25.

2.9K 230 24
                                    

Ada yg pernah ngalamin juga toxic relationship? coba share gimana cara kalian lepas, atau gak bisa? Guys, kisah ini sekitar 50% berasal dari kisah nyata, tapi asal kalian tahu nyatanya lebih parah dari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ada yg pernah ngalamin juga toxic relationship? coba share gimana cara kalian lepas, atau gak bisa? Guys, kisah ini sekitar 50% berasal dari kisah nyata, tapi asal kalian tahu nyatanya lebih parah dari ini..Kenapa aku gak masukin, karena nanti genrenya akan berubah dan gak aestethic wkwk.
intinya semoga kalian suka dengan kisah ini
.
.
.

Satu hari berlalu pun terasa lebih berat dan panjang, tak ada Musa maka tak ada tujuan juga. Sepulang sekolah Sephia baru saja mengetahui bahwa ia dikeluarkan oleh Galuh dari eskul theater, Joly dan Shawn tidak bisa berbuat banyak. Kemudian Sephia memilih untuk pulang saja sendirian memakai kendaraan umum yang sudah lama tak ia naiki semenjak diantar jemput Musa.

Belum lagi saat dia tiba di rumah, pemandangan yang begitu mengikis hatinya tampak di depan kedua matanya. Seorang wanita seusia Mamanya sedang melihat-lihat berbagai foto keluarga yang terpajang diantara dinding, ia kemudian menyapa Sephia dengan senyuman seadanya.

"Nak, kamu baru pulang?" Martin meraih pundak Sephia menyambut.

"Ini Tante Nayla, teman Papa."

"Teman atau pacar Papa?" sindirnya menyudutkan.

"Sephia, sebenarnya..."

"Have fun, Tante. Dinikmati hidangannya," Sephia membalik arah tak jadi masuk kamar melainkan kembali ke pintu keluar.

"Mau kemana?" tanya Martin.

"Pulang."

"Loh ini kan udah sampe rumah," jawab Martin seperti belum paham jika anak gadisnya sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.

"Kata pulang gak selalu mendedikasikan rumah."

"Sephia, kamu mau berantem sama Papa?"

"Sephia, kalo gitu biar Tante saja yang pulang." Nayla merasa keadaan memburuk.

Sephia seolah tuli, ia berjalan saja lagi melanjutkan langkah menuju pintu keluar. Pun, saat Martin mencoba menahannya karena sesuatu yang mengganjal, "tangan kamu kenapa, Nak?"

Sephia menelisik jarinya yang masih diperban, senyumnya seperti mengkasihani dirinya sendiri, "udah basi, Pah."

"Sephia, kamu mau kemana? ke rumah Musa aja ya!"

Dalam hatinya, mengisi langkah yang parau. Entah mengapa berbisik, "Kalau saja Musa ada, mungkin dia akan memarahi Galuh karena sudah mengeluarkannya, mengantarnya pulang agar dia tidak berjalan sendirian, lalu membawanya pergi ketika rumah bukan lagi tujuan untuk pulang."

Kini Sephia mengerti, betapa berartinya sosok Musa.

*****

Tiga hari berlalu, senyum Sephia semenjak itu terasa seperti dibuat-buat. Gurauan Joly tak berhasil mengobatinya, belum lagi Papa yang biasanya sangat peduli, sekarang bahkan dia tidak mengetahui bahwa dirinya dan Musa sudah putus.

Jika Saja Ku Tolak Cintanya [End] BAGIAN IWhere stories live. Discover now