.35

6 3 1
                                    

OOO

Dalam perjalanan Jack ke base, ponselnya berdering menandakan telepon masuk.

"SH*T! This b*tch again!"

"Gak telepon gue sehari aja bisa jadi gila kayaknya nih jalang." Jack kini sangat marah, tetapi ia pun tidak bisa mematikan teleponnya begitu saja, jika melakukan hal tersebut, Jack tau akan ada masalah besar datang kepadanya.

"Kalau memang bukan dari bos besar langsung, gue gak ada mau tuh bantu jalang ini," tambahnya sebelum mengangkat telepon dari Agatha.

["Kamu dimana sekarang, Jack?"] Tanya Agatha langsung, seraya Jack baru memencet tombol hijau dilayarnya.

Jack memutar matanya malas lalu menjawab, ["Saya lagi dalam perjalanan menuju base."]

["Oke bagus. Saat sampai persiapkan diri mu, karena kita akan langsung ke china."] Ucap kembali Agatha didalam telepon tersebut.

Jack mengerutkan dahinya, tunggu—kalau begitu, target udah ada ditangan si jalang?

["Baik, saya mengerti."] Balas Jack dalam teleponnya. Dan tak lama Agatha menutup telepon tersebut.

"Baguslah, akhirnya gue bisa lepas dari jalang gila ini." 

OOO

Danny yang mulai siuman, terkejut disaat tubuhnya kini tak bisa digerakkan. Tetapi tanpa panik berkelanjutan, Danny memperhatikan sekitar dengan teliti. Ruang sempit, gelap, pengap dan tubuhnya yang terus bergoyang, membuat Danny tau dimana dia sekarang.

Efek pukulan Jack masih ada. Danny mengernyitkan kedua matanya, seraya rasa nyeri datang kembali, ditambah kepalanya yang masih berdenyut pusing.

Dengan kondisinya, Danny terus memikirkan jalan keluar.

Danny yakin bahwa ia kini sedang dibawa oleh Jack ke suatu tempat dan cara satu-satunya ialah ia menghubungi Yudha dengan ponselnya, agar Yudha dapat mendapatkan sinyal ponselnya. Tetapi sesuai dugaannya, kedua tangannya tak bisa ia gerakkan. Tali mengikat kedua tangannya erat.

Seingat Danny, posisi ponselnya ada di saku jaket dalam. Danny mencoba merubah posisi tubuhnya menjadi setengah telungkup untuk mengetahui apakah ponselnya masih ada di saku dalam jaketnya atau tidak, dan saat ia merasa ada yang mengganjal di sisi kiri saku jaket dalamnya, ia pun menghembuskan nafas lega. Tetapi ia teringat bahwa baterai ponselnya tak tersisa banyak, bahkan seingatnya tadi sisa lima persen.

Danny kini berharap ponselnya memiliki sisa baterai yang cukup untuk memanggil siri dan menghubungi Yudha.

"Siri," panggil Danny pelan. 

"Buat panggilan dengan nama kontak Yudha." Tambah Danny memberikan perintah.

Entah suaranya didengar oleh AI siri atau tidak tetapi ia berharap dengan sangat kalau siri mendengarnya, dan dapat menghubungi dengan Yudha. 

[Anda telah tersambung, silahkan berbicara]

OOO

1.20 p.m

Ajiel dan Yudha telah sampai di gedung tua, dan keduanya langsung disuguhkan oleh  pemandangan Yoga sedang mengikat orang yang sudah terlihat tak sadarkan diri.

Ajiel dan Yudha saling menatap satu sama lain dan dengan cepat mengehentikan mobilnya lalu turun, berlari kearah Yoga.

"Ada apa ini!?" Tanya Ajiel seraya ia sampai dengan panik.

Yoga yang masih menalikan orang terakhir itu, menjawab enteng, "haha...biasa, pekerjaan gue ini Ji."

Ajiel dan Yudha yang langsung memahami situasi tersebut bernafas lega, dilihat sepertinya Yoga baik-baik saja. Tetapi kedua alis Yudha bersatu kemudian, disaat terlihat kaos putih yang dikenakan Yoga muncul cairan berwarna merah, membuat Yudha menyuruh Yoga untuk mengangkat kaosnya. Dan benar saja, saat Yoga mengangkat sedikit bajunya, terdapat luka sayatan pisau.

No One Can Remove YouWhere stories live. Discover now