9

3.5K 263 16
                                    

Musa menyibakan gorden kamarnya menatap sebuah mobil berplat merah  Mamanya yang baru saja tiba, melenggangnya wanita berusia empat puluh tahunan itu dengan anggun sambil di tangannya terlilit blazer hitam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Musa menyibakan gorden kamarnya menatap sebuah mobil berplat merah  Mamanya yang baru saja tiba, melenggangnya wanita berusia empat puluh tahunan itu dengan anggun sambil di tangannya terlilit blazer hitam.  Dengan potongan rambut khas wanita modern, membuat Musa menyayangkan wanita cantik dan berkelas seperti Ibunya harus di tinggal pergi Suaminya yang merupakan Papa kandung Musa. Dona yang merupakan Ibu kandung Musa bekerja menjadi salah satu anggota DPRD, dirinya baru saja dilantik beberapa tahun lalu setelah sebelumnya menjabat menjadi kepala sekolah di SMA yang kini menjadi sekolah Musa.

Musa sebenarnya mempunyai adik laki-laki yang berbeda 2 tahun di bawahnya bernama Liam Hartigan, tapi dia memilih tinggal dengan Papanya di Singapore setelah orang tua mereka bercerai. Semenjak itu, Musa menjadi sama bencinya dengan adiknya itu karena lebih membela Seorang laki-laki yang sudah mengkhianati wanitanya.

Dona membuka pintu kamar Musa, memperlihatkan anak laki-lakinya yang sedang belajar dengan tenang.

"Sayang, sudah makan?"

"Udah, Ma." Musa memutar kursinya agar bisa berhadapan Mamanya.

"Gimana sekolahnya, Nak?"

"Seperti biasa."

"Besok kalo bisa setelah pulang sekolah jangan mampir dulu kemana-mana ya, Papa mau pulang."

Musa tersenyum sinis, "pulang? dia udah bukan lagi tuan rumah disini."

"Musa dengerin Mama, sampai kapanpun tidak ada yang namanya mantan Ayah."

"Terserah aku akan bersikap bagaimana nantinya," ujar Musa melipat tangannya di dada.

"Pokoknya besok kamu harus pulang cepet, kita makan malam bareng. Tapi Liam katanya gak ikut, lagi ada ujian."

Liam yang dimaksud Dona adalah anak bungsunya, adik laki-laki Musa.

"Terserah." Musa memutar kursinya meraih kembali meja belajarnya.

"Satu lagi, Nak."

"Maafkan juga Candra, dia gak salah apa-apa. Kalian temenan baik dulu." Dona kemudian meninggalkan putranya yang sama sekali terlihat tidak menelan kalimatnya.

*****

Keesokan harinya, pagi ini meja Sephia terlihat kosong. Tidak ada makanan, ataupun hadiah lainnya yang biasa diletakan Musa setiap hari.  Sephia duduk menata mejanya dengan beberapa buku pelajaran hari ini, dan sebuah buku dongeng yang baru dibelinya kemarin.

"Tumben gak ada hadiah-hadiahan lagi dari Musa." Joly yang baru saja tiba sedikit kaget dengan suasana pagi itu.

"Bokek kali dia."

"Mana mungkin dia ngerasain bokek, nih ya Phia. Bahkan saking tajirnya, mungkin dia gak pernah deh megang uang pecahan dua ribu. Atau mungkin gak tahu ada uang pecahan dua ribu," jelas Joly sambil mengibaskan roknya sebelum duduk di samping Sephia.

Jika Saja Ku Tolak Cintanya [End] BAGIAN IWhere stories live. Discover now