"Hai."

"Hai, Kak."

"Gue cuma mau ngingetin, besok ada pelantikan ketua baru Theater. Lo jangan lupa hadir, karena itu adalah pertemuan terakhir kita," ucap Candra dengan senyuman yang sudah lama tak Sephia lihat.

"Iya, Kak."

"Mau gue anter pulang?" tawarnya dengan sebelah alis terangkat.

"Kak.."

"Gue udah jadian sama Musa," lanjut Sephia mengingatkan dengan sedikit canggung.

"Gue tahu."

"Musa adalah orang sempurna buat lo, dia akan memberi setara dengan apa yang ia terima. Jadi jangan khianatin dia."

"Dia orangnya pendendam," kekehnya sambil berbisik.

"Gue bakal inget kata-kata Lo."

"Kenang gue sebagai orang baik di hidup Lo ya," ujar Candra.

"Diluar masalah Lo sama Musa yang gak gue tahu, bagi gue Lo tetep orang baik yang pernah hadir di hidup gue, Kak."

Candra merasa puas dengan jawaban itu, "andai gue sama Musa gak suka sama orang yang sama, mungkin sekarang Lo ada di samping gue kan?"

"Gue hanya memilih orang yang berani bertahan lama," jawab Sephia.

"Bukan pengecut kayak gue yang tiba-tiba mundur ya." Candra menggaruk belakang kepalanya.

"Ekhem..."

Suara berat itu menggema bersamaan dengan munculnya sosok yang sedari kemarin Sephia cari.

Musa berjalan perlahan dengan menandai satu titik dalam jangkauan pandangnya, Candra.

"Hai!" Candra melambai dengan mudahnya.

"Kayaknya kita gak terlalu akrab untuk Saling bertegur sapa." Musa melipat tangan di dadanya dengan angkuh.

"Kamu kemana aja? aku pikir kamu gak sekolah," ucap Sephia yang melangkah mendekati kekasihnya.

"Kalo aku gak sekolah kenapa? mau minta dianterin dia?" tunjuknya tepat pada tulang hidung Candra.

"Gue cuma ngingetin dia eskul besok," jawab Candra tanpa pertanyaan.

"Ayo pulang."

"Sakiiit." Sephia meringis saat pergelangan tangannya dicengkram hebat oleh ketua taekwondo itu.

"Sakit katanya, Sa." Candra menyindir dengan keras.

"Gue tuli buat denger penghianat ngomong." Perkataan Musa justru lebih menusuk.

"Lo boleh benci gue, tapi jangan sakitin Sephia!"

Langkah Musa terhenti, melepas tangan Sephia dengan kasar sambil mendorongnya ke dalam pelukan Candra.

"Sana sama Candra Lo itu aja!" Ucap Musa saat melihat Candra yang sudah memeluk gadis itu.

"Maksud kamu?" Sephia yang tak mengerti sebenarnya apa yang diinginkan Musa darinya.

"Lo juga belum cinta kan sama gue," sindir Musa.

Candra yang merasa bingung dengan perlakuan Musa yang diluar nalar itu juga memilih bungkam.

"Bukannya Lo bilang resiko pacaran sama Lo itu gak ada jalan keluar? ini apa? Lo kasih gue jalan keluar? Fine!!"

"Lo itu emang gak serius sama gue!" Sephia berjalan kearah berlawanan.

"Phia!" Candra berusaha menyetarakan langkah Sephia yang cepat. Namun kembali disusul oleh Musa yang langsung mengangkat tubuh Sephia keatas bahunya, membopongnya seperti layaknya mengangkat karung beras.

"Turunin gue!!"

"Hati-hati, Sa!" teriak Candra.

"Berisik Lo!" teriak Musa kembali.

"Turunin gue, bukannya Lo mau gue pergi tadi!!" Kedua kaki Sephia berayun membentur tubuh Musa berkali-kali minta diturunkan karena semua pandangan siswa yang saat itu belum pulang sudah mulai memfoto mereka.

"Jangan bilang gue-lo kalo sama pacar!"

"Gue gak ngerti jalan pikiran Lo!"

"Aku cuma ngetes kamu tadi!"

Musa menurunkan tubuh limbung Sephia setelah mereka sudah tiba di parkiran.

"Gue gak tahu harus seneng atau takut," ucap Sephia memelan.

"Bilang sama Papa, kamu mau main dulu sama aku. Supaya dia gak nunggu di depan rumah."

"Mau kemana?"

"Liat aja nanti."

"Lo beneran cinta gak sih sama gue?" tanya Sephia mengerutkan keningnya.

"Aku-kamu." Musa menyanggah.

"Lo tuh buat gue ragu tahu gak!"

"Aku mau jawab kalo kamu ngomongnya pake Aku-kamu!"

"Kamu emangnya cinta sama aku?" ulang Sephia.

"Cinta!"

"Mana buktinya?"

"Buktinya nanti pake pembuktian, kamu akan ngerasain seiring berjalannya waktu."



Terimakasih sudah membaca Jsktc, Voment kalian beneran ngebantu bangt ya.
Ig : Acha.nuralbi


Jika Saja Ku Tolak Cintanya [End] BAGIAN IWhere stories live. Discover now