BAB 22: Verstoppertje |Petak umpet|.

3.7K 707 237
                                    

Hai Everyone, bagaimana kabarnya? Semoga semuanya baik-baik dan semoga bahagia. Ternyata lama juga enggak update, mohon maaf. saya baca setiap dm dan komentar tapi belum ada waktu luang untuk edit. Mohon kritik dan sarannya serta semua tanggapan tentang Bab ini.   

Bisa tebak, siapa kelinci yang ada di prolog?  

Terimakasih :)   


****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

****



"Aria!'

Aria yang sedang berjalan menyusuri anak tangga menuju ruangan tertinggi di menara astronomi tempat teman-temannya berada, terkejut mendengar panggilan itu. Tidak pernah ada orang yang mau ke menara astonomi ini karena rumor horornya, apalagi penghuni Berg tidak tahu kalau Aria dan The Laws adalah pengunjung rutinnya.

"Louist ...."

Nada bicara Aria terdengar tidak nyaman menemukan kenyataan yang datang memanggilnya adalah Louist. Louist mengejar Aria dari anak tangga di bawah sana, dia berkeringat dan sepertinya dia sudah mengejar Aria dari tadi.

Sampai ia di tempat Aria berdiri, "Aria, aku mencarimu kemana-mana—"

"Kau seharusnya tidak di sini," Aria memotong ucapan Louist.

Louist mengangguk dan menjelaskan. "Aku sudah mencarimu ke mana-mana, dulu tidak sengaja aku pernah mengikutimu masuk ke menara ini, jadi aku pikir kau ada di sini, lalu aku melihatmu—"

"Kau seharusnya tidak di sini."

Hening ....

Aria mengatakan hal yang sama dua kali, itu pertanda buruk, Louist seharusnya tidak berada di sini atau maksudnya Louist tidak boleh ada di sini.

Aria juga lengah dan tidak banyak memperhatikan Louist, ternyata dia sudah mengikuti Aria ke mana-mana selama ini. Itu artinya banyak hal yang Louist ketahui tentang Aria, dan mungkin saja termaksud The Laws.

"Aria, aku ...."

"Louist, aku tidak mau marah, aku tidak mau menjauh, tapi kalau kau seperti ini, aku bisa menghilang,." Memang nada suara Aria ramah seperti biasanya, namun tidak dengan dia yang bicara tanpa melihat Louist seakan dia marah dan tidak mau melihatnya. Dan terakhir bergumam dengan ambigu namun itu digumamkan untuk Louist. "Rasanya seperti kecewa."

"Aku ... aku hanya ...."

"Memanggilku dengan suara keras, mendatangiku dengan ceroboh, dan mengetahui hal-hal yang tidak boleh kau ketahui. Dengan semua alasan itu, aku mungkin bisa mengabaikanmu dan tidak lagi mau mengenalmu. Rasanya sedih sekali."

Ucapan Aria bagai petir di siang bolong baginya, dia berkedip-kedip kaku, melangkah mundur di antara anak tangga seolah dia menyesal telah berada di tempat ini, mengejar dan berteriak memanggil nama Aria. "Aku ... aku hanya ... aku hanya—"

KINGS: ThemisWhere stories live. Discover now