.28

16 2 2
                                    

OOO

5.25 a.m

"Jev kemarin malem lo udah dikasih GPS live Gema, Dewa sama Axel?" Seru Danny dengan kedua lengan yang sibuk membuka kertas dan membacanya satu persatu.

"Iya Dan. Udah," jawab Jevano yang sedang menatap layar ponselnya.

Danny mengangguk, "Ok good." Tangan Danny yang sibuk itu terhenti setelah melihat isi kertas terakhir, lalu menatap Jevano. "Tugas lo hari ini adalah cari informasi kegiatan mereka."

"Wiii gue ditugaskan dijalanan? Asik nih," balasnya girang dan diikuti senyum kecil Danny.

"Tapi jangan lupa lo harus—"

Jevano memotong cepat. "Fokus. Waspada dan yang penting jangan sampai ketahuan.." Ucapnya membeberkan satu-satu aturan yang hendak Danny ucapkan tadi. Danny pun terkekeh kecil.

"Oh iya, lo gak usah khawatir tentang back up-an OK? Yang penting GPS lo nyala, Axel akan kirim lo bantuan kalau ada apa-apa." Ucap Danny dan dibalas anggukan oleh Jevano yang tengah bersiap.

"Gue berangkat, Dan," seru Jevano setelah siap. Dengan dipakainya jaket lether hitam dan helm full face ditangan kirinya, Jevano telah siap untuk membelah jalan ibu kota dengan motornya. Danny ikut berdiri dan keluar seraya Jevano melangkahkan kakinya.

Suara gerungan motor Jevano membuat Yoga yang tertidur itu terbangun. Dengan kepala yang dilanda pusing berat, kedua matanya masih tak bisa ia buka walau tubuhnya telah berposisi duduk.

Setelelah melihat Jevano pergi, Danny kembali dan saat melihat Yoga, ia berdecak gemas. 

"Lo kalau dikasih free time, ya gini jadinya."

"Tuh diminum cepet. Hari ini jadwal kita padet," tambah Danny sambil memberikan minuman kaleng pereda mabuk yang telah ia beli saat menuju studio. Danny pun kembali duduk di kursi depan monitor, sambil membaca ulang kertas-kertas tadi.

"Mmm..." Jawab Yoga mengiyakan.

Setelah meminum pereda mabuk, pusing dikepalanya perlahan hilang. Dengan kedua mata yang telah terbuka, segera Yoga menghampiri Danny. 

Yoga tak mengatakan apapun sesaat setelah ia melihat kertas-kertas yang Danny sedang baca tersebut. Bulu kuduk Yoga seketika berdiri, ia teringat bahwa semalam saat ia minum, Yudha menemaninya sambil mengerjakan rangkuman ini. Hanya dengan kurang dari satu malam, rangkuman kejadian dan rancangan rencana kedepan telah selesai. 

Wah bener-bener tuh anak, terlalu jenius atau memang gila? Gumamnya. 

"Woah, Dan. Lo nemu ni anak dimana sih? Gue jadi merinding.." Tegun Yoga.

Tak Danny tanggapi, ia masih fokus membaca dengan serius kertas lembar halaman terakhir tersebut. Pikirannya yang terus mengacu kepada seseorang saat membaca lembar terakhir tersebut, membuatnya berpikir untuk berbicara dengan orang tersebut. 

'Saat Ajiel dan Yoga sampai, Dewa dan Gema terlihat berbicara dengan seorang wanita.' Kutip dipenutup paragraf terakhir lembar tersebut.

Tapi kalau itu Teresa, Yoga dan Ajiel pasti langsung mengenalinya. Gumam Danny.

Setelah membaca berulang kali, tetap hanya satu orang yang muncul di pikiran Danny, ia pun berdiri dan bergegas untuk ke suatu tempat.

Hasta. Gue harus ke Hasta. Kalau memang bukan Teresa, gue harus tetep mastiin.

Yoga mengambil kunci mobil Danny yang tergeletak di meja, tetapi segera Danny rebut dari tangan Yoga.

"Lo belum sepenuhnya sadar, gue aja yang nyetir."

No One Can Remove YouOnde histórias criam vida. Descubra agora