LETAK KETAJAMAN✍️

2K 300 0
                                    

Letaknya di siang hari, suasana lingkungan tampak sepi, tak seorang pun yang berkeliaran di luar lingkungan. Sebap panasnya terik matahari membuat  orang sungkan berkliaran.

Kemabli pada suasana di dalam rumah sakit, yang tak jauh dari suasana  hampa yang penuh kejenuhan.

Meira sudah mampu bangkit untuk saat ini, walau keadaannya belum begitu stabil, setidaknya ia sudah mampu bangkit dan  memiliki sedikit pergerakan untuk saat ini.

"Mei, pagi ini sarapan dulu ya,"  Tutur Fahmi memintanya sembari menyiapkan satu tempat makan yang sudah di sediakan oleh pihak rumah sakit.

Meira duduk bersandaran dinding ranjang sembari berdiam kosong dengan raut wajah jenuhnya. Ia pun berbuang wajah dari arah pandangan suaminya.

Fahmi memandanginya penuh kelelahan, kali ini ia mencoba  untuk tidak mudah terbawa emosi, ntah berhasil atau tidaknya.

"Mei, sarapan dulu," Bujuk Fahmi satu kali lagi sembari mengusap halus kaki sang istri yang dalam posisi berselonjor, sehingga membuat sang istri tersadarkan dari lamunannya hingga menoleh ke arahnya.

"Sarapan."

Meira menggeleng tak berdaya.

"Sarapan."

Lagi-lagi Meira menggeleng.

"Sarapan!" Akhir sentakan itupun melolos, rupanya Fahmi sudah tak tahan lagi melayani sikap keras kepalanya sang istri.

Meira kembali diam, sembari merengkut ketakutan.

Fahmi berdiam sejenak dengan  nafas terengah-engahnya,"Jan batu, sarapan cepet! Apa mau gw suapin?" Ucap tegas pria itu, namun tetap di sertai dengan ucap perhatiannya.

Mendengar ketegasan itu, perasaan Meira mulai was-was, sehingga tak berani lagi dirinya menolak perintahnya, untuk kali ini ia tak ingin lagi melibatkan perasaannya, hingga pada akhirnya ia pun memilih untuk menuruti apa yang di perintahkan oleh suaminya. Perlahan Meira mengangguk dengan perasaan tegangnya.

"Huft! Bilang aja mo di suapin, gitu aja pake banyak drama, udah kek orang sedeng aje lu," Grutu Fahmi pada sang istri, sembari tetap menyiapkan persediaan makanannya.

Satu sendok makanan yang sudah Fahmi siapkan, sehingga akan segera ia salurkan ke dalam mulut sang istri, "Bukak mulutnya cepet," Instruksi Fahmi terlihat akan sikap yang begitu tak tulus.

Meira pun menuruti apa katanya, dengan perlahan ia membukak mulutnya dengan memisahkan kedua bibirnya sejenak.

Fahmi tampak sedikit kasar dengan rupa tak ikhlas melakukannya, namun Meira mengerti dan ia akan tetap menerimanya.

Baru beberapa suap yang Fahmi berikan padanya, "Udah mas, Mei gak kuat, mual rasanya, makananya  rasanya pait," Namun tiba-tiba saja Meira menolak dan mengentikannya.

"Ya pait karena mulut lo, ini makanannya gak pait, cepet makan lagi, habisin jan sampe ada yang tersisa," Paksa Fahmi dengan menekannya.

"Gak bisa mas, Mei udah gak tahan lagi ... Rasanya bikin mual gak enak, ihks hiks hiks," Tak kuasanya ia menahan sehingga wanita huta itu pun menangis, begitu dengan perasaannya yang sebenarnya takut pada perilaku sang suami.

"Mcek! Paksain, lo jangan nyusahin gw, lo mau cepet sembuh gak sih!? Kalo mau yaudah paksain, bantu  usahnya dikit kek, jan cuma ngandelin orang lain, ini kan demi kesembuhan lo sendiri t. Cepet makan lagi!" Sarkas Fahmi dengan teganya mencekal keras rahang sang istri hingga memaksanya masuk makanan itu  ke dalam mulut sang istri.

"Mmmmkrs ...! Aaak ...! C-cu ... Mmmksr ...! U-udah ... Mmmksr ...!" Tak habis fikir, Fahmi terus memaksanya untuk memasukan makanan itu hingga masuk secara paksa ke dalam mulut sang istri hingga beberapa suapan ia masukan tanpa takaran.

Gadis Buta Yang Mampu Menaklukan Dia (SELEAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang