MENUTUPI LUKA✍️

1.7K 303 0
                                    


Tiba di malam hari, Fahmi kembali sampai di rumahnya. Dengan lanhkah kaki membawa tubuh tepat memasuki ruang kamarnya. Kini ia sudah berada tepat berada di dalam ruangan dengan di hadapinya langsung sebuah ranjang, yang membuatnya terdiam, dengan perasaan resahnya.

Tubuh begitu letih, dengan wajah kusut tak berenergi, ia berdiam diri menatap redup ke arah yang di hadapinya.

Dengan di dapatinya pemandangan sesosok istrinya yang terlihat akan baringannya dalam kondisi mata terpejam dengan tubuh yang masih tetap terika dan mulut sang terbekam lakban, dengan kondisi yang masih tetap sama seperti pagi tadi saat akhir ia menyiksanya melalui kekerasan fisiknya.

Ntah kenapa, ia merasa terenyuh dengan di dapati pemandangan tersebut, kesenduan meratap pedih di matanya, dengan hati menjadi resah tidak kauran.

Melangkah demi melangkah hingga tiba di sebuah ranjang, dengan di letakinya perlahan tas beserta jas kerjanya tepat di sisi ranjang, hingga ia mendudukan bokongnya tepat pada bibir ranjang.

Menoleh hingga menyorotkan kembali tatapannya ke arah sang istri, dengan awal berdiam sejenak memandanginya wajah-wajah sembabpnya sang istri seperti usai menangis, ia tahu bahwa tangisan itu pasti datang karenanya. Walau dengan perasaan tak tega, namun ia akan tetap tega, dengan perilaku yang tertutupi kegengsinya, "Woi, bangun!" Gertak Fahmi menepuk kasar wajah sang istri hingga membuat sang istri terjaga dari tidurnya.

Wanita itu membukak lebar kedua bola matanya yang masih terlihat akan kekantukannya, dengan nyawa yang masih setengah di bawah kesadarannya, namun sudah harus di paksa bangun akan keterkejutannya pada saat itu.

Cebrek! Srek!
Tanpa permisi Fahmi menarik kasar sebuah lakban tanpa perasaan yang menutupi bibir sang istri.

"Aw! Ssst ... Cukup mas, sakit hiks hiks hiks," Sangkin tidak tahannya mengenai rasa sakit, sampai-sampai Meira terlepas dari tangisnya.

"Diem! Gak usah sok-sokan nangis! Percuma, gak akan ada yang ngasianin lo di sini!" Gertaknya.

"Hisk hiks hiks, mas ampun ... Udah cukup, gak kuat sakit ihs ... hiks hiks hiks," Tangisan pedih, dengan rintihan rasa sakit.

Fahmi melepas semua tali yang mengikat tubuh wanita buta itu, hingga akhirnya wanita itu pun bisa bernafas lega dengan mampu bergerak bebas, walau harus di dasari rasa nyeri di setiap tubuhnya.

Fahmi melempar semua ikatan talinya ke sembarang arah, hingga ia beralih kembali ke arah sang istri, dengan sadisnya Fahmi menarik kedua rahang sang istri hingga menekannya kuat-kuat, "Heh, denger ya! Mulai sekarang lo jangan pernah berani membangkang dari suami, kalo gak lo bakal tau akibatnya!"

Meira mengangguk mengiyakan dengan lagak yang sudah begitu pasrah, karena rasa ketakutannya, kali ini ia benar-benar tak bisa melawannya.

"Ouhiya, ingat satu hal lagi, lo jangan pernah berani nyepuin semua perlakuan gw ini ke umi atau pun abi, kalo sampai lo berani nyepuin hal ini ke umi atau pun abi, gw gak akan segan-segan ngebunuh lo di sini!"

Meira kembali mengangguk dengan terlihat akan tatapannya yang seperti tengah menyimpan ketakutan.

Setelah puas menjurui berbagai macam ancaman, pria itu pun segera melepas cengkraman kasarnya pada rahang sang istri hingga mendorongnya sampai terdongak ke belakang.

Fahmi segera turun dari atas ranjang, dan pergi menuju masuk ke dalam kamar mandi.
















••••••🌼🌼🌼•••••••

Memasuki waktu tengah malam yang di mana suasana sudah memasuki keheningan dan tepatnya para manusia yang sudah tertidur.

Namun ntahlah, tiba di malam itu ada saja halnya yang menggagu suasana tidur terutamanya dalam tidurnya Fahmi, tepat di tengah malamnya itu dering handphone tiba-tiba saja berbunyi, ini sangat-sangatlah mengganggu, yang di mana letak handphone tersebut tepat di atas nakas samping ranjangnya, benar saja jika terdengar brisik, karana dering handphonenya terdengar sama seperti bunyi sound sistem hajatan. Sampai-sampai membuat Meira ikut terjaga walau hanya sekilas dan memejam kembali.

Gadis Buta Yang Mampu Menaklukan Dia (SELEAI)Where stories live. Discover now