HARI H✍️

2K 319 0
                                    

Hingga tibanya di pagi hari, yang masih dalam keadaan yang tetap sama, yaitu hari-hari membosankan, yang penuh kehampaan.

Meira yang saat ini tengah bersibuk memasak di dapur, dengan sangat tak di sangka Meira pun juga ternyata pandai memasak, walau ia tak bisa melihat, namun siapa sangka.

Entah kenapa, hal-hal yang bisa di lakukan oleh Meira, selalu sama seperti hal-hal yang layaknya di lakukan oleh orang-orang normal pada umumnya, ntahlah, mungkin ini bukti keajaiban Tuhan.

Meira masih fokus mengolah masakannya dengan sepatula yang sudah menjadi andalannya, sungguh dengan lihainya ia mengolah memasakannya.

Trekg! Trekg! Trekg!
Suara langkah seorang pria yang berjalan menuruni anak tangga dengan penampilan yang sudah rapih layaknya penampilan pria kantoran, ia melangkah jalan sembari sibuk memakai jam tangannya, tangga lantai yang sudah menyatu ruang dengan dapur minimalisnya tepat di bawah tangganya itu, dengan jelas yang pastinya ia juga akan melewati keberadaan istrinya yang tengah memasak di dapur itu, dengan gaya penampilannya yang sudah tertampang seperti gaya pria kantoran, dengan langkah elegannya yang masih sibuk melalui anak tangganya, namun saat mata itu tertuju pada sesosok di depannya, seketika itu ia ...

Deg!

Sungguh di terkejutinya pria itu sampai tubuhnya jadi terpaku diam, dengan tatapan tercengang ia menatap ke arah yang di fokuskannya.

H-hah! T-ternyata tuh cewek bisa masak? Serius? Mana bisa gitu, hah! Kok bisa, wei?

Diamnya Fahmi dengan fikiran yang masih terombang-ambing dengan pertanyaan-pertanyaan herannya.

Meira merasa seperti ada sesosok yang memperhatikannya sehingga memuatnya terus-terusan menoleh ke arah yang di curigainya. Feelingnya seperti ada sesosok yang tengah memperhatikannya dari arah ruangan, namun hal itu tak jadi masalah, karena menurutnya itu tidak penting, jadi ia akan tetap fokus pada kegiatannya saat ini.

Usai diam dalam beberapa menit Fahmi melanjutkan kembali langkah turunnya menuju ke ruang bawah.

Dengan mendengar suara tepakan sepatu kerja suaminya saja, Meira sudah faham bahwa itu adalah suaminya, "Mas," Sapanya siaga terhadap suaminya.

"Hm!" Jawab dingin Fahmi, sembari sibuk meneguk segelas air putih, yang baru saja ia ambil dari sebuah teko yang sudah menjadi sediaan di atas meja makan.

"Mmm .... Mei baru selesai masak ni, mas sarapan dulu ya, biar Mei siapin," Ujarnya dengan pelayanan ramah.

"Enggak, gak perlu! Gw udah ada janji mo makan di luar! Lu makan aja sendiri, ogah gw makan masakan lo!" Ketusnya tak menghargai pelayanan sang istri.

Wajah cantik wanita itu yang tadinya terlihat sumringah, kini wajah itu pun berubah asam kecut, "O-ouh g-gitu ya, t-tapi gak masalah kan kalo pagi ini mas sarapan dulu, lagi pula makan di luarnya kan nanti siang, ya kan? Mending sarapan dulu yok, biar Mei siapin, Mei udah capek-capek masa loh, mending mas cobain masakan Mei, selama pernikahan kan mas belum pernah cobain masakan Mei, hehe," Bujuk Meira yang masih bersabar hati, dengan sikapnya yang di buat seolah-olah tak sakit hati, begitupun dengan senyum dan tawa kecilnya yang terus saja ia pancarkan.

Fahmi mendekati wanita itu hingga jarak satu jengkal, dengan tampang garangnya,"Heh, denger ya! Lo lupa? Semalem kan udah gw buatin perjanjian sama lo 'Apapun halnya tentang gw lo gak berhak ngatur! Ki-ta hidup masing-masing!' Faham!" Tekannya dengan nyaring.

Dengan reaksi ketakutannya, hingga tubuh itu bergetar dengan kepala yang di tundukannya, "I-iya mas, maaf," Lirih wanita itu dengan terbata.

"Kalo soal masakan, lo bisa kan makan sendiri, gak perlu gw juga yang makan. Hari ini gw juga mau sarapan di luar bareng pacar gw, dengan hidangan makanan yang lebih enak di restoran, di bandingkan masakan kaampungannya lo itu!"

Gadis Buta Yang Mampu Menaklukan Dia (SELEAI)Where stories live. Discover now