-Prolog-

129 7 1
                                    

Mendatangi tempat pertama kali bertem, berharap bahwa keajaiban akan datang

OOO

"Lu masih kekeh cari dia, Kay?" Kata perempuan tersebut mengulang pertanyaan yang sama setiap kali Kayla bersiap di hari spesial ini.

"Mau sampai kapan lo gini terus?" Tambahnya tanpa digubris oleh perempuan yang sudah beranjak dari duduknya.

Sudah tiga tahun semenjak terakhir kali Kayla bertemu dengan Samudra dan tiga tahun pun Kayla masih mempertahankan angan-angan yang ada.

Laki-laki yang datang memberi sebuah janji itu pada akhirnya menghilang dan mengingkari janji tersebut.

"Gue pergi dulu."

Setiap bulan, tanggal pertama kali mereka bertemu, Kayla selalu melakukan rutinitasnya mendatangi sebuah tempat, yang dimana tempat tersebut adalah pantai pasir putih, tempat pertama kali mereka bertemu.

Tetapi situasi pantai kini berbeda, setiap Kayla datang, tempat yang tadinya berupa kebahagiaan kini berubah menjadi tempat untuk mengenang kasih.

Sambil menatap lautan luas, ia berharap sang Samudranya datang kembali.

"Hari ini tepat 3 tahun, kamu ninggalin seorang Kayla sendiri, Sa." Ucapnya berdiri menatap matahari yang akan tenggelam.

Angin meniup pelan badan kecil Kayla yang rapuh. Kenangan bersamanya melintas satu persatu dengan diikuti tetesan demi tetesan air mata yang mulai membuat pipinya basah.

"K-kamu udah janji sama aku kan.." tetesan air beningnya berubah menjadi deras.

Suara gemuruh ombak tidak terjadi hari ini, sepertinya sang laut pun mengerti akan perasaan seorang Kayla Amesta sekarang.

Aku bakal buat kamu bahagia Kay, janji. Ucapan janji pertama tersebut juga menjadi ucapan terakhir yang di dengar oleh Kayla, dari Samudra.

"Kamu tau, Sa? Kamu ngingkarin itu semua!" Pekik wanita tersebut mencengkram dadanya kuat dan terduduk di luasnya pasir putih yang menemaninya.

Ia memukul-mukul dadanya, berharap rasa sesak didadanya tenggelam di dasar laut yang paling dalam bersamaan janji tersebut.
Tubuh Kayla pun meringkuk menahan rasa sesak yang menyiksa.

...

Suara deruan nafas yang mulai normal, Kayla kembali bangkit dari duduknya dan mulai menghapus pelan tetesan air mata terakhir di pipi merahnya.

"Hari ini, aku akan memutuskan untuk melepaskan kamu seutuhnya, Sa." Lirih Kayla memejamkan kedua mata sembabnya.

"Tapi, kamu gakusah khawatir Sa, kenangan kita akan tetap tersimpan rapih di lerung hati ini."

.

.

.

.

.

.

.
Bersambung

OOO

Haloo readers! Jika suka dengan cerita ini jangan lupa untuk vote ya!

-xoxocy-

No One Can Remove YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang