.02

30 5 3
                                    

-Bintang & Bahagia-

OOO

Saat setelah mendapat telefon bahwa Aji lost control, Shasa dengan berat hati pergi meninggalkan Kayla sendirian. Malam yang sunyi ini kembali menemani sosok Kayla yang bertaut dengan sejuta perasaan yang tak bisa di utarakan.

Tak terasa waktu menunjukan pukul 2 pagi dan sudah satu jam Kayla menatap cantiknya malam hari ini. Niat hati untuk menenangkan diri tetapi tak menutup kemungkinan pikiran mulai merambat ke arah yang tidak seharusnya.

Kenapa dicoba, Kay? Gumam wanita itu menatap sinar bulan yang menerangi sunyi malam

Memang seharusnya dari awal bahagia itu tak perlu hadir dalam kehidupan ini. Gumamnya. Tak ada ekspresi di wajahnya sekarang.

"Inget ini ya Kay,"

"Kalau merasa hal itu kembali, coba deh hitung bintang dilangit"

"Bintang?"

Kayla menatap pria tersebut bingung.

"Disaat hari kita tidak terdapat bintang yang nampak terlihat, bukan berarti kita harus melupakan bintang yang jauh disana yang tak terlihat, benar?"

Kayla mengangguk. Matanya kini tertuju pada langit malam yang indah menemani dirinya dengan sang kasih.

"Setebal apapun awan yang menutupi bintang di langit, bukan berarti bintang itu hilang"

Kini pandanganya berhenti di kedua bola mata Samudra,"Berarti kebahagiaan kita itu gak pernah bisa kita lihat ya?"

"Yap. Betul!"

"Sebenarnya tak ada hari tanpa kebahagiaan kok. Kalau ingat hal-hal kecil yang buat kamu tersenyum itu juga kebahagiaan. Sama halnya bintang yang jauh disana"

"Kalau kebahagiaan aku hari ini itu bisa duduk santai di taman sambil natap cantiknya malam bersama kamu Kay, kebetulan bintang hari ini juga banyak"

"Kalau kamu gimana? Sudah nemu kebahagiaan kamu, Kay?"

Kayla tersenyum.

"Kalau aku sederhana. Saat kamu datang kedalam kehidupan seorang Kayla dan akhirnya seorang Kayla dapat merasakan apa itu kebahagiaan,"

"Dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan aku itu kamu, Samudra."

Rindu. Satu kata yang dapat mengartikan perasaan Kayla malam ini. Entah berapa kali ia telah menolak hadirnya rasa ini. Sulit rasanya untuk menghalang kenangan bersamanya untuk tidak muncul kembali. Hampir tiga tahun lamanya ia berusaha mencari informasi mengenai sang Samudra yang pergi dan tepat tiga tahun kata melepaskan muncul dalam hidup Kayla.

Memang proses dalam merelakan dengan sepenuh raga dan hati itu perihal yang sulit. Tetapi itulah yang dinamakan sebuah proses bukan? Jika mudah mungkin waktu tiga tahun itu tak akan diperlukan olehnya.

Tak apa malam ini saja. Gumam Kayla dengan tanganya sibuk menyeka air mata yang terus berjatuhan di pipi merahnya.

OOO

"Sorry gue nyuruh lo malem-malem gini."

Ucap Danny saat setelah sosok Shasa memasuki Apartment milik Aji dengan kantong kresek dibawanya.

"Lo berdua habis clubbing?," Tanya Shasa menghiraukan lontarann ucapan Danny.

Walaupun tidak ada jawaban yang keluar, Shasa merogoh kantong kresek yang ia bawa lalu mengeluarkan minuman hangover yang ia beli di mini market saat perjalanan ke tempat tinggal Aji.

"Nih satu buat lo," Lempar Shasa dan diterima cepat oleh Danny.

Alasan mengapa Danny menelepon Shasa untuk datang tengah malam menjelang pagi ini, karena pada saat Aji mabuk hanya Shasa lah yang bisa mengurus pacarnya. Aji hanya akan diam dan menurut jika ada Shasa. Inilah mengapa Shasa selalu melarang Aji minum-minum.

