BAB 64: Egaliter

1.9K 325 79
                                    

Jangan lupa klik bintang dan komentar banyak-banyak biar Co makin semangat untuk update. Terima kasih everyone para pembaca yang baik hati soleh dan sholehah serta rajin menabung 😘🙏🙏

*********

    "JADI kamu terjatuh ke bawah dan Aria mengikutimu untuk ikut terjatuh ke bawah agar bisa menolongmu?" Dante mengulangi ucapan Leo sambil terkekeh sekilas entah mengapa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


    "JADI kamu terjatuh ke bawah dan Aria mengikutimu untuk ikut terjatuh ke bawah agar bisa menolongmu?" Dante mengulangi ucapan Leo sambil terkekeh sekilas entah mengapa. "Yang kita bicarakan ini Aria, kau yakin tidak ada yang salah dengan ingatanmu?"

"Leo kamu tahu kan Aria terkenal dengan otaknya yang cerdas, jenius yang bisa menghafal kitab tebal undang-undang dalam sekali lihat, puluhan jurnal ilmiah telah dia ciptakan, jangan tanya tentang kecakapan lisannya, dengan segudang prestasi dan kecerdasannya yang sudah menjadi buah bibir di mana-mana--tidak mungkin tidak terpikirkan olehnya untuk mengambil langkah yang lebih cerdas. Well, misalnya bisa saja dia menghubungi 112."

Leo menoleh ke Dante sambil mengusir suster yang mengurusi Leo dengan tangannya, begitu bangsal rumah sakit itu hanya diisi oleh mereka berdua, Leo mengerutkan keningnya terang-terangan, "kalau kau datang ke sini untuk jelek-jelekkan Aria saja, lebih baik kau pulang saja Dan, aku butuh istirahat."

"Kau butuh istirahat setelah terkurung di ruang pemeriksaan kandungan?" Dante terkekeh geli mengingat Leo yang beberapa waktu lalu hilang dan ditemukan di tempat tak terduga di rumah sakit ini.

"Damn!" Leo yang sudah berbaring tidur langsung terduduk kembali, mengambil bantalnya dan melemparkannya pada Dante.

Dante membiarkan bantal itu memukul wajahnya.

"Kau bawa minuman?" tanya Leo, mood-nya sudah agak lebih baik.

"Aku teman yang baik, daripada alkohol aku membawa Teh herbal," jawab Dante sambil mengeluarkan teh herbal dan minuman tradisional berkhasiat lainnya.

"Pulang saja kau," Leo tidak sudi untuk meminumnya.

"Kalau begitu aku bukan teman yang baik, sorry." Pintu terbuka dan masuklah Louist sambil menunjukkan beberapa botol minuman keras bermerek di tangannya.

"Kau yang terbaik," Leo menyambut Louist.

Dante memutar bola matanya, "semoga kalian cepat mati."

Untuk beberapa waktu mereka membicarakan tentang bisnis sambil minum-minum, lalu sampai akhirnya mereka melanjutkan pembahasan Dante mengenai Aria.

"Louist, coba aku tanya kau, untuk orang sekaliber Aria yang otaknya seperti itu, masuk akal tidak kalau dia memilih untuk menyelamatkan Leo sendiri alih-alih menelpon 112?" Begitu Dante membicarakan teorinya kembali, bola mata Leo langsung memutar, jengah, kesal.

"Aria itu baik, jadi mungkin saja ...." Louist menjawab sambil mengangkat bahunya seolah-olah dia tidak terlalu tertarik dengan pembicaraan ini. "Atau mungkin saja Aria sudah menelpon 112, tapi kau tahu betapa buruknya sinyal di pegunungan."

KINGS: ThemisWhere stories live. Discover now