7.

4.5K 316 12
                                    

"Sarapan dulu, Nak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Sarapan dulu, Nak." Martin membangunkan Sephia lembut dengan menanggalkan selimut yang melapisi anaknya.

Sephia menggeliat malas, matanya terbuka perlahan dengan kening yang mengkerut kesilauan. Ia senang sekali karena orang pertama yang ia lihat saat terbangun adalah Papanya. Pria parubaya khas dengan kacamata minus tiga itu menyunggingkan senyum menyambut pagi.

"Papa sudah buatkan bakwan untuk kamu, digoreng sedikit tipis dan dibiarkan garing kan?" Martin menegakkan jempolnya.

Sephia menyibakkan selimut dari kakinya, bersemangat untuk menyantap bakwan garing kesukaannya, "yeayy!!"

"Minum dulu. Teh yang dibuat dengan sedikit air panas, lalu ditambahkan air dingin, dan tidak begitu manis." Martin lagi-lagi mengabsen setiap detail makanan kesukaan Sephia.

"Makasih, Pa." Sephia menyeruputnya teh itu.

Alasan Sephia lebih suka teh hangat daripada teh panas adalah supaya ia langsung bisa menyeruputnya tanpa menunggunya dingin.

"Mandi dulu, terus sarapan." Martin mengangkat tubuh anak nya seperti bayi.

"Sephia sayang Papa."

"Papa juga dong lebih sayang."

"Sephia lebih besar sayangnya."

"Papa dong yang lebih besar!"

"Ih Papa gak mau kalah!"

"Hahaha sini cium dulu." Martin mengecup gemas Sephia dibagian keningnya penuh kehangatan.

Bagi Martin, Sephia adalah satu-satunya kekayaan yang ia punya. Melihatnya begitu menderita saat di sekolahannya dahulu, membuat ia merasa gagal menjadi seorang Ayah. Itu sebabnya ia mati-matian untuk memperbaiki semuanya, dan berusaha tidak lengah lagi mengenai anaknya. Kini, sesibuk apapun ia sedang bekerja, ia akan menyempatkan waktu untuk menjemput Sephia di halte memastikan bahwa anaknya baik-baik saja setiap pulang sekolah.

Sedikit bercerita perihal Martin, ia bekerja sebagai koki disebuah restoran Prancis ternama di Lombok. Kemudian ia menikah dengan turis berkewarganegaraan Austria dan memiliki anak bernama Sephia. Sangat diluar dugaannya, istrinya meninggal ketika melahirkan. Membuat Martin sangat kesusahan mengurus anak dan bekerja sekaligus, ia tidak tahu bagaimana cara menjadi Ayah yang baik. Hidupnya begitu berantakan, hingga satu titik ia begitu lelah, mengabaikan semua hal tentang Sephia. Ia tidak memedulikan kegiatan anaknya, tugasnya hanya bekerja dan mencukupi hidup Sephia.

Sampailah ketika peristiwa itu terjadi, prahara yang mengguncang psikis Sephia. Ia meyakini bahwa itu adalah teguran dari Tuhan karena lalai menjadi Ayah, dan ia memutuskan untuk menerima tugas mutasi disebuah restoran Eropa di Jakarta dengan syarat ia dibolehkan diberi jam istirahat yang sama dengan jam pulang sekolah Sephia agar bisa selalu menjemput anaknya. Dan disinilah mereka, pindah ke Jakarta dengan alur cerita baru.

Jika Saja Ku Tolak Cintanya [End] BAGIAN IWhere stories live. Discover now