Reva berdiam, ia mencoba memproses informasi yang baru ia dapat. Jadi 3 tahun lalu Rheva yang asli pernah menabrak sebuah mobil dan sekarang sekelompok orang itu ingin membalaskan dendam dengan mencari bukti yang Rheva simpan? Setelahnya ia akan memenjarakan Rheva? Sungguh berani, tapi mereka siapa?

  "Siapa otak dari pencurian dan pemasukkan mata-mata ini? Apa mereka sudah ditangkap?"

  "Kamu tidak membaca emailku?" Selidik Bastian membuat Reva menggeleng polos. Setelah ia mampir sebentar di lokasi kejadian, ia langsung pergi ke kantor dan mengecek semua tugas yang sudah Langit kerjakan. Jadi ia belum sempat melihat email itu, Lagipula Bastian sudah tahu apa yang ia lakukan tanpa komando, seperti pengarahan tim paruh ini semua arahan Bastian.

  "Dalangnya sudah ditangkap, beberapa bawahannya yang ingin menyelamatkannya pun sudah kami tahan. Dan inilah pelakunya..."

  Drrrrtt...

  Ponsel di saku Reva bergetar membuatnya urung melihat si pelaku, ternyata ponselnya memberi alarm getar tentang rapat perusahaan yang akan ia handle. "Aku harus rapat, nanti aku sempatkan melihat emailnya. Jadi setelahnya apa yang akan kalian lakukan pada pelaku itu?"

  Jovan menarik tabletnya lalu menyimpannya kembali ke tas. " sekarang kita masih mengulik informasi darinya sembari menunggu tim Mata untuk mencari informasi lebih lanjut."

  "Baik kalau begitu, jika ada sesuatu aku ada di mansion. Aku pergi dulu, ayo kak Reno."

  Ting

  "Bastian, kita mendapat informasi dari tim Mata," ujar Jovan mengambil ponselnya dengan mata berbinar, setelah ada keterlambatan akhirnya mereka mendapatkannya.

  "Apa itu?"

  "Tentang siapa dia melakukan itu, ternyata untuk anak atasannya yang Queen tabrak. Aristasia Reva."


•••


  "Ganti kalian yang makan, kita sudah selesai."

  "Baiklah, apa menu kita hari ini?" Tanya seseorang itu meregangkan otot-otot tangannya karena sedaritadi ia gunakan untuk memukuli tahanan yang belum mau mengaku.

  "Semur jengkol, enak tahu buatan bibi yah yang di depan sana."

  "Benarkah? Ayo kita pergi sebelum anak-anak lain habiskan."

  Setelah perginya kedua penjaga itu, dua penjaga baru berganti menjaga sel tahanan yang pak Hakim tempati. Sedangkan di dalam sana pak Hakim terus merintih merasakan sakit di sekujur tubuhnya yang dipenuhi luka menganga bekas cambukkan. Tidak berselang lama seorang pria berseragam lainnya membawa segelas air untuk diberikan ke tahanan."biarkan kami yang membawakannya ke dalam."
  
  "Aku ikut masuk, sudah lama aku tidak melihat tahanan tersiksa seperti ini."

  "Karena kamu minta cuti break kuliah, seakan-akan lupa dengan tim paruh."

  "Mana mungkin, yang penting aku sudah kembali bukan?"

   Kedua pria itu lantas mengambil kunci disamping lalu membuka jeruji, masuk ke dalam untuk melepaskan satu ikatan tangannya dan membiarkannya menghabiskan minumnya. Mereka tidak ingin susah-susah menyodorkan minumannya langsung ke mulut, lebih baik seperti ini dan mereka akan mengikatnya kembali.

  "Sepertinya segelas air ini tidak cukup," ujar pembawa air itu lalu meletakkan gelas kosongnya ke meja samping dan dengan perlahan menjatuhkan sesuatu di pojok meja tanpa sepengetahuan siapa pun, bahkan cctv hanya memperlihatkan ia sedang bersandar pada meja.

  "Kita sudah baik masih memberinya air, jika tidak dia akan pingsan dalam hitungan menit ke depan."

  "Baiklah, aku pergi dulu. Aku akan membawakan si keluarga bajingan ini air juga."

    Setelah pembawa air itu pergi, kedua penjaga itu mengunci kembali jeruji itu dan menjaga diluar. Tidak berselang lama sekelompok teman-teman mereka datang ingin masuk ke dalam, namun karena takut membuat pelaku mati mereka hanya memberikan satu per satu pukulan dan setelahnya mereka puas pergi. Sekitar 3 menit kemudian listrik di markas paruh mengalami konseting dan sebuah gudang belakang terbakar mengalihkan semua anggota disana.

  Lampu seluruh markas mati, tidak lama kemudian sebuah asap tebal muncul dari dalam jeruji membuat kedua penjaga itu terbatuk-batuk dan akhirnya pingsan. Pak Hakim yang sedang menahan nafas melihat sorot senter itu padam lalu memanfaatkan situasi untuk melepaskan diri, tali yang mereka lepas tidak diikat kencang membuatnya dapat melepaskan tali untuk tangan satunya. Karena pintu jeruji terkunci, ia pun meludahkan kunci yang tadi dimasukkan ke dalam air minumnya dan ia tahan di bawah lidahnya. Setelah berhasil keluar, ia berlari ke lorong-lorong penjara dan langsung menemukan anak dan istrinya.

   Pak Hakim pun menggunakan kunci itu lagi untuk membebaskan mereka. Namun setelah ia keluar, seseorang mengetok titik saraf belakangnya membuatnya langsung pingsan. Melihat itu anak dan istri pak Hakim ingin kabur namun langsung dihadang beberapa orang besar dan menarik mereka kembali dibalik jeruji.

  "Ada orang dalam."

Behind The New LifeWhere stories live. Discover now