BAB 43: Menjadi Sedikit Lebih Jujur.

3.1K 626 165
                                    

Mohon maaf untuk segala kesalahan dalam penulisan, beritahu saya kalau saya salah, terimakasih. Semoga kita semua senantiasa dijaga kesehatannya, tetap semangat dan semoga bahagia.

Happy Reading 💚


















********



Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



-oOo-











"Apakah kita perlu bicara?"

Aria bertanya pada Abbe, konselor veteran yang rambutnya sudah beruban disusul dengan keriput-keriput samar yang mulai bermunculan.

Abbe memutar kepalanya ke belakang, melihat kepada Aria. Perhatian Abbe masih setia tertuju pada gadis muda yang meringkuk di lantai, gadis muda yang masih belum bisa beradaptasi dengan rasa kecewa hati.

"Kau mengatakan sesuatu? Maafkan aku, semakin bertambahnya usia, telinga wanita tua ini hanya bisa mendengar suara-suara yang tulus saja. Apa katamu tadi?"

"..." Aria tahu Abbe sengaja pura-pura tidak dengar agar Aria kesal. Aria tersenyum semringah menanggapi Abbe, "lupakan saja. Katanya saat usianya semakin bertambah, manusia menjadi lebih kekanak-kanakan. Sebagai kaum yang masih muda, saya memaklumi itu, Miss."

Louist sebagai orang lain di sana hanya bisa terdiam-diam, menyaksikan pertarungan sengit sindir menyindir antara Aria dan Abbe. Di mata Louist keduanya sering melemparkan kalimat dengan senyuman, kalau orang lain melihatnya dari jauh, akan berpikir kalau keduanya sedang beramah-tamah.

"Ck, ck ... kaum anak muda jaman sekarang tidak bisa diselamatkan lagi, Akhlaknya telah mati," ucap Abbe, dengan penuh simpati menggeleng-gelengkan kepalanya menyayangkan itu.

Aria menghela napas lambat, matanya agak sayu, membuat tatapan iba pada Abbe seperti menyayangkan sesuatu juga. "Orang tua jaman sekarang jarang sekali yang berumur panjang, menurut hasil penelitian Hot Kiss akibat mulutnya yang tidak bisa dijaga orang tua jaman sekarang cepat mati. Sungguh ironis."

Louist mengerjap-ngerjapkan matanya, kemudian agak lama ia menunduk. Dua makhluk yang beradu mulut dengan manis di hadapannya ini sedang bertatapan sengit, seperti ada listrik-listrik yang keluar dari mata mereka berdua. Yang satu wajahnya agak menghitam dengan ketegasan dan wibawa orang tua yang kuat, yang satu hanya tersenyum lebar namun sorotan matanya seperti mau mengubur orang tua di hadapannya.

Louist tidak tahu berapa lama ia menunduk, Louist mendongakkan kepalanya lagi saat Aria dan Abbe melangkah untuk masuk ke dalam rumah, pergi dari taman belakang ini. Aria juga tidak mengajak Louist, sepertinya mereka berdua butuh tempat untuk bicara sendiri.

Louist melihat pada Canaria yang tersisa di sana, mendengus ia seperti menghina. Ia tidak akan berakhir seperti Canaria, Louist akan terus berada di sisi Aria, bagaimana pun Canaria, ia tidak akan dibuang.






KINGS: ThemisWhere stories live. Discover now