.08

32 5 7
                                    

!!!Attempted Suicide Warning!!!

OOO

"Gue dateng Ka-" 

Ruangan kosong. Kayla tidak ada di ranjang ataupun sofa. Shasa berjalan cepat menuju kamar mandi siapa tau Kayla sedang berada di sana, tapi tak ada siapapun. 

Shasa berlari menanyakan kepada beberapa perawat yang sedang bertugas, tetapi hasilnya nihil para perawat tidak mengetahui kemana pasien ruangan tersebut pergi dan mereka menyarankan Shasa untuk melihat jadwal Kayla karena siapa tahu Kayla sedang memiliki jadwal konsultasi dengan dokter. Ah benar juga, Gumam Shasa. Setelah melihat jadwalnya, Shasa tidak menemukan jadwal konsultasi apapun. Hari ini jadwal Kayla kosong.

Panik. Satu kata yang bisa menggambarkan Shasa saat ini, ia tidak memiliki ide Kayla berada di mana sekarang. Jadwal hari ini kosong, Kayla tidak ada janji dengan dokter manapun. Shasa berpikir apakah Kayla terjatuh di suatu tempat? Karena sejak kemarin kepalanya dilanda pusing yang cukup berat dan dokter mengatakan untuk tidak berpegian jauh sendirian karena khawatir takut terjatuh tanpa adanya pengawasan. Menyingkirkan pikiran buruk yang terus bermunculan, Shasa segera melaporkan hal ini kepada petugas dan berharap semoga Kayla baik-baik saja.

"Kay please, lo di mana" 

OOO

Alasan apa lagi yang mengharuskan aku hidup?

Satu-satunya orang dan sosok keluarga yang aku miliki sudah pergi jauh menembus cakrawala

Semesta, mengapa aku harus merasakan semua rasa sakit ini?

Mengapa? Ucapnya dalam hati.

Kayla berdiri di pembatas pagar rooftop, air matanya tetes demi tetes mulai membasahi kedua pipinya. Jika mengingat kembali semua rasa sakit yang ada rasanya air mata saja tidak cukup untuk mengurangi rasa sakit di ruang hatinya.

Saat mata ini tertutup seutuhnya. Aku hanya berharap semua rasa sakit ini akan sirna saat raga dan jiwa pun sudah tiada

"Sha, maaf dan terimakasih buat semuanya."

"Kakek, maaf Kayla tidak sekuat yang kakek harapkan- "

"Tunggu Kayla ya, Kek" Kayla menghela nafas berat, ia tidak menyangka akhirnya memilih jalan ini. Tapi mau bagaimana lagi, sejak hari di mana orang tersayangnya pergi satu persatu meninggalkanya dengan bekas luka yang entah kapan akan sembuh membuat rasa sakitnya tak pernah berkurang.

Tubuhnya melemas membiarkan raganya menyatu bersama hempasan angin yang cukup kencang. Ternyata pemandangan senja sore hari ini akan menjadi senja terakhir yang ia lihat. 

Tapi tak apa, di atas sana akan jauh lebih indah. Gumamnya.

*SYUUUH*

Bersamaan hempasan angin kencang yang menerpa tubuhnya yang hampir terjun, tangan mungilnya ditarik keras oleh seseorang, menjadikan tubuhnya jatuh dan membuat jarak antara dirinya dengan pagar pembatas. 

Siapa?

"Apapun yang terjadi di hidup lo. Sesakit apapun itu. Seberat apapun. Ini bukan jalan keluarnya!" Pekik pria tersebut. Nada bicaranya seakan marah, nafas kasar kini terdengar jelas di kedua pendengaran Kayla.

Tidak ada tenaga untuk membalas ucapan pria tersebut, kedua kakinya bahkan tak bisa memopong tubuhnya dengan benar saat ia berusaha untuk bangkit kembali. Ia kini meringkuk di lantai rooftop sore yang dingin.

Ka- Kayla? Gumamnya.

Pria itu terkejut saat rambut yang menutupi wajah perempuan di hadapannya terhempas yang kini wajahnya terlihat jelas. Banyak pertanyaan muncul di benak pria itu. Tapi tak ada satupun pertanyaan bahkan kata yang keluar dari mulutnya.

No One Can Remove YouWhere stories live. Discover now