LETAK KETAJAMAN✍️

1.8K 297 1
                                    

Nampaknya dua seorang lawan jenis yang tengah melangkah berjalan bersama menyelusuri jalanan-jalanan taman.

"Gemana perasaan kamu sekarang? Sudah mulai tenang?" Tanya seorang pria berperawakan tinggi dengan di ciri khaskan ketampanannya melalui rambut gondrong beserta brewok tipisnya.

Nampaknya seorang wanita itu pun yang tak di sangka adalah  Meira, ia pun menjawab,"Alhamdulillah, sudah kok mas. Ouhiya, terimkasih banyak ya mas, sudah mau membantu saya, maaf sudah di repotin," Tutur wanita itu dengan suara lembutnya yang di sertai senyuman teduh yang di ukiri pada lengkungan tipis pada bibir pucatnya.

"Iyaa .... Sama-sama Meira, santai aja, toh saya juga gak kerepotan. Ouhiya, ngomong-ngomong kamu laper gak? Dari tadi kita jalan gak ada arah dan tujuan, ini sebenarnya kita mau kemana?" Ujar pria dewasa itu dengan sikap canda tawanya.

Meira tersenyum bingung, "Loh, saya juga gak tau mas, dari tadi kan saya juga cuma ngikutin masnya, kalo soal kemana-kemananya saya gak tau," Balasnya dengan senyum canggungnya.

"Ouhiya, dari pada gini mending kita cari sarapan dulu aja yok, kamu pasti laper kan? Tuh di sana ada tukang bubur, kamu suka bubur?"

Wanita itu tersenyum bimbang.

"Gemana? Suka gak sama bubur ayam? Bubur ayam di daerah sini lumahan enak-enak loh, saya juga sering beli kalau di daerah taman ini, bagaimana? Atau kamu mau yang lain? Ayok bilang aja. Dari tadi kan kita belum sarapan, kamu pasti laper kan?" Ujar pria itu sembari berclingukan mengkondisikan suasana.

"Saya sudah kenyang mas," Jawabnya dengan senyum sungkannya.

"Kenyang makan angin?"

"Ya sepertinya begitu."

Sepontan pria itu mengukir senyum miring di bibirnya dengan di sertai gelengan heran.

"Yasudah saya ikut masnya saja," Sambung Meira lagi.

"Loh kenapa? Kira-kira kamu suka bubur? Jangan bilang karena gak enak sama saya, terus kamu maksain. Bilang aja, kalo kamu yang lain."

"Gak papa mas, saya lumayam suka kok, dan kebetulan saya juga mau cobain bubur di sini."

"Ouh gitu, ya sudah kalau begitu, ayok ke sana saja," Cakap pria itu sembari mengajaknya melanangkah ke arah yang akan di tuju.

Serempak keduanya melangkah menuju tempat yang menjadi tujuannya.

Hingga sampai di mana keduanya menghampiri tempat pangkalan penjualan bubur ayam.

'BUBUR AYAM HANYA LIMA BELAS RIBUAN SAJA' sebuah kalikat yang tertulis di dalam sepanduk yang terpampang lebar di pajangan grobaknya.

"Silahkan mas mbak buburnya," Tawar ramah sang penjual laki-laki yang kini tak bisa di kata usianya masih muda lagi.

"Dua porsi ya pak," Ucap sepontan pria berambut gondrong itu dengan sikap santainya.

"Siap mas."

"Kira-kira mau di bawa pulang atau makan di tempat?" Tanya pria pedagang itu.

"Di tempat saja," Jawabnya tanpa meminta persetujuan pada Meira, yang ia sudah jelas tahu bahwa Meira pun sudah pasti akan menyetujuinya.

"Siap kalau begitu, ya sudah sebaiknya mas mbaknya duduk dulu. Di mohon untuk di tunggu ya mas mbak."

Keduanya tersenyum dengan keramahannya.

Beberapa menit kemudian, bubur pun siap di hidangkan, "Silahkan mas mbak, monggo di nikmati," Pria yang tak di kata muda itu pun menghidangkan makanannya hingga menatanya dengan senyum senantiasanya di hadapan kedua pelanggannya.

Gadis Buta Yang Mampu Menaklukan Dia (SELEAI)Where stories live. Discover now