40.

2.5K 247 21
                                    

Kupikir, cerita ini bakal end di chapter 40

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kupikir, cerita ini bakal end di chapter 40. Tapi ternyata saat sudah dalam bentuk tulisan jadi agak panjang ya, pokoknya semoga kalian suka dengan plot twist nya diakhir.
.
.
.

Suara khas dari elektrokardiogram yang merupakan monitor untuk melihat detak jantung pasien, dan menjadi tolak ukur apakah pasien sedang dalam masa kritis atau meninggal. Begitu berdenging di telinga Joly ketika jantung Randi berpacu melambat membuat grafik pada monitor itu juga turun, gadis itu panik kemudian gegas menekan tombol darurat untuk memanggil para perawat.

Sudah dari kemarin, semenjak Randi ditikam dan kritis. Pikiran Joly tidak bisa membelah pada hal lain, termasuk Sephia. Mulutnya terus menerus berdoa dan debaran jantungnya pun tidak pernah stabil, khawatir akan hal buruk menimpa Randi.

Dokter keluar ruangan, dan semuanya kembali stabil. Namun Randi masih belum sadar dari komanya, tikaman itu sungguh melukai beberapa organ dalam pria itu dan menyebabkan pendarahan hebat juga penyumbatan otak. Keluarganya meminta Joly untuk pulang karena ia sudah menginap di rumah sakit dan nampak sangat kelelahan, akhirnya sebab ia merasa badannya lengket juga pakaiannya yang sudah bau keringat. Ia memutuskan untuk pulang dan akan kembali sore nanti, sebelumnya ia lalu berniat mengecek keadaan Sephia ke kost-nya.

"Apa Sephia udah aman?" bisiknya bermonolog sambil mengetikan beberapa pesan pada Sephia.

"Sayang, aku pulang dulu yah." Joly mengusap tangan Randi yang tertata di perutnya.

"Hati-hati, Nak." Fitri juga ikut memperingati Joly.

"Joly pergi sebentar ya, Tante." Gadis itu mencium tangan Fitri elok dan santun sebelum akhirnya ia pergi.

Dan perlu digaris bawahi, sampai saat itu pun keluarga Randi belum mengetahui bahwa dalang semua kejadian yang menimpa anaknya merupakan ulah Musa yang terbakar cemburu.

*****

Kali ini Musa nampak memasak sendiri untuk makan siang mereka, menggunakan resep dengan bahan makanan ala kadarnya. Setelah film itu usai, Sephia tidak banyak bicara lagi, ia hanya sibuk memperhatikan setiap pergerakan Musa. Tangan kekarnya yang tampak sangat menawan saat sedang memotong bawang, juga keringat yang rebas sampai atasannya basah. Sementara Sephia masih meluruskan kakinya juga tangan di depannya yang sama-sama diikat sedari kemarin.

"Kenapa ganteng ya?" goda Musa pada Sephia saat ketahuan sedang memperhatikannya.

Namun gadis itu mangkir, memusatkan kembali pandangannya pada TV.

"Gak apa-apa kok, liatin aja mumpung gratis." Musa menggoda lagi, tapi Sephia tetap tak bersuara.

Setelah masakan selesai, satu piring nasi dengan lauk ayam kemangi berhasil menggugah selera. Suapan pertama adalah untuk Sephia, bergantian menggunakan sendok dan dalam piring yang sama.

Jika Saja Ku Tolak Cintanya [End] BAGIAN IWhere stories live. Discover now