OOO

Angin malam menyejukan hawa panas dalam tubuh pria bersetelan hitam yang duduk di balkon. Sebelum pergi ia kembali ke apartmentnya untuk berganti setelan, setelah seharian penuh berkutat di kampus. Disamping itu semua Danny memang lah seseorang yang cukup memperhatikan gaya busana yang akan ia pakai. Berhubung dari kecil sering mengikuti acara-acara pertemuan resmi, tentunya ia dituntut harus selalu berpakaian rapih dan bersih.

"Udah selesai?" Tanya Danny mendengar seseorang membuka pintu balkon lalu duduk di kursi yang tersisa.

Shasa mengangguk kecil sambil menyuruput kopi panas di genggamnya. Suasana hening cukup lama kedua insan tersebut menikmati angin yang bertiup pelan menenangkan pikiran, dan tentunya waktu yang tepat untuk bergelut dengan pikiran masing-masing.

"Lo gak pulang?"

"Gue nunggu Aji sadar dulu, baru ninggalin lo berdua" Balas Danny sambil merogoh bungkus rokok di saku celananya.

"Gue sambil rokok gapapa?" Tambahnya bertanya kepada wanita disebelahnya. Salah satu alasan Aji berhenti merokok tentunya karena sang kekasih tidak menyukai seorang perokok.

"Lo bukan Aji, so It's up to you. Bahkan lo mau loncat dari sini juga gak bakalan gue gubris" Ketus Shasa menyeruput kopinya kembali.

Danny terkekeh mendengarnya. Walau Shasa tidak menyukai seseorang yang merokok tetapi ia juga tidak melarang jika orang lain ingin merokok.

Danny cukup terkejut saat mengetahui kenyataanya bahwa wanita yang dingin nan ketus ini merupakan sepupu dari pihak ibunya. Disamping kedua orangtuanya yang sibuk, dari kecil ia tidak pernah diceritakan bahwa ia memiliki saudara seperti sepupu. Ia hanya berpikir bahwa saudara yang ia miliki adalah adik satu satunya, Crystal.

Tak butuh waktu lama untuk keduanya menerima kenyataan tersebut dengan cepat Shasa membuat perjanjian dengan Danny untuk tidak membicarakan fakta ini kepada siapapun.

"Kalau diliat liat lo sama sahabat gue itu mirip," Seru Shasa menatap Danny secara keseluruhan.

Danny memainkan rokok di jemarinya itu bergumam, sahabat?.

"Kenapa nasib kalian itu sama sih hahaha, sama-sama ditinggal. Yang satu ditinggal karena selingkuh yang satu lagi ditinggal tanpa alasan"

Danny masih belum memiliki ide siapa sosok orang yang dibicarakan Shasa, ia menghisap kembali rokok dijemarinya. Tetapi dibenaknya tersirat nama seseorang.

"Mana belum pada bisa move on lagi" Tambah Shasa menghela nafas panjang.

Belum sempat ia menanyakan siapa orang yang dibicarakan Shasa. Aji yang baru sadar itu menghampiri mereka.

"Sha? Loh disini?" Seru Aji yang terlihat sangat berantakan mengerutkan dahinya bingung.

"Lo udah boleh pulang Dan. Gue harus introgasi ni anak"

Aji yang baru saja sadar itu langsung teringat apa saja yang telah ia lakukan dan tentunya pacar yang sudah menatapnya tajam itu tidak akan melepaskanya dengan mudah.

"S-sha aku bisa jela-" Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya jari telunjuk Shasa sudah mendarat di mulut Aji. Membuat Aji diam tak berkutik.

Saat yang pas satu batang rokoknya sudah habis, ia kemudian berdiri dari duduknya lalu membawa kunci mobil yang tergeletak di meja.

Tatapan yang di lontarkan Aji kepada Danny seakan berkata meminta tolong untuk membantunya keluar dari situasi yang jelas Aji tahu akan bagaimana nasibnya. Danny hanya terkekeh dan melanjutkan langkahnya menuju pintu keluar.

"Oh iya, lo tau kan kalau gue yang ngajak Aji? So, don't get to be upset on him."

OOO

Haloo readers

Jangan lupa tinggalkan jejak!

-xoxocy-

No One Can Remove YouWhere stories live. Discover now