3.

5.9K 400 21
                                    

Bisa dibilang hari itu saat di halte, merupakan hari terakhir yang Sephia ingat sebagai pertemuan keduanya dengan Musa sebelum pria itu menghilang kembali keesokan harinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bisa dibilang hari itu saat di halte, merupakan hari terakhir yang Sephia ingat sebagai pertemuan keduanya dengan Musa sebelum pria itu menghilang kembali keesokan harinya. Sikap Musa yang tidak mudah ditebak membuat Sephia ketagihan untuk memikirkannya, bahkan dua hari semenjak ia menghilang. Sephia mempunyai rasa penasaran kemana ia menghilang kali ini, atau apa alasan ia menghilang? apakah ada perkataannya yang ceroboh membuat pria itu berpaling? Padahal kemarin Joly mengatakan bahwa Musa masuk sekolah setiap hari.

Sebenarnya bisa saja Sephia melangkah sekitar lima menit untuk menuju kelas Musa yang hanya dipisahkan dua ruang kelas saja, tapi sifat gengsi yang tak mudah untuk diobati meluap merajai kerinduannya. Tunggu, rindu? Sephia rindu pada Musa?

Sephia menggelengkan kepalanya dengan keras membantah isi otaknya, bagaimana mungkin pria absurd yang baru ditemuinya dua kali membuat ia sudah rindu.

"Di halte dia gak minta nomor Lo?" tanya Joly sambil memakan cilok dalam satu suapan.

"Enggak."

"Dia beneran menghilang lagi setelah minta kesempatan dua bulan?"

"Iya."

"Gaje banget tuh orang, dia maunya apasih," ucap kesal Joly menusuk-nusuk plastik yang semula berisi cilok yang sudah habis.

"Mungkin ada perkataan gue yang bikin dia tersinggung," jawab Sephia menerka.

"Ya seenggaknya dia bilang." Kali ini Joly bereaksi mematahkan tusukan cilok.

"Sudahlah, itu berarti dia emang gak serius sama gue."

"Yaudah sih, cowok masih banyak. Kita cari lagi," ucap Joly menghibur.

"Kita? Lo kan Udah punya Randi," sanggah Sephia.

"Iya maksudnya kita cariin Lo cowok."

"Gue pindah kesini bukan untuk cari cowok, gue mau sekolah yang bener."

"Oh iya, btw soal pindah. Alasan Lo pindah ke Jakarta apa?"

Sephia menggigit bibir bawahnya terlihat seperti mencari alasan, kedua matanya menunduk seperti baru saja ketahuan.

"Phia," ucap Joly menyentuh tangan Sephia.

"Gu..gue pindah karena__"

"Gausah cerita sekarang kalo Lo belum siap, daripada Lo ngarang cerita." Joly menyambar kalimat Sephia yang tampak ragu.

"Kalo gue udah siap, gue bakal cerita nanti." Sephia tersenyum saat mendengar bahwa teman barunya ini sangat mengerti dirinya.

"Saat ini gue cukup bahagia dengan punya temen kayak Lo, jangan berubah ya, Joly." Sephia menambahkan.

"Apaansih Lo, drama banget." Tawa keduanya terdengar bersahutan dan keras mengalahkan suara musik di kantin itu.

****

Jika Saja Ku Tolak Cintanya [End] BAGIAN IWhere stories live. Discover now