.38

7 1 4
                                    

OOO

Ketiganya masih terdiam, hingga tak terasa waktu telah berlalu. Air mata yang telah mengering di kedua pipinya, Yudha mengangkat kepalanya. Ia menatap satu persatu abangnya yang tertunduk tanpa wajah yang ditunjukan, Yudha tau jika harapan mereka sungguh-sungguh telah hilang.

Melihat hal tersebut, Yudha menggertakkan giginya. Perasaan sedih hilang seketika dan rasa marah mulai mencuat bagaikan api yang disulut. Yudha kemudian berucap. 

"Jack hanya membawa Danny, jadi dipastikan Gema berhasil pergi setelah terjadi transaksi...masalahnya, sekarang Gema ada di mana?" Seru Yudha yang membuat kedua bola mata Ajiel maupun Axel membelalak.

OOO

Mobil berhenti di depan gedung tua.

Gema terkejut bukan main setelah melihat ada empat orang terkapar dengan kondisi tangan dan kaki mereka diikat.

"T-tunggu, ini anak buah Aga kan?" Serunya dengan ekspresi wajah tak percaya.

Tetapi ia menghiraukan, karena kini fokusnya adalah Dewa. Ia ingin berbicara dengan Dewa serius.

Sesaat masuk kedalam gedung, Gema merasa aneh karena Yoga tak ada di sekitar. Tetapi pikirannya mengatakan kalau Yoga mungkin sedang pergi ke suatu tempat setelah mengalahkan beberapa orang didepan tadi sepertinya.

Gema melangkahkan kakinya masuk ke ruangan Dewa berada. Kondisi wajah lebam biru adalah pemandangan Gema sekarang melihat Dewa.

God...bagaimana bisa si Dewa masih bisa bertahan kena pukulan dari Yoga. Gumamnya ngeri.

Gema melangkahkan kakinya maju dan menghembuskan nafasnya. Ia membangunkan Dewa dengan sedikit tendangan laun kepada kaki Dewa.

Merasakan sesuatu, Dewa terbangun dengan tubuh yang terkejut bukan main, ia pikir itu Yoga.

"Hahhh. Lo bikin kaget aja Gem." Serunya dengan suara surau.

Dewa yang melihat sekitar, keningnya berkerut.

"Loh, si Yoga kemana? Gak ada?" Tanyanya bingung.

Gema masih menatap dingin Dewa, lalu ia kini berbicara.

"Dew, mari kita hentikan semua ini." Ucapnya. Dewa yang mendengar hal tersebut membelalakkan kedua matanya tak percaya dengan ucapan yang baru saja terlontar dari mulur Gema.

Dewa memalingkan wajahnya lalu berucap, "Lo bilang itu setelah semua hal yang kita lalui, Gem?"

...

"Otak lo ada di mana?"

"Mau berhenti sekarang pun percuma. Ini semua udah terlalu jauh, gak ada jalan keluar, Gem."

Gema masih dengan tatapan muaknya itu mengeluarkan ponselnya.

"Ada jalan keluarnya, ini." Ia berucap sambil nomor telepon polisi yang sudah siap.

"Dengan ini masalah selesai, Dew. Dengan gue pencet tombol hijau ini dan mengaku atas semuanya."

Dewa yang amarahnya mencuat itu berteriak. "Lo pikir dengan telepon polisi bisa nyelesain masalah? Lo pikir si Aga akan ditangkep cuman karena lo jelasin semuanya, hah?!"

"E-emangnya, lo punya bukti berengsek?"

Gema tak berkutik ia masih diam mendengarkan.

"Gak usah sok-sokan lapor kalau lo gak punya bukti kuat buat Aga dan antek-anteknya." Ucap remeh Dewa.

Tanpa membalas ucapan Dewa kembali, Gema langsung memutar satu video yang membuat Dewa tak bisa berbica hingga tak dapat menyanggah kembali.

OOO

No One Can Remove YouWhere stories live. Discover now