KISAH KASIH

1.1K 194 0
                                    

Sekitar pukul malah hari, di sebuah rumah sakit megah berlantai empat, yang keadaannya terlihat tampak sepi dan hanya di singgahi beberapa petugas rumah sakit yang mungkin sedang aplus.

Di sebuah ruangan penting pada rumah sakit yang di penuhi penerang cahaya lampu kuning langsat, dengan suasana yang tampak begitu sepi, dan jarang ada pasien yang berlalu lalangan di dalamnya, karena keadaan itu di malam hari.

Berjalan melewati sebuah ruangan koridor, yang suasananya tertampak sepi, suram dan dingin, membuat bulu kuduk meremang.

Hingga masuklah di sebuah ruangan ICU, di mana tempat tersebut Meira akan menjalani proses oprasi mata.

"Mas, Mei takut," Lirih gadis itu dengan nada bergetar.

"Jangan takut ya, mas ada di sini, mas bakal terus temenin Mei sampai nanti selesai oprasi, okeh," Ujar Fahmi yang perasaannya sebenarnya sama-sama takut dan cemas, tapi mau bagaimana pun juga ia harus terus menyemangati istrinya.

Meira terus mengatur nafasnya untuk menenangkan perasaannya.

Fahmi mengeggami kedua pipi istrinya dengan menatapnya sendu."Jangan takut ya, Mei semangat, Mei pasti bisa, Mei mau kan sembuh dan bisa melihat seperti orang-orang. Bertahan ya, gak boleh takut, apapun resikonya nanti Mei harus tetep kuat," Ungkap Fahmi dengan gugup, Fahmi terus menyemangatinya dengan perasaannya yang cemas.

Meira mengangguk-angguk, dengan pandangannya yang sayu berkaca-kaca.

"Muach!" Satu kecupan itu tertuju pada kening Meira.

Meira terus mengenggami tangan Fahmi hingga begitu erat.

"Mei gak boleh nyerah apapun resikonya. Ingat, masih ada banyak orang yang menyayangi Meira, Mei juga sayang kan sama Mereka, kalau sayang Mei harus berusaha kuat, semangat, biar bisa bangkit dan sembuh kembali seperti semula, okeh."

Meira mengangguk lagi.

Saat keduanya tengah berdiskusi tiba-tiba ada beberapa perawat yang datang masuk ke ruangan.

"Permisi," Ucap ramah salah satu sang perawat, dengan beberapa perawat yang sudah berisap membawakan sebuah peralatan medis.

Keduanya yang tengah beridiskusi seketika itupun langsung terkejut secara bersamaan.

"O-ouh i-iya," Jawab gugup Fahmi.

"Bagai mana, nona Meira sudah siap?" Tanya salah satu sang perawat.

Meira mengangguk dengan ragu dan gugup.

"Siap ya, coba saya cek dulu," Sang perawat mencoba mengecek keadaan Meira dengan stetoskop.

Saat dalam pengecekan, tiba-tiba di tambah oleh sang dokter yang berjalan cepat menuju masuk ke dalam ruangan. "Selamat malah, tuan nona," Sapaan ramahnya sang dokter.

"Malam juga, dok."

"Bagiamana? Nona sudah siap menjalani proses oprasi?"

Fahmi menoleh ke arah Meira, biarlah Meira yang menjawabnya.

"S-siap, dok," Jawab Meira yang sudah mulai menekatkan diri.

"Baiik .... Jangan takut ya non, ini demi kesembuhan nona," Tutur sang dokter dengan sangat lembut.

"Sakit gak dok?" Tanya Meira dengan wajah cemberut, dan sikap polosnya.

"Ouh enggak non, cuma kek di gigit semut kok," Jawab humirisnya sang dokter, dengan ia yang berusaha menyandai Meira agar Meira bisa tenang dan tidak terlalu cemas.

Fahmi pun sampai tersenyum-senyum.

"Dok boleh gak di temenin sama suami?" Tanya polos Meira lagi.

"Aduh, klo gitu gak boleh, biar ayang bepnya suruh keluar dulu, sebentaarrr .... aja, nanti selesai oprasi baru bisa ayang-ayangan lagi, okeh." Gumam sang dokter ini dengan sikapnya begitu lucu.

Gadis Buta Yang Mampu Menaklukan Dia (SELEAI)Where stories live. Discover now