.32

4 2 0
                                    

OOO

Hari menjelang sore dan Danny masih di tempat yang sama, yaitu gedung tua untuk mengintrograsi Gema dan Dewa.

Terdengar suara langkah kaki, Yoga yang sudah tenang kembali masuk ke ruangan.

"Terus gimana cara gue ketemu orang bernama Jack itu?" Tanya Danny.

Gema terdiam dan menelan salivanya. Ia mengigit kembali bibirnya. Dari ekspresi wajah yang mulai pucat, dapat diartikan Gema tidak akan menjawab pertanyaan yang dilontarkan Danny.

"Balik ke rules awal. Gue nanya, lo jawab." Tekan Danny menambahkan.

Karena Gema yang hanya diam, Danny melangkahkan kakinya lalu membuka lakban di mulut Dewa dengan kasar, dan yang sedari tadi ia menatap Danny dengan nanar, berbeda dengan Gema.

"Dari tatapan lo, kayaknya banyak yang mau diomongin ya?" Ucap Danny setelah melepas lakban yang membungkam mulut Dewa itu.

Dewa menggertakkan giginya, lalu terkekeh. "Haha. Lo pikir gue akan buka mulut?" Ucapnya masih dengan senyuman sinisnya.

Amarah yang sedari awal Danny redam, kini amarah itu mulai mencuat. Tapi bukannya layangan tinju yang mendarat, kini wajah Danny tepat di depan wajah Dewa dan menatapnya dalam.

Danny menyungingkan senyumnya. "Lo udah lupa ya rasanya pukulan gue?"

"Tapi hari ini lo beruntung. Karena bukan pukulan gue yang bakal lo rasakan," tambah Danny lalu menjauh dari sana dan memberikan perintah kepada Yoga untuk membawa Dewa ke ruangan sebelah.

"Terserah mau diapain anaknya, lo yang urus, Yog." Perintah Danny. Tanpa menunggu lama, Yoga langsung menyeret Dewa dengan kaki dan tangannya yang masih terikat di kursi.

Fokus Danny kini kembali kepada Gema yang masih terdiam. Entah apa yang Gema pikirkan, wajahnya masih sama. Danny kemudian menghampiri Ajiel yang ada dibelakangnya.

Danny lalu berbicara. "Ji gimana, Yudha udah kasih alamatnya?"

Ajiel mengangguk, "Udah Dan, besok gue berangkat." Balas Ajiel.

Alamat yang dimaksud itu adalah alamat rumah Arjuna. Karena keberadaan Arjuna di cctv waktu lalu masih dipertanyakan apakah ia terlibat atau tidak, oleh karena itu, besok Ajiel dan Yudha akan menghampiri Arjuna.

Danny mengangguk kecil. "Gue mau telepon dulu. Lanjut sama lo dulu, Ji."

"Oke. Dan,"

Setelah percakapan kecil tersebut Danny keluar dari gedung tua dan bersiap menelepon dokter River.

OOO

Kayla telah sampai kembali di kamar apartmentnya setelah kegiatan hari ini yang sangat padat. Ia tidak menyangka tentang hasil yang diberikan dokter River tadi. Bahkan saat mengingat beberapa kali pun, ia masih belum percaya kalau dirinya diharuskan untuk berhenti meminum obat anti-panic attacknya.

Diingat-ingat, kesimpulan dokter River dan dokter dari rumah sakit Edelwis, rasanya berbanding terbalik. Gumam Kayla yang masih mencerna semuanya.

Saat ia berkonsultasi ke rumah sakit Edelwis, kondisinya selalu memburuk setiap harinya dan menyebabkan obat yang dikonsumsinya selalu ditambah dosisnya. Tapi dokter River mengatakan sebaliknya, yang dimana kondisinya cukup baik dan jikalau panic attack tersebut kembali ia hanya perlu menarik nafas sambil memegang sesuatu yang berharga baginya, tak perlu mengonsumsi obat-obatan.

*TING*

Ponselnya berbunyi, menandakan pesan masuk.

Dilihatnya pesan tersebut. Pesan yang masuk dari dokter rumah sakit Edelwis, membuatnya bernafas lega disaat isi pesan tersebut mengkonfirmasi jadwal ulang yang Kayla buat. 

No One Can Remove YouWhere stories live. Discover now