidak peduli dengan tatapan Brian, saat ini Amanda hanya ingin cepat sampai dan berisitirahat.

"Maaf, maafkan saya sudah membuatmu takut," ucap Brian dengan nada pelan.

Lalu Amanda menatap Brian dan tersenyum kecil.

"Saya tidak apa-apa Tuan," ucap Amanda.

Tanpa persetujuan dari Amanda, tiba-tiba saja Brian menariknya ke dalam pelukan. Ya, Brian memeluk Amanda dengan sangat erat. Menenggelamkan wajah gadis itu di dadanya. Amanda terkejut dengan apa yang Brian lakukan.

"Apa pak Brian memeluk ku?" batin Amanda.

"Ada apa ini? kenapa jantungku seperti sedang berolahraga, ya tuhan ada apa denganku. Kenapa begitu nyaman berada di dekat pak Brian,"

Amanda tidak berbohong jika berada di dekat Brian dia selalu merasa nyaman, bahkan pelukan Brian terasa hangat.

Lama berpelukan, Brian melepaskan pelukannya lalu menatap wajah cantik Amanda. Brian tersenyum saat melihat Amanda dengan jarak yang sangat dekat dengannya. Mata Brian menatap bibir Amanda yang selalu berhasil menggoda. tapi Brian masih menahan keinginannya itu.

"Sudah jangan takut, saya bukan bermaksud untuk membuat mu takut, Amanda. Saya hanya tidak suka melihatmu dekat dengan pria lain selain saya," jelas Brian sambil menghapus sisa air mata di wajah Amanda.

Amanda hanya mengangguk dan tersenyum. Tapi Amanda merasa ada yang aneh dari ucapan Brian, yang menyukai dirinya berada di dekat pria lain.

"Apa maksud Tuan ngomong seperti itu?" tanya Amanda.

"Bukan apa-apa,"

Brian hanya tersenyum lalu kembali menjalankan mobilnya menuju kontrakan Amanda.

Terjebak Cinta CEO [END]Where stories live. Discover now