.17

18 6 1
                                    

OOO

Shasa berjalan menuju toilet sambil berusaha mencerna tentang apa yang baru saja terjadi. Should i just tell Kay, about the truth? Gumamnya. 

Hal yang sangat tak terduga baru terjadi terhadap Shasa, jantungnya yang terasa berhenti sejenak saat melihat sosok tersebut, membuat rasa marah berkumpul di satu titik hingga tanpa sadar tamparan keras mendarat di pipi orang tersebut.

Tapi- Kalau Kay sampai tau tentang kebenarannya, apa Kay akan baik-baik saja?  Gumam Shasa kembali.

But dibalik itu semua- 

Gumammannya terhenti ketika tubuhnya menabrak seseorang.

*BRUK*

"Aduh- maaf" Ucap Shasa meminta maaf cepat setelah menabrak orang tersebut dan membungkukkan badannya. 

"Sha?" Seru orang yang tertabrak. Suara ini, Gumam Shasa dengan kepalanya masih menunduk.

"Danny!" Ucap Shasa berteriak saat menemukan sosok sepupunya itu, dengan di balas jari telunjuk Danny yang telah mendarat di bibirnya menyuruh Shasa diam di saat Shasa menarik nafasnya kembali seperti akan berbicara dengan volume suara yang tentunya seperti lekingan suara lumba-lumba.

"Hehehe," Senyum Shasa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Eh btw lo ngapain disini? mau ke toilet?" Tanya Shasa. Danny tadinya ingin mengatakan bahwa ia memiliki janji dengan Kayla tetapi ia mengurungkan niatnya, karena pasti Shasa akan rusuh atau mungkin marah? Ya, bagaimana tidak. Walau Danny bukan orang yang aneh tetapi tidak menutup kemungkinan Shasa akan berpikiran buruk kepadanya saat ia berjanjian dengan seorang perempuan di depan toilet?

"A-ah-iya" Ucap Danny dengan suara yang sangat pelan.

"Btw, lo kalau jalan mata itu fokus liat depan. Bukanya nunduk. Lagian mikirin apa sampe-sampe lo galiat jalan?" Jelas Danny mengalihkan arah pembicaraan.

"I-itu gue-"

"Eh tunggu itu bukanya Kayla?!!"

"KAYYYYYYY!" Pekiknya berlari cepat ke arah Kayla yang terlihat di seret oleh dua pria berbadan tinggi. Danny yang melihat Shasa berlari pun langsung mengikutinya dan tanpa lama sesaat setelah Danny sampai  ia langsung menarik tubuh pria itu hingga ia membalikkan badanya.

Beberapa detik kedua mata mereka bertemu, yang tak lama tinju cepat dilayangkan oleh orang yang memakai maseker hitam tersebut, tanpa hilang fokus Danny langsung menghindar pukulan yang pria tersebut layangkan dan disusul tinju lainya dengan tentunya Danny dapat menghindarnya. 

Melihat temanya tak berhasil mendaratkan tinjunya, pria yang dari tadi memegang Kayla yang telah pingsan menghampiri temanya. dan dengan cepat Shasa menghampiri Kayla. Danny yang melihat Shasa, ia kemudian memberikan isyarat kepada Shasa untuk membawa Kayla pergi dari sana secepatnya. Shasa yang langsung mengerti, mengangguk lalu beranjak pergi dari sana.

Karena sedikit lengah Danny terkena layangan tinju dari orang bermasker hitam tersebut. Senyum miring kini di tunjukan oleh Danny. Dengan tatapan dingin yang membuat bulu kuduk berdiri, Danny kemudian membuka beanie ungunya dan warna rambut hitam pekat pada satu tahun lalu membuat kedua orang di depanya kini diam membeku.

Baru saja Danny bersiap melayangkan tinjunya, kedua orang tersebut saling tukar tatap yang tak lama berlari kencang keluar kampus. Tak berniat mengejar, Danny hanya menatap lalu membuka ponselnya lalu menghubungi seseorang di kontaknya.

["Halo, Dan? Ada apa?"] Seru Yudha.

["Lo udah selesai?"] Tanya Danny. Oh iya, Yoga belum balik juga. Gumamnya dalam hati.

No One Can Remove YouWhere stories live. Discover now